ParaDetect: Kasus di kampung Hope
ParaDetect (Para Detective)
KASUS PERTAMA
MISTERY KEMATIAN DARI ISTRI PEJABAT DESA
File A: Teriakan di malam hari.
Setahun
lalu, di ceritakan ada dua orang yang sedang asik memancing menggunakan
perahu kecil, mereka adalah aparat desa ini. Namanya adalah pak Candra
dan juga Kusumo, Pak Candra adalah kepala desa sedangkan Kusumo hanyalah
pendatang yang ingin hidup di kampung bernama Hope ini.
![]() |
| Editing by IrwanNuurul |
"Wah,
ikan di sini banyak juga ya, tidak heran warga di sini menyebutnya
dengan danau ikan padahal ini hanyalah rawa-rawa kecil" kagum Pak Candra
sambil terus asik memainkan pancinganya.
"Ya, bahkan warga di sini juga berinisiatif untuk membuat saung-saung kecil, seperti pemancingan ikan sungguhan saja" sahut Kusumo.
"Aku ingin warga ku di sini sejahtera, dan tak lama lagi bantuan pemerintah akan segera di kucurkan ke desa ini, aku harap bantuan itu sampai pada wargaku yang kurang beruntung. Oya Kusumo nanti tolong bantu aku mengurus pembagian ya" pintanya penuh harapan besar.
"Baik, serahkan saja padaku. Hh sebelum mereka menerima itu, akulah yang akan pertama merasakan bantuan itu untuk membangun rumah ku sendiri" rupanya Kusumo punya rencana jahat. Begitulah gumam dalam hatinya. Dengan perlahan dan hati-hati Kusumo menghujamkan dayungnya pada pundak Pak Candra hingga pingsan dan menyembunyikanya di suatu tempat. Kusumo dengan akal liciknya memberitahu pada warga kalau Pak Candra tercebur ke dasar danau dan menyuruh mencarinya namun tak ada satu pun dari mereka yang berhasil menemukanya. Kusumo lalu menyebutkan kalau Pak Candra telah di culik oleh hantu bermata merah menyala dengan tubuh serba hitam.
Sampai malam tiba tidak ada
tanda-tanda Pak Candra di temukan, karena kurangnya pengetahuan warga
hingga kejadian ini tidak di laporkanya pada pihak yang berwajib. Sejak
itulah tempat pemancingan di biarkan begitu saja dan di pagari lalu di
beri tanda peringatan di larang masuk, tempat itu menjadi daerah
terlarang saat itu.
Tak lama dari itu sebuah kejadian di malam hari, seorang warga memergoki makhluk tersebut sedang membawa beberapa ekor domba, warga yang ketakutan melaporkanya pada Kusumo selaku penyebar gosip hantu itu, Kusumo pun kaget karena cerita yang dia buat-buat ternyata menjadi kenyataan. Beberapa hari kemudian suasana desa ini selalu di selimuti rasa ketakutan, dua orang pendatang di usir karena melanggar aturan untuk tidak masuk ke daerah terlarang itu. Sejak itu setiap malam selalu saja ada ternak yang hilang di bawa oleh makhluk itu, warga mempercayai kalau makhluk itu adalah jelmaan dari Pak Candra. Noni selaku anak Pak Candra merasa sedih mendengar itu dan ia tinggal di rumah Kusumo sebagai kepala desa yang baru sebagai pembantu di rumah barunya yang megah dan mewah.
***** ***** ***** *****
Setahun kemudian.
Hari ini adalah hari di mulainya tugas kuliah dengan melakukan bakti sosial ke sebuah desa yang cukup jauh dari perkotaan untuk ku dan beberapa temanku...ya akan terasa aneh si karena ini adalah pertama kalinya aku melakukan kegiatan ini, aku selalu berpikir apa yang akan terjadi nanti. Oya, nama ku adalah Tora Hidari, bukan nama asli si. Yah selain itu aku juga punya kebiasaan seperti anak kecil saat nonton film, aku sering menonton film anak-anak berbau super hero terutama dari jepang hehehe. memalukan. Yang sering aku tonton adalah para hero rider itu dan beberapa anime berbau detective, itu loh anak sma yang di sulap oleh penjahatnya jadi anak kecil.
Sudah cukup perkenalan nya, hari
ini adalah hari pertama kami melakukan kegiatan itu Aku dan teman-teman
ku akan mengunjungi sebuah perkampungan yang terpencil,mungkin dengan
adanya kami di sana bisa meringankan beban para penduduk di sana dengan
bermacam kegitan di sana, oke semuanya sudah siap tinggal berangkat
karena temanku sepertinya sudah berada di depan rumah, aku segera pamit
ke penjaga rumah, ya apa boleh buat kedua orang tua ku sedang tidak ada
di rumah mereka sibuk dengan pekerjaannya di luar negri.
"Mang, aku pamit dulu, tolong jaga rumah baik-baik ya soal nya mungkin aku akan ada di sana selama beberapa hari..."
"Baik, serahkan saja pada mang...hati-hati di jalan" pesan nya....heu..heu..heu...si mang gaya nya ala pelayan profesional.
"TORAAA.....APA KAMU SUDAH SIAAAPP....!!!!???"
"Ya sebentar.....!!!" ya ampun...teriakan dia bikin gendang telinga ku pecah saja, itu Dewi, teman ku sejak kecil, ya kami selalu bersama saat sekolah mulai dari TK hingga sekarang.
"Kenapa lama sekali, kamuuu...?"
"I iya maaf haha" Yang itu Sinta, dia adalah sahabat Dewi dari kecil, menyebalkan memang tapi tidak menarik juga kalau tidak ada dia.
"Baik, kita berangkat, apa tidak ada yang tertinggal ?"
"Ya, kurasa begitu, eu tunggu, apa kita cuma berempat, perasaan kemarin ada delapan orang ?"
"Yaa, yang empat lagi mengundurkan diri dari kelompok kita, lagi pula mobil sekecil ini tidak cukup membawa delapan orang"
"Eu, begitu ya" dan dia adalah Richi bukan nama asli juga si hehehe, temanku dari SMA, orang nya cukup tenang dan pendiam, dia hanya bicara jika berasa ada yang harus di bicarakan, hobinya selalu membawa buku bacaan kecil, jika tidak ada kegiatan buku itu selalu di bacanya, aku juga todak tahu buku apa itu.
Sepanjang jalan aku
hanya mendengarkan musik kesukaanku, di tambah di hadapan ku kedua gadis
itu seperti nya sedang asik mengobrol tak jarang mereka tertawa
bersama, entah apa yang mereka bicarakan yang jelas mereka sangat
menikmatinya, sedangkan Richi berkonsentrasi pada kemudi mobil jip nya
ini, haaah pemandangan yang langka bagiku, singkat cerita kita sudah
sampai di perkampungan yang kita tuju.
"Baiklah kita sudah sampai, kita turun dan kita akan menuju rumah kepala desa sini, memberitahu kalau kita sudah tiba dan siap melaksanakan tugas kita di sini" ucap Richi santai
"Ya ya baik baik, eu aura kampung ini ??" aku merasakan aura kampung ini sedang tidak beres, entah apa itu, tapi aku bisa merasakan dari raut wajah para penduduk sini, ada apa, apa yang sudah terjadi sebenarnya.
"Hei, Tora ada apa ko melamun ?" tanya Dewi mengagetkanku
"O, hm tidak, tidak ada apa-apa" ucapku berlaga biasa saja
"Hei kalian ayo ikuti Richi, hoo bisik-bisik ya kalian, berdua merencanakan sesuatu ya hihihi ?"
"Haah apa maksud mu Sinta ?, tidak ada ko, ayo kita jalan ?" Dewi langsung menjawab....hh...dasar bodoh Sinta, aku langsung menghampiri Richi.
"Hei kau, apa kau merasakan yang aneh di kampung ini ?" Bisiku pelan
"Ya, penduduk sini, sepertinya baru terjadi sesuatu" jawab nya dengan santai sambil membaca buku kecilnya, sudah ku duga...jika Richi sudah sependapat dengan ku itu berarti ada sebuah kasus yang menunggu...tapi apa itu ?
"Kita sampai, ku rasa ini rumah nya, dulu aku pernah kesini sekali untuk observasi" ucap Richi
"Hoo, kalau begitu ayo masuk" sahutku, cih...kenapa tak ajak aku observasinya
"Tunggu, sebaiknya pencet bel ini dulu" cegah Richi beberapa kali menekan bel namun belum ada yang keluar
"Kereenn, rumah nya bagus sekali, apa benar ini rumah kades nya ?" Tanya Sinta yang keheranan, yah cukup mencolok memang rumah ini, kalau di lihat-lihat baru ini yang ku lihat rumah paling bagus di sini, agak aneh dan mencurigakan.
"Apa ini rumah dinas nya?, aku pikir pejabat setingkat kepala desa tidak memiliki rumah dinas ternyata ada ya ?" ucap Dewi sama heran nya, tidak...ini tidak wajar....tidak sebanding dengan rumah warganya...rumah ini terlalu mewah bagi pejabat kepala desa, karena kepala desa di angkat oleh warga dengan cara seperti pemilihan umum dan rata-rata yang mencalonkan mau pun yang di calonkan adalah warga asli penduduk kampung itu sendiri, sangat jarang orang dari luar.
"Hoo nak Richi, lama tidak bertemu ya ?" seorang lelaki paruh baya menghampiri kami.
"Hei, kau tau dia ?" Tanya ku
"Ya, dia itu penjaga rumah ini" jawab Richi seperti biasa
"Hoo, hmm apa Pak kades nya ada di rumah ?" Tanya ku pada penjaga itu.
"Owh iya, kalian yang akan melakukan baksos di sini ya, mari saya antar, mungkin bapak sudah menunggu kalian, oya sebelumnya perkenalkan nama saya adalah Utomo, panggil saja Pak Utomo" ucapnya dengan sopan, aku lihat dia membawa kantong jinjing...
"Oya Pak Utomo, kantong itu isi nya apa ?" Tanya Dewi penasaran
"Owh ini, hanya baju biasa, saya baru mengambilnya dari loundri" jawab nya sedikit gagu
"Wah kebetulan kalau gitu, kapan-kapan bisa antar kami kesana, soalnya kami tidak terbiasa mencuci pakai tangan takut tangan yang lembutku ini jadi kasar, hehehehe" celetuk Sinta, heu...heu..heuu....dasar anak manja.
"Sinta, jaga bicara mu aku jadi malu kan" ucap Dewi dengan wajah memerah.
"Ho...hahaha, tenang saja jangan khawatir, rumah yang nanti kalian tempati ada mesin cuci nya ko, hahaha" ucap Pak Utomo tertawa
"Benarkah itu ?, haahh sukurlah kalau begitu, hehehe" ucap Sinta lega.
"Hoow, nak Richi selamat datang kembali di kampung ini, Bapak harap dengan adanya kalian bisa membantu meringankan beban penduduk di sini, oh ya Tomo, tolong bawa barang mereka masuk" Nah itu pak kades nya, tidak jauh beda dengan Pak Utomo, sepertinya mereka seumuran.
"Haa, jangan repot-repot kami juga bisa sendiri" ucap Dewi tersenyum.
"Ayo masuk dulu, kalian pasti lelah dan lapar, istri bapak hari ini masak banyak. Kita makan sama-sama" tawar Pak kades, ya kami memang lelah dan sedikit lapar, sangat membantu perutku yang dari tadi keroncongan hehehe. Kami pun masuk dan di jamu oleh nya, aku sempat bertanya nama kades itu, namanya adalah Pak Kusumo dan istrinya adalah Bu Hayati.
"Wah anak muda ini lahap juga makan nya, kau pasti kelaparan hahaha." ucap Bu Hayati padaku dengan tawa lembut.
"Eu, hei Tora, pelan-pelan makanya nanti tersendat" ingat Dewi
"O, haha maaf"
"Hh memalukan" ucap Richi kalem
"Haah, makananya enak. Isrti Bapak memang pintar masak ya ?" puji Sinta.
"Owh, tidak juga. Ibu juga di bantu oleh pembantu disini, nah itu dia namanya Noni."
"Hoo, sepertinya seumuran dengan kita ya" sahut Dewi
"Ya, sudah setahun ini dia bekerja disini, kasihan ayahnya itu hilang entah kemana. Jadi Bapak merasa kasihan dan mempekerjakan nya di sini, eu Noni sini sebentar !" seru Pak kades
"Baik pak, ada apa ?". Noni menghampiri.
"Kenalkan ini adalah anak-anak yang akan membantu kita di sini, nah anak-anak kalau kalian butuh bantuan kecil panggil saja dia, kalian kan seumuran mungkin bisa lebih akrab lagi jika bersama kalian hahaha." ucap nya lagi..dan kami pun memperkenalkan diri padanya. Jamuan makan pun selesai
"Nah, ayo bapak antarkan ketempat kalian tinggal, tidak jauh ko dari sini" Pak kades mengantar kami ke tempat istirahat kami, jaraknya hanya terhalang oleh beberapa rumah saja. Seperti rumah kontrakan tapi lebih nyaman dan bersih, disana terdapat dua rumah kecil berdempetan.
"Karena kalian berempat jadi bapak putuskan untuk memilih tempat ini, yang satu untuk laki-laki dan yang satunya lagi untuk perempuan, oya seingat bapak nak Richi pernah bilang kalau yang mau bakti sosial di sini ada delapan orang, ko kurang setengah nya ?"
"Owh, katanya si mereka mengundurkan diri, mungkin tempatnya terlalu jauh jadi mereka tidak bisa ikut dan mencari tempat yang lebih dekat" jawab ku sekenanya hehehe.
"Owh ya sudah kalau begitu, selamat beristirahat. Ini sudah sore, jangan keluar malam-malam di sini bahaya" perintah nya, Pak kades pun pergi meninggalkan kami. Tapi apa maksud nya dia bicara seperti itu.
"Haaaahh, aku pilih yang kanan ya" ucap Sinta mengambil kunci di tangan ku yang di berikan Pak kades tadi.
"Ya ya terserah kalian, asalkan kalian senang" jawabku melepas lelah dan membuka pintu rumah, ya seperti kata Pak Utomo tadi, perlengkapan nya dan pasilitasnya cukup tidak ada yang kurang. Tapi ada satu yang mengganggu pikiran ku, kalau di sini ada mesin cuci kenapa dia repot-repot pergi ke loundri, aneh. Sementara itu di kamar para wanita Dewi dan Sinta sedang duduk sila berdua di atas kasur dan ngobrol bersama.
"Hei Dewi, tadi kau bisik-bisik apa sama sama Tora ?" Sinta membuka pembicaraan.
"Hm apa maksud mu ?, tidak ada ko, tapi..." wajah Dewi berubah seperti memekirkan sesuatu (itu pasti aku)
"Aku baru ingat, aku melihat dari raut wajah nya sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu tapi aku juga tidak tau apa itu ?" jawabnya dengan mencoba memikirkanya.
"Hoo, jangan-jangan dia memikirkan keanehan dari kampung ini." sahut Sinta dengan tatapan serius.
"Haa, aneh ?, apa maksudmu ?" Dewi mengkerutkan dahinya heran
"Apa kau tidak merasa tadi pas kita pertama kali kita sampai ?, sepertinya ada yang aneh dengan penduduk di sini, aku merasakan sesuatu yang aneh dari raut wajah mereka, ya seperti wajah yang sedang ketakutan begitu"
"Entah lah, tadi aku sibuk sms ayah"
"Eu, begitu ya"
"Aku jadi berpikir, jika itu yang terjadi pasti kampung ini sedang terjadi sesuatu. Tapi apa ya ?"
"Haah, sudah lah ayo kita tidur !" sahut Sinta yang sudah mulai menguap.
"Hm, kau duluan saja, aku mau bereskan dulu baju ini dulu ini kelemari" Dewi mulai membawa baju-bajunya yang tersusun rapih di kasur dan meletakanya di dalam lemari
"Ya sudah aku duluan ya, oya yang punya biarkan saja ya Dewi, biar aku yang merapikanya besok. hhuuuuaahh....selamat tidur Wi" Sinta langsung mendengkur
"Haah, Sinta kebiasaan hihihi" Dewi tersenyum lembut melihat tingkah laku sahabatnya itu.
Sementara
itu di heningnya malam entah kenapa aku terjaga dan tak sengaja
mendengar sebuah teriakan dari luar, itu terjadi sekitar pukul 22:00
"AAAAAAAAAHHHKK.....!!!!!!" teriakan itu sangat keras, kurasa itu bukan teriakan Dewi, teriakan nya sangat berbeda, aku segera bangun tak lupa aku membangunkan Richi juga dan keluar rumah nampak Dewi dan Sinta sudah ada di luar.
"Eu, kalian..ada apa ?" Tanya ku pada mereka. Dewi dan Sinta.
"Apa kau mendengarnya juga ?" Ucap Sinta sambil melihat ke sekitarnya
"Ya aku mendengarnya, tapi apa dan di mana ?" Tanya ku lagi, aku semakin penasaran apa yang sedang terjadi di sini.
"Loh itu Noni kan, kenapa dia ?" Sahut Dewi menunjuk ke arah bawah pohon, dan terdapat Noni tergeletak di bawahnya. Richi langsung berlari dan menuju kesana, kami pun menyusulnya. Richi memeriksa urat nadinya.
"Bagaimana ?" tanya ku
"Dia masih hidup, sepertinya dia pingsan mungkin melihat sesuatu atau..." belum sempat Richi melanjutkan kata-katanya tiba-tiba Dewi dan Sinta berteriak bersamaan.
"Eu kalian kenapa, apa melihat sesuatu ?" Sepertinya mereka baru melihat sesuatu, itu jelas dari raut wajah nya sangat ketakutan.
"Ba barusan i itu a apa, hiiii ?"sahut Dewi.
"Itu apa ?" Tanya Richi tegas
"Ma matanya bersinar, da dan. Tu tubuhnya ge gelap, a apa itu hantu. ?, di dia berlari ke arah sana." Ucap Sinta ketakutan menunjuk kearah yang sangat gelap sekali.
"Apa ?, tidak mungkin, sudahlah lebih baik kita bawa Noni dulu ke kamar kalian"ucap ku, dengan di bantu Richi aku membopong Noni yang pingsan ke kamar Dewi dan Sinta, dan segera mereka memberikan pertolongan pertama. Aku dan Richi memeriksa bawah pohon itu dan menemukan robekan kain hitam, apa maksudnya dan apa yang terjadi, dan sepertinya kami baru menemukan satu petunjuk berupa kain hitam itu.
BERSAMBUNG...

Comments
Post a Comment