JADIKAN DIA KEKASIH HALAL KU

Entah harus di mulai dari mana cerita ini, semua tentang hidup ku yang selalu ingin mencintai seorang wanita yang berjilbab namun pada kenyataan nya aku malah mencintai wanita tak berjilbab, mungkin ini yang di namakan cinta itu buta. Di sebuah universitas swasta kini aku menuntut ilmu untuk bekal nanti ketika aku terjun ke masyarakat, nama ku Doni, aku jatuh cinta pada seorang wanita bernama Dewi, Dewi adalah anak fakultas kedokteran sedangkan aku dari fakultas ilmu TIE. Yah, dari namanya saja Dewi, aku harap dia akan menjadi Dewi dalam hidup ku selamanya.

pic by google
"hmz....kapan ya aku bisa jadian sama dia...?" hati ini terus baerkata seperti itu di saat aku di beri kesempatan untuk melihatnya atau hanya sekedar ber papasan dengan nya, sore ini saat pulang kuliah aku memberanikan diri untuk mengajak nya pulang bareng dengan menaiki sebuah motor vespa yang sudah usang warnanya karena tidak terawat. sorenya di depan kampus,

"hm...wi sendirian ya...?" gagu ku mulai kambuh,

"yah keliatan nya gimana...?, mau ngapain Don...ada perlu apa ?" tanya dia dengan tersenyum manis membuatku menjadi salah tingkah,

"ih..ko bengong si Don..ayo dong ada apa ?" tanya nya lagi dengan senyuman nya lagi, "mau ga kamu...." aku dengan gugupnya sampai tak mampu melanjutkan kata-kata,

"mau apa hm...ko grogi gitu sih ?",

"oh...mau ga kamu pulang nya di anterin sama aku...ya walau cuma naik vespa butut tapi masih kuat ko berdua..." jawab ku dengan masih saja kaku dalam berbicara, Dewi hanya tertawa melihat aku berbicara dengan kaku,

"kamu tu lucu ya Don, di jaman sekarang masih ada ya cowok kaya kamu. Lugu, polos, manis juga.." saat dia bicara seperti itu hati aku serasa deg-degan ga karuan, yah secara aku ini kata orang ga gaul-gaul amat dengan berpenampilan sederhana saat itu dan helm pun hanya helm batok yang aku pakai,

"hei..ko bengong lagi si...katanya mau nganterin aku pulang ?" suara manisnya membangunkan ku dari lamunan ku,

"oh...ma..maaf...ya udah yu naik hati-hati rok nya wi nyangkut..." ucapku dengan rasa senang di dalam hati akhirnya aku bisa mengajak nya pulang bersama. Saat itu Dewi hanya mengenakan rok selutut dan baju berkancing tampa lengan, ia berpegangan erat ke pinggang ku sempat aku berpikir seandainya dia berjilbab tentu aku akan lebih senang untuk memiliki dia.

Sesampainya di rumah Dewi ia sempat mengajak ku untuk masuk ke dalam rumah nya namun aku menolak nya dengan alasan takut terjadi fitnah atau gosip yang akan merusak nama baik kita berdua secara orang tua Dewi tidak ada di rumah dan baru pulang besok harinya,informasi ini aku dapat dari orang tua ku karena rumah dia dengan rumah ku memang berhadapan.

Keesokan harinya di kampus seperti biasa aku berjalan sendiri menulusuri lorong kampus,tak sengaja hari itu aku melihat dewi berdiri di depan mushola yang di dalam nya sedang mengadakan pengajian rutin anak-anak rohis seorang wanita pun datang menghampirinya dan yang aku tahu namanya dalah ka Aisyah ketua rohis tersebut.

"Dewi ngapain kamu di sini...masuk yu ?" ajak ka Aisyah namun aku lihat Dewi sepertinya menolak ajakan itu,

"maaf ka lain kali saja...a aku lagi buru-buru..." ucapnya polos di iringi dengan rasa keingin tahuan nya tentang agama,

"ya sudah...kalo itu mau kamu, oya besok ada acara seperti ini lagi kamu datang ya...?" ajak ka Aisyah tersenyum ramah,

"Asalamu'alaikum..." ka Aisyah memberi salam,

"Waa'alaikumsalam ka..." jawab Dewi dengan sedikit kaku karena mungkin ia belum pernah mengucapkan itu sebelum nya atau bahkan jarang. ka Aisyah pun pergi masuk kedalam mushola begitu juga dengan Dewi dan duduk di sebuah kursi taman dekat mushola tersebut dan aku melihat seperti sedang merenungkan sesuatu entah apa itu, aku pun mendekat untuk mecari tahu apa sebenarnya yang sedang di pikirkan nya,

"hei Wi, ada apa ko murung....kamu sakit ya ?" tanyaku basa-basi,

"oh kamu Don, gak ada apa-apa ko aku ga sakit..." jawabnya seperti tergugah dari dalam lamunan nya,

"tadi aku lihat kamu ngobrol sama ka Aisyah...ngobrol apa sih...?" tanyaku lagi pura-pura tidak tahu, Dewi mengela nafas panjang dan menatap ku dengan mata yang sedikit mengeluarkan air,

"ka...kamu nangis Wi...kenapa ?" aku sedikit heran dengan tingkah nya yang tak biasa ini,

"Don...boleh aku curhat sama kamu ?" isak nya mengusap air matanya sendiri yang jatuh ke pipinya,

"ya boleh...silahkan.." ucap ku masih heran, akhirnya ia pun bercerita tentang hidupnya dan keluarganya dan ternyata dia belum pernah mengenal yang namanya agama, Subhanalloh, di jaman sekarang masih banyak orang-orang yang tak mengenal agama nya sendiri dan menurut cerita Dewi ia di lahirkan dari seorang pengusaha yang cukup berada tetapi orang tuanya tak pernah sekalipun mengenalkanya dengan apa itu yang di sebut agama dan ia pun mersasa aneh saat melihat di KTP kedua orang tuanya itu beragama islam tetapi tak pernah sekalipun mengejakan ibadah-ibadahnya, namun dengan kesadranya akhirnya Dewi ingin sekali belajar tentang agama dan alhamdulillah agama yang ia pilih adalah agama islam. Ia ingin sekali berpenampilan seperti wanita muslimah pada umumnya yang mengenakan jilbab dan kerudung namun kedua orang tuanya menentang keras karena menganggap pakaian seperti itu ketinggalan jaman dan kuno.

Mendengar cerita itu dari Dewi aku merasa bertambah keheranan ku ko ada di jaman sekarang orang tua yang melarang anak nya untuk berhijab, aku pun merasa kasihan dengan dirinya dan berinisiatif untuk membantunya tapi dengan cara apa aku membantunya. Tanpa sadar ia meletakan kepalanya di bahu ku, aduh, salah tingkah aku jadinya.

"pokok nya aku harus berjilbab seperti ka Aisyah dan yang lain." ucapnya tegas meski di iringi dengan air mata,

"yah kamu pasti bisa Wi...percayalah pada keyakinan mu..." ucap ku memberi semangat.

"eh..eh..eh...hayo kalian ngapain di sini berduaan hm ?" tiba-tiba terdengar suara ka Aisyah menegur kami, kami pun kaget dan Dewi segera melepaskan kepalanya dari bahu ku dan membersihkan air mata nya yang tercecer di pipinya,

"loh Wi...kamu habis nangis ya...kenapa ?" tanya ka Aisyah heran,

"oh ga papa ko ka aku cuma kelilipan saja..." jawabnya tersenyum menyembunyikan rasa sedih nya,

"ya sudah kalo begitu kakak tinggal ya..." ucap ka Aisyah tersenyum ramah.
Sore itu aku pun mengantarkan Dewi pulang ke rumah nya, entah apa yang akan terjadi di rumah nya nanti aku sangat menghawatirkanya. Sesampainya di rumah Dewi terlihat ayah Dewi sedang bersantai minum kopi di teras,

"Don kamu mau masuk dulu ?" tawar nya namun aku menolak nya. Aku jadi takut untuk mengenal orang tua Dewi setelah tahu tentang keburukan nya, aku pikir ini belum saat nya untuk mengenal mereka lebih jauh lagi.

"ya sudah kalo begitu...lain kali aja kesini lagi." ucap Dewi tersenyum.

"termakasih ya Don untuk hari ini." ucapnya lagi

"yah sama-sama Wi." jawab ku tersenyum, ia pun masuk ke rumah nya dan aku pun membalikan motor ku menuju rumah.

"Don....!" teriak Dewi aku pun menoleh sejenak,

"aku...." belum sempat meneruskan kata-katanya itu ayah Dewi memanggilnya Dewi pun tak jadi meneruskan kata-katanya dan menghampiri ayah nya. Aku jadi penasaran apa yang akan di katakan Dewi barusan, dengan penuh tanda tanya aku masuk ke rumah ku. Sejak itu aku masih penasaran dengan apa yang akan di katakan oleh Dewi pada ku. Untuk menolong Dewi dalam usahanya ingin mengenakan jilbab akhirnya aku membawa baju muslim milik ibu ku yang tentunya cocok di pakai untuk di usia muda atau tua sayang nya aku tak menemukan kerudung yang cocok untuk anak-anak muda, esok nya di kampus seperti biasa di jam istirahat aku melihat Dewi berdiri lagi di depan mushola dengan tampilan busana yang sangat berbeda dari biasa nya, tampak ka Aisyah menghampirinya dan sedikit ada percakapan di antara mereka,

"Asalamu'alaikum Wi...yu masuk...?" ajak ka Aisyah,

"tapi ka...aku ga punya kerudung..." jawab Dewi nada menyesal,

"udah...ni kaka punya satu,buat kamu saja.." ucap ka Aisyah sembari mengenakan kerudung berwarna merah yang ternyata sangat pas dengan baju nya itu, ada perasaan nyesal juga si baju yang aku bawa tidak jadi pakai oleh Dewi tapi tak apa-apa dengan melihat Dewi seperti itu pun aku jadi ikut senang. Dewi pun di ajak kedalam oleh ka Aisyah untuk mendengarkan tausyiah da'i siang itu, sementara mereka di dalam mushola aku duduk menyandar di tiang menunggu Dewi keluar dari pengajian. Setelah menunggu lama pengajian pun usai namun Dewi dan ka Aisyah tak langsung keluar namun ternyata ka Aisyah sedang mengajari Dewi shalat dan berwudhu, sempat aku dengar Dewi menanyakan apa itu shalat dan apa itu wudhu dan di jawabnya oleh ka Aisyah dengan penuh senyum dan ramah. Akhirnya mereka pun keluar dan menyapaku,

"Don sejak kapan kamu di sini ?" rupanya Dewi yang menegurku,

"yah....sudah lama sih tapi ga apa-apa..." ucapku santai dan tersenyum,

"ya sudah kakak tinggal dulu ya kakak masih ada urusan yang lain....Salamu'alaikum..." pamit ka Aisyah dengan senyum khas nya, akhirnya cuma kita berdua di depan mushola,

"oya Wi....mau pulang sekarang ?" tawarku,

"hm....boleh tapi sekarang jaga jarak ya naek motornya ga kaya kemarin..." ucapnya berubah sikap,

"yah...aku ngerti ko...." jawab ku tersenyum, mungkin dia berubah setelah mendengar tausyiah ustadz yang menerangkan tentang larangan bersentuhan antara lelaki dan perempuan kecuali di saat darurat, tidak seperti biasa nya juga saat naik motor ia hanya memegang jaket ku saja bukan pinggang ku.

Sesampainya di rumah Dewi pamitan dengan mengucapkan salam dengan fasih tidak seperti kemarin-kemarin dan aku pun membalas salam nya itu, tiba-tiba pak Kardi yang melihat aku dan Dewi di depan langsung keluar dengan wajah yang sangar aku pun tidak tahu apa sebab nya pa Kardi menjadi marah, mungikn karena aku atau Dewi yang mengenakan jilbab,

"Dewi....sini....!!!!..ada apa dengan mu berpenampilan seperti ini hm ?"ucap pak Kardi dengan nada keras,

"maaf pak...ada apa ?" tanyaku baik-baik namun pak Kardi jusrtu jadi membentak ku dan mengusir ku dari depan rumah nya, aku pun langsung pergi dari sana namun aku tak langsung masuk rumah karena aku ingin tahu apa yang akan terjadi dengan Dewi dan seperti nya Dewi di marahi habis-habisan oleh ayah nya itu. Ayah nya sangat marah gara-gara Dewi mengenakan jilbab karena menurut ayah nya baju seperti itu tak layak di pakai oleh Dewi kaerna di anggap merusak kecantikan puteri nya itu, ayah nya sempat melepaskan kerudung nya Dewi menolak nya dan aku lihat juga Dewi di tarik ke dalam rumah nya entah apa yang akan di lakukan oleh ayah nya itu, aku pun masuk ke rumah dengan sesekali menengok ke rumah itu dengan mengkhawatirkan Dewi di dalam sana. Aku pergi ke kamar dengan hati yang tak karuan, aku melihat ke jendela terlihat Dewi menangis di kamarnya, yah bukan rumah saja yang saling berhadapan tapi kamar kami pun saling berhadapan. Ayah nya masih saja mengoceh dan memberikan sebuah kado entah apa isinya itu namun aku dengar samar-samar ayah nya menyebutkan itu adalah baju yang sangat bagus dan seksi dan aku juga dengar keluarga temanya ayah nya akan datang nanti malam dan menyuruh Dewi untuk memakai baju itu,sempat aku berpikiran mungkin Dewi akan di jodoh kan nanti malam. Dan ternyata dugaan ku benar, Dewi sempat mengirim pesan singkat melalui sms yang isi nya kalo malam ini ia akan di jodoh kan dengan anak teman usaha ayah nya. Aku sangat bingung saat itu harus melakukan apa, sebagai lelaki seharus nya bisa menyelesai kan satu masalah dengan baik. Tanpa pikir panjang lagi setelah tamu nya itu datang aku keluar rumah menuju rumah nya namun tak langsung masuk kedalam nya, aku menunggu di luar pagar mendengar kan pembicaraan mereka karena cukup terdengar oleh ku, terdengar pembicaraan mereka sangat benar yang aku duga. Kedatangan tamu nya itu untuk menjodohkan anak nya dengan Dewi. Apakah aku menyerah atau terus memperjuangkan cinta yang aku miliki di tambah dengan sikap Dewi terhadap ku yang mulai menandakan adanya hati untuk ku, aku tertegun sejenak apa yang harus aku lakukan hmz...

Akhirnya saat ayah Dewi memanggil anak nya, aku segera melihatnya di balik jendela dari kejauhan namun cukup jelas dan aku cukup terkagum pada Dewi, ternyata baju yang tadi di berikan oleh ibu nya itu di pakai sebagai kerudung bukan sebagai baju pada umum nya sang tamu pun dan anak nya juga mengagumi Dewi yang saat itu keluar dari kamar nya subhanallolah Dewi sangat cantik sekali berbeda saat memakai kerudung waktu di kampus dan aku mendengar ucapan ibu dari lelaki yang akan di jodohksn nya

"Subhanallah...pah lihat...sungguh cantik dan menawan sekali nak Dewi ini...berjilbab lagi...mamah sudah lama menginginkan menantu yang seperti ini....wah bapak dan ibu sungguh beruntung sekali memiliki anak perempuan seperti nak Dewi..." sanjung ibu itu dan memuji kedua orang tua Dewi karena di anggap sudah berhasil mendidik anak nya, kedua orang tua Dewi pun yang tadinya terlihat marah karena Dewi memakai jilbab kini berubah menjadi terharu dan sadar atas kelakuan yang di lakukan pada anak nya itu salah besar karena melarang nya berjilbab. Atas kejadian ini mereka pun bersyukur dan tidak akan jauh lagi dengan agama dan bertaubat pada Allah S.W.T.

"nak, maafkan papah dan mamah ya ternyata kamu benar kita berdua telah menyalahi aturan sebagai orang islam dan mulai saat ini kita akan benar-benar bertaubat.." ucap kedua orang tua Dewi penuh penyesalan dan mereka bertiga pun berpelukan dalam tangis bahagia.

"maaf pa, bu alhamdulillah kalau kalian berdua sudah sadar tapi...apa perjodohan ini tetap di lakukan kan ?"ucap sang tamu lelaki ayah dari anak lelaki itu,

"o..iya pa pasti...tapi...semua itu tergantung anak saya Dewi pak...eu...Dewi...apa kamu setuju dengan lamaran ini ?" tanya ayah pada Dewi,

"a...aku..." Dewi terdiam sejenak,

"sebelum nya saya minta maaf bukanya menolak pertunanagan ini tapi....saya sudah punya calon sendiri." mendengar itu aku jadi terhenyak siapa pilihan Dewi perasaan pun menjadi tak karuan,

"apa...si siapa itu Dewi....?" tanya ibu dewi dan tamu nya pun sedikit kecewa tapi tak memperdulikan nya,

"pah mah gimana ini ?" ucap sang pemuda itu yang mulai menruh hati pada Dewi,

"tenang dulu nak." ucap ayah nya,

"aku belum mau mwnyebutkan siapa lelaki itu siapa dan dari mana asal nya."tambah Dewi lagi,

"sudah lah...sebutkan saja siapa dia dan dari mana asal nya...biar kita tahu...?" bujuk ayah Dewi,

"iya nak Dewi siapa anak itu..?" sambung ayah lelaki itu. Dewi terdiam sejenak, dan mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Aku yang sudah putus harapan hendak meninggalkan tempat itu namun belum satu langkah aku beranjak ponselku berbunyi dan ternyata yang memanggil adalah Dewi betapa kaget nya aku. Aku pun mengangkat nya dan Dewi menyuruh ku untuk datang ks rumah nya dan di tutup lagi telpon nya, aku segera masuk dan mengetuk pintu rumah nya sang tuan rumah paun mensilahkan aku masuk dan Dewi menyambutku seraya mengatakan kepada yang ada di sana,

"mah, pah, semuanya ini Doni,lelaki yang aku inginkan."matanya terus menatap ku dan hati ku berdegup kencang apa ini mimpi atau hanya hayalan.

"Don...ini bukan hayalan atau mimpi tapi ini kenyataan...aku cinta sama kamu dan....aku ingin kamu jadi imam untuk ku..." seolah ia tau isi hatiku,

"apa...tapi kamu kan sedang kedatangan tamu yang mau melamarmu...?" ucapku mengingatkan

"tak apa-apa Don seperti apa yang di katakan ayah...semua keputusan ada padaku..dan inilah keputusan ku...aku ingin hidup dengan orang yang aku cintai yaitu kamu." jelasnya Dewi lagi, tak lama terdengar tepuk tangan dari tamu semuanya

"hahaha....bagus ternyata kamu memilih orang yang tepat nak Dewi...bapak salut sama kamu..." ucap ayah anak pemuda itu,

"ayah ku benar Wi...harus nya kamu memilih dengan seseorang yang kamu sukai" tambah pemuda itu,

"lagi pula...anak kami ini tadi nya tidak mau untuk di jodohkan namun kami paksa...tapi ini mungkin saat nya untuk mewujudkan keinginan anak kami untuk menambah ilmu nya di luar negeri." senyum sang ibu pemuda itu, kedua orang tua Dewi yang tak percaya dengan keadaan ini menyadari apa salah nya menuruti keinginan anak nya jika keinginan itu bisa membuat anak nya bahagia toh Dewi itu sudah besar dia pasti tahu mana yang salah dan mama yang benar.

"baik lah pak, bu kami pamit dulu...dan untuk kamu Dewi, semoga bahagia dengan pilihan mu." salam ibu pemuda itu dengan menyalami kami semua dan pergi.

"nak Doni...apa kamu juga menyukai anak kami ?" tanya ayah Dewi,

"sebenarnya...sudah sejak dulu saya suka sama anak bapak tapi..."

"tapi apa Don ?" Dewi memotong pembicaraan ku,

"tapi saya...tak berani mengungkapkan nya tapi dengan kejadian ini saya akan katakan langsung pada Dewi...Wi sebenarnya aku suka sama kamu...cinta sama kamu tapi aku gak berani tuk mengatakanya karena..."

"karena apa ?" Dewi memotong pembicaraan ku lagi,

"karena...entah kenapa setiap melihat kamu di kampus hati aku seperti terpaku berdetak kencang ingin keluar dan mengatakan aku cinta kamu...apalagi saat kamu giat sekali mendalami islam bersama ka Aisyah."

Setelah aku ucapkan itu ke dua orang tua nya langsung menyetujui dan merestui hubungan aku dengan Dewi dan sejak itu aku langsung melamarnya dan melangsungkan pernikahan tak lupa aku mengundang ka Aisyah sebagai tamu kehormatan karena ia telah membatu Dewi untuk mengenal apa itu islam yang dulunya tak tahu apa-apa sekarang menjadi seorang isteri sholehah untuk ku juga ibu yang baik untuk anak-anak ku. Sungguh indah hidup ini jika menjalani nya dengan bijak dan aku berharap hubungan ini menjadi sebuah hubungan yang tetap utuh dan langgeng meski badai menghampiri akan kita hadapi bersama dengan tanpa adanya perselisihan.

Selesai

Kisah ini aku buat dari inspirasi sebuah tayangan tv yang berjudul oh ternyata versi azab dan adab di trans tv yang judulnya "jangan ambil jilbab ku".

Namaku Irwan Nuurul Falah...meski cerita nya masih banyak yang perlu pembenahan di sana sini tapi ini lah karya ku yang pertama dan aku harap ada yang menyukai ceritaku sebenarnya masih banyak cerita yang lain namun tak biaa aku buat sekarang karena aku ingin melihat tanggapan dari orang-orang dulu tentang cerita ini,terimakasih.

Comments

Popular posts from this blog

NAMA HARI DAN BULAN VERSI SUNDA

Mod Ped Kamen Rider+Bonus

MOD PED KAMEN RIDER V2