ParaDetect: Kasus di Kampung Hope
ParaDetect (Para Detective)
KASUS PERTAMA
MISTERY KEMATIAN DARI ISTRI PEJABAT DESA
"Sebenarnya aku masih belum mengerti satu hal" ucap ku sambil berpikir apa itu dan menuju ke kamar korban lagi.
"Apa katamu ?" Det Nita merasa kesal karena ingin cepat selesai
"Ya,
mengenai kuas lukis dan juga tulisan CAT di dinding ini." jawabku
sambil memeriksa sekali lagi, di sini ada sebuah tumpahan cat lukis dan
kalau di perhatikan lagi dengan seksama seklias seperti ada jejak kaki
seekor kucing namun samar.
"Hei
jika bagian itu yang tidak kau mengerti, bagaimana kalau begini ?"
sahut Richi menghampiriku lalu dia menutup jendela dan juga gordennya
sehingga keadaan menjadi gelap dan apa yang terjadi, tulisan CAT yang
ada di dinding itu pun menyala berwarna merah dan bulu kuas itu pun
demikian..
"Haah, i ini ?" Det Tama seperti menyadari sesuatu.
"Ya,
itu adalah cat neon. Cat itu akan bersinar di dalam gelap, dengan kata
lain bisa jadi setelah korban di tusuk dia masih bisa bergerak dan
menuliskan kata CAT di dinding ini dengan kuas lalu dia pun meninggal"
itulah analisa sementara Richi membeberkan yang belum aku mengerti.
"Owh begitu, dari mana kau tahu itu ?" Tanya ku pada Richi.
"Kucing,
tadi aku melihat ada sesuatu yang bersinar bergerak di ruangan gelap
itu, setelah aku periksa itu adalah kucing yang terkena tumpahan cat
neon tersebut" jelasnya lagi sambil menggendong seekor kucing yang di
maksud terlihat di bagian sisi bulu kanan atasnya memang ada cat yang
menempel.
"Begitu
rupanya, berarti ketika korban di serang dia sedang menggendong kucing
itu lalu si kucing terlepas dari genggaman korban yang sedang di serang"
ucap det Tama memahaminya.
"Hmm, tapi bagaimana caranya kucing itu terkena tumpahan cat itu ?" tanya det Nita yang masih merasa heran.
"Adu
fisik, seseorang yang sedang diserang di tempat seperti ini pasti akan
berusaha meraih apapun untuk di jadikan senjata pertahananya, di saat
itulah mungkin korban atau pun si pelaku tidak sadar telah menumpahkan
cat itu dan mengenai kucing ini" sahutku sambil merenggangkan otot-otot
ku yang merasa kaku dari tadi.
"Memang
benar, aku pun dulu begitu saat ada yang membuatku takut di dalam kamar
sendirian dan umumnya itu di lakukan oleh perempuan saja" tambah det
Nita seperti membayangkan sesuatu.
"Kau pernah di serang, oleh siapa ?" Det Tama berlaga khawatir pada det Nita..
"Hm, i itu, rahasia hehehe"jawab det Nita tersenyum manis menutupi rahasia. Palingan juga tikus lewat hehehe.
"Lalu, apa kalian sudah tahu siapa pelaku yang sebenarnya hm ?" Tanya Noni penuh harapan kasus cepat selesai.
"Yah, pelaku yang membunuh Bu Hayati adalah kaulah orangnya., Bapak Utomo" sahutku menunjuk padanya.
"A apa, hei anak muda jangan sembarangan bicara, mana mungkin aku pelakunya !!" bantah Pak Utomo dengan wajah masih pucat.
"Yah
itu kau, buktinya adalah ada pada lengan mu yang terluka, sebelum kau
membunuhnya korban sempat memukulkan vas bunga keramiknya ke lengan mu
kan ?, dan kau terluka. Aku menemukan serpihan vas yang ada noda
darahnya, oya Dewi, coba kau periksa lenganya dan ambil sampel darahnya"
kataku memerintah Dewi sedangkan Pak Utomo tidak bisa berkata apa-apa
lagi.
"Tapi bagaimana caranya dia melakukan pembunuhan itu ?" Det Tama bertanya lagi.
"Sebenarnya
alibi yang di buat oleh nya hanyalah bohong, tidak ada yang namanya
urusan keluarga di tambah tidak adanya saksi bukan ?, tadi aku menyuruh
Dewi dan Sinta untuk datang kerumah Pak Utomo dan kata mereka kalau
keluarganya sedang tidak ada di sini, benarkan pak ?" tambah Richi dan
tambah memucat lah wajah Pak Utomo dengan gemetaran.
"BENARKAH
ITU TOMO !!!, APA YANG KAU LALUKAN DENGAN ISTRIKU HHHHMMMM ????" amarah
Pak kades pun memuncak dan sempat akan memukulnya namun det Tama
menahanya.
"Cara
dia membunuhnya adalah pertama dia masuk kekamar korban melalui jendela
dan melihat korban sedang menggendong seekor kucing kesayanganya itu,
lalu kau tersadar kalau sepatumu penuh lumpur, kau melepaskanya agar
tidak meninggalkan jejek yang banyak, setelah itu kau menyerangnya, dan
mendapat perlawanan dari korban lalu kau mendorongnya dengan keras
hingga kepala korban terbentur keras dan mengalami pendarahan lalu
pingsan. Namun kau mengira korban telah tewas tapi sebenarnya belum,
saat kau menyapu kotoran tanah dari sepatumu korban sempat menulisankan
ketiga huruf itu di dinding dengan sebuah kuas, mengetahui korban masih
hidup kau pun menusukan sebuah pisau ke perut korban dan akhirnya
benar-benar tewas, " aku memeberikan analisa dalam kasus ini.
"Tapi kenapa cat neon itu berada di kamar korban ?" Tanya Sinta heran
"Itu
bukan milik korban, tapi milik Pak Utomo benarkan ?, sebenarnya mahkluk
serba hitam dan bermata merah itu adalah kau kan, Pak Utomo ?"
Pendapatku bekata demikian.
"Ya, itu kau Pak Utomo, mengakulah" sahut Dewi meliriknya.
"Kami
mengambil ini di tempat loundri tanpa sepengetahuanmu, dan baju hangat
ini sepertinya baru saja di tambal menurut pegawai di sana ini adalah
milik pelanggan tetap nya yang bernama Bapak Utomo, det Nita bisakah kau
cocokan kain itu dengan yang di tambal itu., cocokanlah dari bagian
dalamnya apakah sama ?" Sahut Sinta memberikan kantong jinjing yang
isinya baju seperti yang di bawa oleh Pak Utomo waktu pertama kali
bertemu denganya, setelah di cocokan ternyata sama.
"Apa, ti tidak mungkin" Pak Utomo terperangah dengan analisa yang kami berikan.
"Owh
begitu, satu hal lagi yang akan jadi bukti kalau kau adalah pelaku
pembunuhan itu adalah sepatu yang penuh lumpur, sepatu itu ada di luar,
tadi aku periksa semua alas kaki kalian di luar dan hanya alas kakimu
saja yang ada bekas lumpur yang mengering setelah kau membunuhnya kau
menyapu kotoran tanah nya dan menyembunyikanya di celah lemari itu, aku
ingat saat kita pertama kali bertemu, kau memakai alas kali yang sama
bukan ?" Ucap ku lagi memberikan satu bukti lagi.
"Tapi, soal makhluk itu dengan mata bersinar, bagaimana caranya membuat matanya bersinar ?" Det Nita sekali lagi bertanya..
"Night
vision, dia menggunakan alat itu dan mengecat sisi matanya dengan cat
neon itu sehingga jika di malam hari cat yang di oles kan pada sisi mata
alat itu akan bersinar, dia juga memakai masker yang biasa di gunakan
oleh pengendara motor untuk menutupi sebagian wajahnya lalu kepalanya
juga di tutupi oleh penutup kepala yang ada di baju hangat itu, jadi
dengan kata lain kau lah yang selama ini menyebabkan warga ketakutan dan
mencuri semua ternak mereka, kau memanfaatkan ayahnya Noni yang hilang
untuk menjadi kambing hitam. Jujur saja saat pak kades menelepon mu kau
sedang berada di sekitar jalan ini kan ?, lalu kau bergegas untuk kemari
dan sempat memperban luka di lenganmu tapi kau lupa kalau bekas lumpur
yang ada di sepatumu belum di bersihkan" jelas Richi dengan nada seperti
biasa santainya.
“tidak mungkin” Noni merasa tidak percaya
"Ya
night vision yang di gunakan oleh nya sebelumnya telah di olesi cat
neon itu agar terlihat menyala, dan agar dapat melihat dengan jelas
tanpa bantuan senter, lalu huruf n yang di tulis oleh korban sebenarnya
adalah huruf u yang di balik, korban memberi tau ku soal itu dengan cara
membalikan pergelangan tangan nya setelah menuliskan huruf itu, jadi
jika huruf n di balik akan menjadi huruf u kan ?, itu aalah inisial mu
kan, Utomo ?" tambahku menguatkan pernyataan Richi.
"Tapi, maksud dari korban menulis kata CAT di dinding itu apa ?" Det Nita masih bertanya-tanya.
"Kalau yang itu, ada kaitanya dengan kasus lain" jawabku melirik Pak kades.
"Kasus lain, apa maksudmu ?"det Nita lagi-lagi
"Yah,
untuk kasus pembunuhan pelakunya adalah kau Pak Utomo, benarkan Pak ?,
tadi aku menyuruh teman ku Dewi untuk mengambil sampel darah dari
lenganmu untuk di cocokan lab dengan darah yang ada di pecahan keramik
itu, aku baru mendapatkan hasilnya dan hasilnya adalah kalau bercak
darah di keramik dengan darah dari lengan mu adalah sama. Bagaimana ?,
jika ada yang salah tolong luruskan." sahut Richi menutup buku kecilnya
yang sejak tadi di bacanya.
"A
aa i itu, memang benar, alasan saya membunuhnya karena dia sudah
menghina keluarga saya habis-habisan dengan kata-kata yang tidak pantas
di ucapkan hanya karena saya salah memberi obat pada kucing kesayanganya
hingga kucing itu bulunya rontok, hiks...hiks....hiks, maafkan saya
pak, jika bapak ingin menghukum saya langsung. Silahkan" pak Utomo
mengakui kesalahanya dan menangisi penyesalanya di depan kami juga
berlutut di hadapan Pak Kusumo.
"Ka
kau, KU BUNUH KAU SEKARANG JUGA !!!!" geram sang kades meluapkan
kemarahan namun det Tama berusaha menghentikan tindakan nya itu dengan
memegang erat-erat, Pak Utomo pun di borgol dan di bawa ke dalam mobil
polisi dan di bawa ke kantor polisi.
"Tidak mungkin, pak Utomo adalah pelakunya" ujar Noni menahan sedih.
"Jadi, apa maksud kata dari CAT itu anak muda ?" Det Nita bertanya kembali.
"Itu bukan CAT tapi COR" jawabku sambil menatap Pak kades
"Apa, kenapa menjadi COR ?" Heran Det Nita.
"Lihat
lah hurup A ini, kedua garis sisinya melengkungkan lebih mirip hurup O
dan garis tengahnya tidak sempurnakan, lebih menyerupai goresan tangan
biasa, itu adalah karena jari korban sempat menyentuh cat di dinding
itu. Dan Huruf T itu sebenarnya adalah huruf R, lihatlah garis atasnya
sedikit melengkung, korban hendak menulis huruf R namun terlambat karena
korban telah menerima tusukan dari pelaku tadi" jawab ku lagi dan
mengambil sebuah berkas dokumen yang terselip di celah lemari bersama
kotoran tanah yang di sapu oleh pak Utomo tadi. Seketika wajah pak kades
berubah pias dan tubuhnya lemas melihat berkas dokumen itu.
"Hmm, apa bapak baik-baik saja ?" Tanya Det Nita lagi tak hentinya mengajukan pertanyaan.
"Akui saja, bapak melakukan korupsi kan ?, almarhumah istri bapak menulis kata COR itu artinya adalah CORUPSI" sahut Richi
"Apa,
tidak mungkin bapak korupsi kan ?, jawab Noni pak ?, itu tidak benarkan
?" Kesedihan Noni memuncak berubah menjadi tangisan seolah tidak
percaya orang yang telah mempekerjakanya adalah seorang koruptor.
"Be benar, i itu salah, apa buktinya kalau saya korupsi. ?" Tanya pak kades gelagapan..
"Pak
kades, ini adalah data korupsi anda. Sepertinya istri bapak sebelum dia
meninggal ingin menghentikan perilaku bapak yang menyimpang itu, jika
masih kurang buktinya ini adalah koper berisi uang sepuluh juta rupiah
yang di temukan di sekitar danau itu dan terkurung oleh rerumputan
disana dan agar bapak tidak lupa menaruhnya bapak memberi tanda dengan
dua buah bambu kecil untuk menandainya" jawabku dengan memperlihatkan ke
dua barang bukti itu.
"A apa, tidak mungkin" lemas pak kades semakin menjadi.
"Sudahlah
pak, akui saja. Kalau masih mau membantah kami masih punya bukti lain
yang bisa memberatkan anda Pak kades" saran det Tama agar menyerah..
"Heeh, masih ada bukti lain ?" Heran Dewi..
"Bukti lain itu apa pak detektif ?" Tanya Sinta yang penasaran.
"Baiklah,
INDRAA, BAWA BUKTI ITU KEMARI !!!" Teriaku, seketika Indra membawa
seseorang yang duduk di kursi roda, orang itu memakai baju suwiter
hangat dengan sal yang di lilitkan di lehernya, saat mereka masuk Noni
terkejut merasa tak percaya, begitupun dengan Pak kades
"A ayah, ini ayah kan ?, syukurlah ayah masih hidup" tangis Noni kembali pecah menangis bahagia dan memeluk ayahnya erat.
"Yah, ini ayah nak, maafkan ayah membuatmu khawatir" ucap Pak Candra mencium kening Noni.
"Apa, jangan-jangan anda adalah Pak Candra yang menghilang itu ?" Det Nita merasa heran apa yang sedang terjadi.
"Sudahlah
nak, bapak mau minta pertanggung jawaban kades itu setelah bapak di
pasung seperti orang tidak waras oleh nya, Hei Kusumo, kenapa kau
lakukan ini padaku ?,kau membohongi semua warga ini dengan mengatakan
kalau aku sudah mati, dan mengambil alih kedudukan ku sebagai kades., da
dan kenapa kau sengsarakan warga ku dengan melakukan korupsi ?"
Seketika amarah Pak Candra memuncak dengan di selingi batuk-batuk.
"Euuh,
maafkan saya pak, dulu saya tergoda dengan jabatan itu dan berusaha
melenyapkan bapak lalu mengurung bapak digubuk itu. Kemudian saya
menyebar berita palsu kalau bapak meninggal dan hilang di culik, sa saya
benar-benar minta maaf" penyesalan pak kades akhirnya keluar dia minta
maaf dengan bersujud di hadapan Pak Candra namun Pak Candra tak
menghiraukannya dan memalingkan wajahnya dari orang itu dengan menangis
tersedu.
"Sa
saya jadi gelap mata saat melihat bantuan pembangunan desa ini datang
dan mengambil sebagian uang nya untuk membangun rumah ini dan kebutuhan
lain nya, dengan kejadian ini saya sadar, saya mengambil hak orang lain.
Sebagai balasanya tuhan mengambil seseorang yang saya sayangi, sa saya
benar-benar minta maaf sekalai lagi" mohonya lagi sambil memegang kaki
Pak Candra penuh rasa bersalah.
"Euuh,
pak polisi, bawa dia dari hadapanku. Saya masih belum bisa memaafkan
nya saat ini" pinta Pak Candra, kades itu pun di borgol oleh det Nita.
"Sebaiknya bapak tanggung jawabkan perbuatan bapak, ikut kami sekarang" sahut det Tama membawa kades korup itu.
"Ba baiklah" kades itu pun bersedia di gelandang ke kantor polisi dan nantinya akan di serahkan ke lembaga hukum anti korupsi.
"Fiuh,
alamak, kasus yang menyita banyak waktu ya anak muda ?" det Nita
menghela nafas panjang cukup melelahkan memang kasus ini berakhir pada
pukul 18:30 petang.
"Oya
anak muda, satu pertanyaan lagi. Sebenarnya kalian ini siapa ?,
pengamatan kalian tajam sekali. Ada beberapa hal yang luput dari
pantauan kami tapi kalian melihatnya dengan sangat jeli ?" Tanya det
Nita pada kami.
"Soal
itu kami ini adalah hanyalah remaja berusia 19 tahunan, dulu juga kami
ikut menuntaskan kasus sebuah pesawat yang jatuh di pantai Panagan"
jawabku.
"Apa ? jadi kalian adalah anak-anak detektif itu" kaget det Nita merasa tidak percaya bertemu dengan kami.
"Kenapa kau, sangat kaget, apa kami terkenal ya ?" Tanya ku heran
"Nama kalian sangatlah terkenal di setiap kepolisian indonesia, apa kalian tidak menyadarinya ?" Ucap det Nita menghampiri kami.
"Owh,
apa karena dulu kami pernah memecahkan kasus itu lalu media menyoroti
kami, dengan demikian semua orang tau akan kami, begitukan ?" Sahut
Richi dan kembali seperti biasa membaca lagi buku kecilnya.
"Ya begitulah, syukurlah ada kalian di sini" det Nita memberi salam penghormatan pada kami. heu....heu.....heu......inikah rasanya terkenal....?.
"Ayah, bagaimana ayah bertahan di sana ?" Tanya Noni seorang anak yang khawatir pada ayahnya.
"Owh,
soal itu. ayah selalu dapat makanan, entah siapa yang mengantarkanya,
oya ayah bawa salah satu piring nya, mungkin kau kenal siapa pemilik
piring ini ?" pak Candra mengeluarkan sebuah piring dari balik bajunya
dan sungguh kagetnya Noni, ternyata piring itu adalah berasal dari sini
dan itu adalah piring kesukaan dari almarhumah Bu Hayati yang hilang.
"Jangan-jangan, apa iya Bu Hayati sendiri yang memberikan ayah makanan ?" Tanya Noni lagi
"Hmm,
entahlah nak ayah tidak tahu, yang jelas ayah bersyukur bisa bertemu
lagi dengan mu nak" jawab pak Candra dengan rasa bersyukurnya bisa
kembali melihat anaknya lagi.
"Nak
Indra, terimakasih telah menjaga Noni selama ini. Bapak sangat
berhutang budi padamu" tambahnya lagi memegang tangan Indra dan
menyatukanya dengan tangan Noni.
"Eu, sudahlah pak, saya kan hanya menjalankan amanah bapak saja" ucap Indra malu-malu dan wajah nya memerah.
"Sudahlah, kalian pacaran saja, cocok koo" celetuk Sinta dan membuat wajah Noni dan Indra semakin memerah..
"Iya, kalian memang serasi iya kan pa ?" Tambah Dewi tersenyum manis
"Hmm, aku rasa juga begitu, hahaha" tawa pak Candra bahagia
"A
ayah, aku kan jadi malu. Hehehehe" Noni pun tertawa lembut bahagia
demikian juga dengan Indra haya tersenyum kecil melihat Noni yang
tertawa seperti itu, baginya ini adalah momen paling di tunggunya bisa
melihat Noni tersenyum bahagia.
"Oya, aku masih belum mengerti kenapa pelaku itu menyerang Noni ?" tanya Det Nita memegang dagunya keheranan.
"Soal itu, dia mungkin sedang melakukan aksinya sebagai pencuri ternak lalu kepergok oleh Noni, apa benar begitu Noni ?” jawabku
“ya, aku baru ingat sekarang kalau waktu itu aku mencium bau kambing di badan ny”
“Owh
begitu rupanya, dia akan terkena pasal berlapis atas perbuatanya.
Terimakasih ya bantuanya” seketika wajah yang serius berubah menjadi
sangat santai dan terlihat cantik saat dia tersenyum di akhir bicaranya wow.
Yah
itulah petualangan kami di desa ini dan kami pun melanjutkan kegiatan
kami membantu warga di sini, setelah mengetahui Pak Candra masih hidup
raut wajah warga di sini tidak lagi muram semua kembali seperti sedia
kala penuh senyum dan ramah entah apa yang terjadi, menurut salah
seorang warga mengatakan jika desa ini di pimpin Pak Candra semua warga
merasa sejahtera berbeda saat di jabat oleh pak Kusumo yang ada hanyalah
penderitaan sehingga menaruh curiga pada setiap pendatang dan merasa
takut akan makhluk palsu itu.
***** ***** *****
"Haaah, lelahnya hari ini. Apa ada makanan ?" Celetuk Sinta.
"Hei
jaga bicaramu bodoh, kita hanya tamu di sini" tegurku pada Sinta yang
saat itu sedang kumpul di salah satu saung milik pak Candra.
"Owh hahaha, tenang saja sebentar lagi Noni datang membawa makanan ko" sahut Pak Candra tersenyum pada kami.
"Eu,
HEEI NONIII.....!!!!" teriak Sinta melambaikan tanganya dan Noni pun
membalas lambaianya, dia datang bersama Indra yang membawa juga beberapa
makanan.
Hari ini adalah hari terakhir kami ada di kampung Hope (baca hope)
ini. Ya nama desa ini adalah Hope, jika dalam bahasa inggris artinya
adalah harapan, pak Candra berharap setelah kejadian itu tidak ada lagi
kejadian buruk pada kampungnya ini. Setelah makan siang kami pun pamit
pada mereka untuk kembali ke kota melaporkan hasil kerja sosial kami
pada dosen, Pak Candra memberikan beberapa supenir untuk kenang-kenangan
kami dan kami pun pergi meninggalkan kampung itu dengan rasa lelah
namun menyenangkan.
Di perjalanan pulang,
"Hei Dewi, dari mana kau tau rumah Pak Utomo ?" Tanyaku heran.
"Owh
tadi aku sama Sinta di suruh sama Richi pergi ke loundri, buat
mengambil pakaian milik Pak Utomo. Lalu kami pura-pura lupa alamat rumah
Pak Utomo dimana dan kami bertanya pada pelayan di sana, di kasih deh
alamat nya" jawab Dewi.
"Ooh, pintar juga kamu" ujarku memuji.
Selesai.

Comments
Post a Comment