ParaDetect: Kasus di kampung Hope
ParaDetect (Para Detective)
KASUS PERTAMA
MISTERY KEMATIAN DARI ISTRI PEJABAT DESA
File C: Lumpur & Koper Rp 10jt
![]() |
| Editing by IrwanNuurul |
"Yang tewas adalah Bu Hayati umur 52 tahun dia
merupakan istri dari pak kades desa ini, dugaan sementara beliau tewas
di bunuh dengan pisau dapur yang sebelumnya telah di asah terlebih
dahulu dengan cara di tusuk dan menurut forensik terdapat juga luka
benturan di bagian belakang kepala, di duga pelaku dan korban sempat adu
fisik namun akhirnya korban tewas di tusuk dan kepalanya terbentur
kelemari. Itu baru dugaan sementara...belum jelas siapa pelaku dan
motifnya." itulah keterangan yang di sebutkan oleh det Tama.
"Owh
begitu, aku perlu tahu siapa nama kalian dan bisa di jelaskan pada jam
08:00 pagi tadi kalian berada di mana dan sedang apa, karena di
perkirakan korban tewas sekitar jam 08:00 pagi ?" Det Nita memulai
interogasi di tempat.
"Namaku
Kusumo saya adalah suaminya Bu Hayati, hiks...kenapa ini terjadi, saya
masih tak percaya dia telah pergi secepat ini. Hiks...hiks..."ucap Pak
kades dengan sedih.
"Bisa di ceritakan pada jam 08:00 bapak sedang melakukan apa ?" Det Nita bertanya lagi.
"Saya sedang berada di belakang rumah, saya sedang memberi makan peliharaan istri saya, saya di mintai tolong olehnya."
"Apa bapak mendengar keributan saat itu ?" Tanya det Tama
"Seingat
saya, saya hanya mendengar barang pecah. Saya pikir itu hanyalah ulah
dari salah satu peliharaan ibu saja yang memecahkan piring." ucap Pak RT
tertunduk.
"Peliharaan, apa peliharaanya itu ?" Tanya det Nita lagi...
"Lima
ekor kucing, namun yang saya beri makan hanya empat karena yang satunya
tidak ada, dia sangat sukali dengan hewan itu. Yang saya beri makan
hanya empat ekor, jadi saya pikir yang satu ekornya lagi sedang berada
di dapur dan memecahkan sesuatu di sana, dan ketika saya selesai dan
masuk kamar, dia sudah tersandar belumuran darah dan saya berteriak
minta tolong pada warga namun tidak di perdulikan, mereka malah memasuki
rumahnya masing-masing. Lalu aku melihat kedua gadis ini dan meminta
tolong pada mereka dengan panik." ucap pak kades memberi penjelasan
lagi.
"Owh begitu, jadi yang menelepon kami itu ?" Ucap det Nita melirik Dewi dan Sinta.
"Benar, yang menelepon polisi itu adalah saya" ucap Dewi ikut memberi kesaksian.
"Lalu, anda ini siapa ?" Tanya det Tama melirik kepada Pak Utomo.
"Saya
adalah Utomo penjaga rumah ini, pada jam tersebut saya sedang berada di
rumah saya karena sedang ada urusan keluarga jadi sekitar pukul 05:50
saya menelepon Pak kades meminta izin untuk tidak masuk dulu, tapi
sekitar pukul 08:30 saya menerima telepon dari Pak kades dengan nada
sedih memberitahu kalau ibu telah tewas lalu saya bergegas kemari dan
meninggalkan urusanku di rumah." Pak Utomo memberikan kesaksianya.
"Apa
ada saksi lain yang melihat aktiftas anda berdua ?" Sekali lagi det
Tama bertanya, dan mereka menjawab tidak ada, itu masuk akal karena
warga di sini sedang di landa ketakutan jadi tak ada yang mau menyapa
satu sama lain apalagi berjalan keliling kampung.
"Hmm, lalu kalian siapa ?" det Nita mulai menanyai kami dan Dewi pun menjawab.
"Kami
berempat adalah mahasiswa, kami di sini sedang melakukan bakti sosial
bagian dari tugas kuliah. Kami tinggal tak jauh dari rumah ini, kami di
beri tempat tinggal berupa rumah kontrakan kecil, pada jam tersebut kami
berada di sana menemani wanita ini yang sedang sakit dan dua lelaki ini
sedang pergi ke mini market di ujung jalan ini, saksinya kami sendiri,
kami menyaksikan kedua lelaki ini pergi" itulah kesaksian Dewi yang
mewakili aku. Richi dan Sinta
"Lalu apa yang kau lakukan hei anak muda ?"det Nita bertanya pada Indra.
"Tadi
sudah di sebutkan oleh wanita ini, aku berada di tempat mereka
mengantarkan sarapan untuk Noni, dia sedang tidak enak badan. Tadi malam
dia ditemukan pingsan di bawah pohon depan rumah mereka"
"Pingsan, kenapa, bisa di ceritakan Noni ?" detektif Tama
"I itu, karena mm......" tiba-tiba wajah Noni menjadi lebih murung dari sebelumnya.
"Karena apa ?" Tanya det Nita
"Dia di serang" potongku...
"Di serang, maksudmu ?" Sahut det Nita meliriku dengan tatapan tajam
"Aku
juga tidak tahu, tapi apa kalian akan percaya jika aku ceritakan,
kalian para polisi tidak percaya dengan tahayul kan ?" Ucapku sambil
melihat kamar korban.
"Apa, tahayul, maksudmu ?" Det Nita bertanya lagi menghampiriku.
"Bagaimana
kalau teman perempuan kami yang menceritakanya, karena mereka melihat
langsung sipenyerang itu." ucapku melirik Sinta dan Dewi
"A apa kami melihatnya ?" Dewi terheran dengan ucapan ku merasa tidak pernah melihatnya.
"Bukankah kalian berdua berteriak saat melihat dia ?" Tambah Richi santai.
"Heeh, jangan-jangan, yang waktu itu ?" Pikir Sinta
"Ya, ceritakanlah" ucapku lagi.
"Ba
baiklah" mereka pun menceritakan kejadian tadi malam saat mereka
melihat sesosok makhluk yang serba hitam dengan mata yang merah
menyala...dan mereka juga menceritakan tentang makhluk itu seperti yang
di ceritakan pak kades tadi pagi.
"Hmm, kalau begitu kita harus menyelediki danau itu, ada apa sebenarnya yang terjadi di sana." pikir det Tama.
"Ya, bisakah kalian antar kami kesana ?" Mohon det Nita meliriku lagi.
"Ya
sebenarnya kami juga ingin menyelidiki tempat itu, rencananya nanti
malam aku dan teman ku akan kesana, tapi sepertinya kita harus meminta
izin dulu pada Pak kades ini." jawabku menghampiri Pak kades
"Owh, kenapa ?"tanya det Tama.
"Karena
sebelumnya, pernah ada dua orang pendatang datang kemari dan menuju
kedanau itu tanpa izin dari kades ini, dan bapak langsung mengusirnya
kan ?"ucapku seketika wajah Pak kades menjadi pucat seperti ketakutan.
"Itu benar, aku tahu itu." ucap Indra memperkuat ucapan ku.
"Owh, bisa ceritakan apa yang terjadi saat itu Pak Kusumo ?" Tanya det Nita lagi-lagi dan menghampiri Pak kades
"I
iya, wa waktu itu sa saya hanya menjalankan perintah seorang warga
sini, dia memerintahku agar mereka di usir karena telah telah memasuki
daerah terlarang." jelas Pak kades.
"Terlarang ?" Det Nita mengkerutkan dahi tak mengerti ucapan Pak kades
"Iya,
sejujurnya saya dulu juga adalah pendatang dan tinggal di sini, lalu
saya menikahi Bu Hayati dan sering membantu warga sini, saat ayah Noni
menghilang saya di angkat oleh warga untuk menggantikanya, dan karena
saya masih baru saya tidak tahu kalau di sini ada tempat terlarang, dan
ketika ada warga lain yang mengetahui ada yang masuk kesana, saya di
desak oleh salah seorang sesepuh warga sini untuk mengusir mereka. Be,
begitulah ceritanya." jelas Pak kades sambil duduk memegang kepalanya.
Terlihat keraguan saat dia ucapkan itu ?, kenapa ?
"Apa maksudnya dengan terlarang ?" Tanya Richi seperti biasa dengan santai.
"Menurut
warga sini itu adalah tempat tinggal makhluk itu, jika tempat itu di
masuki seseorang maka makhluk itu akan marah dan menebar
teror....setidaknya itu yang saya dengar dari mereka" jelas Pak kades
lagi. Nadanya seperti menyembunyikan sesuatu.
"Begitu rupanya, oya ngomong-ngomong, Noni kenapa kamu di serang makhluk itu ?" Tanya det Nita pada Noni.
"Oh
sebenarnya itu, aku sedang mencari kucing nya ibu yang kabur, kucing
yang satu itu memang suka kabur. Aku takut ibu Marah karena dia sangat
menyukai kucing itu, jadi aku putuskan untuk mencarinya di malam hari,
dan saat itu aku bertemu dengan makhluk itu dan tiba-tiba menyerangku
dan mendorongku ke pohon hingga pingsan, tapi sepertinya aku berhasil
merobek bagian baju nya tapi karena aku pingsan jadi tak ingat lagi di
mana robekan baju itu" jelas Noni dengan memegang erat tangan Indra
seperti tak mau lepas.
"Oya, kemarin Bapak melarang kami untuk keluar malam-malam, apa ini ada hubunganya dengan ini ?" Tanya ku.
"Eu,
soal itu saya rasa karena Pak kades ini mengkhawatirkan kalian saja,
kalian kan dari kota dan terbiasa dengan cuaca panas sedangkan disini
udaranya sangatlah dingin, jadi Pak kades melarang kalian untuk keluar
malam-malam" Pak Utomo mejawab pertanyaanku yang ditujukan untuk Pak
kades
"Owh begitu, oya det Nita, soal robekan
baju itu, ini kami menemukanya di bawah pohon itu" aku menyerahkan
robekan kain hitam itu yang terbungkus pelastik bening
"Hmm
baiklah, aku rasa ini saling berhubungan. Misteri ini harus secepatnya
di pecahkan" ucap det.Nita melihat menuju kaca jendela dan melihat
keluar. Ya dia benar, ini memang saling berhubungan antara ayah nya Noni
yang hilang, penyerangan makhluk serba hitam dan misteri pembunuhan ini
juga beberapa ternak yang hilang di curi, sudah tengah hari dan kasus
ini belum juga selesai.
"Dari
barang bukti yang ada, posisi mayat, darah berbentuk huruf "n", tulisan
CAT di dinding, telapak tangan kanan korban yang terlentang, pasti ada
petunjuk di sana. Cobalah untuk berpikir, di tambah adanya kuas lukis,
hmmm apa ?" hatiku merasakan ada yang mengganjal, perasaan aneh
terus menyelimuti, tiba-tiba aku melihat kearah seseorang di sana aku
melihat lengannya sedikit di perban.
"Anuu det Tama, apa aku boleh memeriksa pecahan vas bunga itu ?" Tanyaku padanya
"Hmm,
memangnya kau ini siapa ?, jika ingin memeriksa sesuatu biar kami yang
lakukan" ucap det.Tama menolaku dengan nada sedikit agak kasar.
"Aaa, baiklah aku hanya ingin memastikan apa di pecahan itu ada sesuatu yang aku pikirkan." bisiku pada det Tama
"Haa baiklah, aku mengerti. Sepertinya kau tertarik dengan detektif-detektifan ya." ocehnya padaku
"Eu hehehe, sebenarnya bukan hanya aku, tapi temanku juga. Iya kan, Richi ?" ucapku garuk kepala dan melirik Richi.
"Hmm, ya...." jawabanya singkat seolah tak memperdulikan.
"Yaa
baiklah, ika itu mau kalian. Coba kita lihat apa yang ada di sana"
sahut det.Tama, satu per satu pecahan itu di periksa oleh det.Tama
akhirnya dengan hasil di salah satu pecahan itu ada bercak darah dengan
kata lain korban sempat melukai si pelaku dengan memukulkan vas bunga
pada lenganya. Jika di lihat dari huruf "n" tadi bisa jadi pelakunya
adalah Noni dan motifnya adalah CAT atau kucing yang kabur itu, tapi di
pikir lagi rasanya tidak mungkin, alibi yang dia punya sangatlah kuat
dan ada saksinya yaitu Dewi dan Sinta juga Indra.
"Hmm aku mengerti" paham det Tama
"Hei Tama, kemari sebentar ?" Panggil det Nita
"Aku
baru dapat laporan dari det Kamaru, tadi aku menelepon dia untuk
mengumpulkan informasi tentang mereka berdua, Pak kades dan Pak Utomo"
bisik det Nita
"Haah,
apa itu ?" Det Nita pun menceritakan kalau sebelumnya Pak Kusumo pernah
di marahi habis-habisan di depan umum oleh korban karena kepergok
sedang minum-minum hingga larut malam sedangkan Pak Utomo dia juga
pernah di marahi oleh korban karena kinerjanya yang kurang
bagus...dengan begitu mereka berdua kemiliki motif untuk melakukan
pembunuhan.
"Hmmm,
aku tak mengert apa maksud dari petunjuk yang ada, terlebih lagi mereka
memiliki alibi. Eu apa ini ?, ada tanah bekas pijakan di jendela ?, di
luar penuh lumpur, apa mungkin ?, sepertinya tanah ini adalah lumpur
yang sudah mengering, jangan-jangan ?" owh begitu rupanya, lantai yang agak kasar saat di raba, sekarang mengerti satu hal
"Det
Tama, bisakah anda periksa lagi apa ada jejak sepatu atau alas kaki
lainya ?, aku baru saja menemukan jejak sepatu di kayu jendela." pinta
ku penuh harap, det Tama pun menanyakan ke tim forensik sedangkan aku
berpikir menuju keluar rumah, sedangkan Richi aku melihatnya menuju ke
suatu ruangan yang kelihatan gelap dari sini, mungkin dia menemukan
sesuatu sementara yang lain duduk menunggu. Det Nita yang sedang
memikirkan sesuatu, akhirnya aku tersadar saat melihat seorang warga
yang sedang menyapu teras rumahnya dengan terburu-buru lalu masuk lagi
kerumah.
"Hm, hoo begitu ya, aku mengerti sekarang. Coba aku lihat, yah sudah ku duga, hh..."
aku memeriksa sandal dan sepatu mereka ada satu pasang yang telapaknya
di penuhi dengan lumpur yang sudah mengering, pelakunya adalah orang
itu, tidak salah lagi. Lalu aku masuk lagi kerumah dan menuju det Tama
yang berada di kamar korban.
"Bagaimana det Tama, apa kata mereka ?" Tanyaku padanya.
"Mereka
bilang tidak ada tanah dan semacam nya, sejak awal memeriksa sampai
korban di ke dalam ambulance mereka tidak menemukan yang seperti di
katakan olehmu." jelasnya sambil memegang dagunya dan berpikir lagi.
"Owh begitu., hh aku tahu sekarang" sahutku mengerti satu hal lagi namun belum semuanya
"Apa, kau tahu....?" Det Nita menghampiriku meminta penjelasan.
"Hmmm,
aku belum terlalu yakin sebelum aku memeriksa danau itu, aku ingin
kesana dulu memastikan sesuatu...apa dugaan ku benar atau tidak. Aku,
det Tama, Richi dan Indra akan kesana sekarang juga aku butuh Indra
karena dia yang tahu tempat itu, bagaimana ?" Ucapku dengan penuh
harapan ada nya bukti yang menguatkan analisa ku nanti.
"Baiklah, Tama aku percayakan ini padamu !" ucap det Nita mempercayaiku dan juga menaruh harapan pada rekanya Det Tama.
Sekitar
pukul 14:13 kami berangkat dengan jalan kaki, sebelumnya Richi
sepertinya menyuruh Dewi dan Sinta untuk menuju ke suatu tempat.
Perjalanan kami menghabiskan waktu satu jam, terlihat sebuah pagar kawat
dan ada sebuah papan bertuliskan larangan untuk memasuki area ini tapi
kami tak peduli, cukup gelap suasana di sana karena banyak pohaon besar
dengan daun yang rimbun seolah menutupi sinar matahari hanya celah-celah
kecil yang tersinari matahari, aku melihat danau itu lebih seperti
rawa.
"Hei Indra, bukankah di sini ada danau kenapa hanya rawa ?" Tanya ku penasaran.
"Yah,
memang rawa, tapi warga di sini sering menyebutnya dengan danau. Dulu
nya ini adalah tempat pemancingan ikan, namun setelah Pak Candra hilang
tempat ini jadi tak terurus makanya jadi seperti ini" jelasnya,
saung-saung nya sangatlah kumuh.
"Pak Candra, dia itu siapa ?" Tanya det Tama ingin tahu.
"Eu
iya, aku belum cerita ya, dia adalah ayahnya Noni yang menghilang itu"
jawabku sambil melihat ke sekililing dan aku melihat sebuah gubuk kecil
yang di pagari oleh seng-seng di sekelilingnya, aku pun menuju kesana
bersama yang lainnya, dan ketika kami mulai mendekat ke gubuk itu det
Tama menemukan sebuah koper terselip di rerimbunan rumput yang tebal,
dia menemukanya setelah dia tersandung sebuah batu yang tak terlihat dan
disana juga ada dua buah bambu yang tertancap saling berhadapan. Indra
seperti sedang terkejut di dekat gubuk itu.
"Ada apa ?" Tanya Richi menghampiri Indra yang seperti melihat sesuatu.
"I itu, apa mungkin ?" Ucapan Indra terbata-bata dan menunjuk ke dalam gubuk itu.
"Li lihatlah, lihatlah lewat lubang itu, se sepertinya ada seseorang yang sedang di pasung" tambah Indra lagi gagu.
"APA
!!??" ucap kami bertiga serentak. Richi pun yang lebih dekat dengan
Indra bergegas dan mengintip lewat celah lubang tersebut. Sementara itu
di TKP.
"bu
polisi, kapan selesainya kasus istri saya, saya ingin pelakunya segera
di temukan" mohon Pak kades yang sudah tak sabar menunggu lama.
"Ya,
saya juga, ingin segera pulang, urusan saya di rumah belum
terselesaikan" tambah Pak Utomo yang juga sudah tidak sabar menunggu.
"I iya, tolong bersabarlah kita semua juga sedang berusaha, sekarang kita tunggu saja dulu mereka datang. Cih, mereka kenapa lama sekali, eu itu mereka, syukurlah datang juga" det Nita berusaha menyabarkan kedua orang tua itu padahal dia sendiri juga tidak sabar heu....heu....heu.....
"Akhirnya kalian tiba juga" tambah nya lagi, kami tiba di TKP lagi sekitar pukul 17:00 cukup melelahkan memang.
"Bagaimana hasilnya ?" Tanya Noni yang juga mengharapakan kasus ini segera selesai.
"Yaah,
cukup mengejutkan, mengejutkan sekali" ucapku terengah-engah karena
baru saja melakukan penjelajahan kecil bersama mereka bertiga.
"Haaah,
hasilnya adalah kami menemukan sebuah koper yang berisi uang senilai
sepuluh juta rupiah" det Tama memberi keteranganya dengan terengah-engah
juga.
"Ya, soal makhluk itu aku rasa itu hanyalah orang biasa yang menyamar" sahut Richi dengan ketenanganya seperti biasa.
"Apa, benarkah itu ?" Dewi terheran.
"Oowh, kalau begitu cepatlah utarkan analisis kalian !" seru Sinta .
"Eu, analisa, apa kalian sudah tahu pelakunya ?" Kaget det Nita.
"Apa
?" Ke dua orang tua itu wajahnya berubah menjadi pucat seperti orang
yang ketahuan telah berbuat salah, jadi siapa pelaku pembunuh Bu Hayati
?, apa motifnya ?, dan kenapa wajah mereka berdua tiba-tiba memucat ?,
padahal yang membunuh Bu hayati hanyalah satu orang saja dan itu ada di
antara mereka berdua. Akan kami ungkap sekarang juga.
Bersambung..

Comments
Post a Comment