ParaDetect: Kasus di kampung Hope
ParaDetect (Para Detective)
KASUS PERTAMA
MISTERY KEMATIAN DARI ISTRI PEJABAT DESA
File B: Cat & n
"Kau tau, sepertinya aku mengerti kenapa penduduk sini wajah nya seperti ketakutan tadi saat kita sampai"
"Ya,
aku rasa begitu, raut wajah mereka aneh saat menatap kita. Apa ini ada
hubungan nya dengan kejadian ini ?" Tanya ku pada Richi
"Entahlah,
api sepertinya menarik untuk kita selidiki yang jelas aku mengerti
kenapa mereka sangat ketakutan, pasti karena mahkluk itu. Lebih baik
kita kembali ke kamar, kita lanjutkan besok penyelidikannya" ucap Richi.
![]() |
| Editing by IrwanNuurul |
Esok
hari nya sekitar pukul 06:00 aku sedang sikat gigi sedangkan Richi
sedang melakukan kebiasaan nya apa lagi kalau bukan baca buku kecil nya
lalu di kamar sebelah, haah...aku tak tahu apa yang sedang lakukan para
wanita itu, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan memanggil nama Noni,
dan tak hanya satu, ada beberapa suara lain meneriakan yang serupa.
"Hei, Richi mungkinkah mereka ?"
"Ya aku tau, sebaiknya kau cepat..kita lihat keluar" aku pun bergegas dari kamar mandi dan pergi keluar.
"Eu kalian, apa kalian melihat Noni, dari semalam dia tidak ada di kamarnya" ucap Pak kades lirik kiri dan kanan
"Owh, sebentar" aku mengetuk pintu kamar Dewi dan Sinta dan mereka pun keluar.
"Anu,
apa kalian melihat Noni pembantunya Pak kades ?, kalau melihatnya
beritahu aku, aku mohon" seorang pemuda tiba-tiba memohon dengan sangat
"Masuklah, tadi malam kami menemukanya pingsan di bawah pohon itu" ucap Dewi dan mempersilahkan mereka masuk.
"Apa, pingsan. kenapa bisa ?" Tanya Bu Hayati
"Semalam
kami mendengar suara teriakan keras di depan rumah, dan begitu kami
keluar kami melihat Noni tergeletak di bawah pohon. Euu Pak kades
sebenarnya apa yang sedang terjadi di kampung ini, aku heran sejak
datang kemari aku merasakan hal aneh dengan penduduk sini ?" Tanyaku
serius
"Eu soal itu, hmm" Pak kades ragu-ragu.
"Sudahlah
pak., ceritakan saja pada mereka, di srmbunyikan juga percuma.. Cepat
atau lambat mereka juga akan tahu" Bu Hayati membujuk agar Pak kades
menceritakan semuanya.
"Hmm,
baiklah akan bapak ceritakan" ceritanya adalah saat ayah Noni
menghilang kampung ini sering di hantui oleh sesosok mahkluk yang serba
hitam dan matanya merah, itu persis yang di katakan oleh Dewi dan Sinta
tadi malam, dan menurut warga setelah adanya makhluk itu bayak warga
yang kehilangan ternaknya berupa kambing bahkan sapi, di ketahui juga
kalau sebelum pak Kusumo menjadi kaes di kampung ini ayah Noni lah yang
menjabat kades di sini namun dia di kabarkan telah tewas tenggelam di
tempat pemancingan namun aneh nya mayat nya belum bisa di temukan sampai
sekarang ayah Noni bernama Candra Aditia, dan warga mempercayai kalau
makhluk itu adalah jelmaan dari ayah Noni yang tewas dan sering menakuti
warga sekitar.
"A ayah, sstt..." Noni tersadar dan langsung memanggil ayah nya
"Eu, Noni kau sudah sadar ya. Sukurlah" ucap Sinta menghela nafas.
"A aku di mana ?" Tanya Noni sedikit meringis yang masih terbaring di tempat tidur
"Sudahlah,
kau jangan banyak bergerak dulu, kau ada di kamar dua perempuan ini.
Untunglah kau di selamatkan oleh mereka." ucap Bu Hayati menenangkan
Noni.
"Noni, ini aku, sukurlah kau selamat. Aku, aku sangat khawatir padamu" sahut pemuda itu
"I indra, kau ?" Noni sedikit tersenyum melihat pemuda itu dan memegang erat tangan nya
"Sudahlah, istirahat dulu biar aku nanti bawakan sarapan untukmu" bujuk Indra, hoo...nama pemuda itu adalah Indra...sepertinya dia adalah kekasih dari Noni.
"Hei, apa kau pacarnya Noni ?" Tanya Dewi.
"Eu
aku, aku hanya temanya, teman sejak kecil. Dan aku dapat amanah dari
ayahnya agar selalu menjaganya." ucap Indra sambil mengusap-ngusap
kepala Noni.
"Hoo, pantas kau tampak yang paling khawatir" tambah Sinta, haa...dugaan ku salah...heu..heu..
"Hei Richi, apa kau punya rencana penyelidikan ?"tanyaku, aku merasa tidak mengerti dengan kejadian ini.
"Kita tunggu saja" jawabnya kalem dengan bersandar di dinding dekat pintu keluar, yaa, itu memang ciri khas dia.
"Begitu ya, eu elehh, dari tadi aku tidak melihat Pak Utomo, kemana dia ?" Tanyaku lagi heran.
"Owh, dia tadi pagi-pagi sekali menelepon bapak katanya ada keperluan mendadak jadi tidak bisa jaga rumah seperti biasanya"
"Hoo gitu ya." jawabku
"Untuk
sementara waktu...bagaimana kalau Noni tinggal dulu di sini samapai
sakitnya itu pulih, jangan khawatir. Karena dua perempuan ini akan
mengurusnya" ucap Richi
"Itu benar, anggap saja ini bagian dari kegiatan kami di sini, benarkan Sinta ?" Ucap Dewi tersenyum
"Hmm iya, serahkan saja pada kami" mereka berdua menyanggupi saran dari Richi.
"Ma maaf ya, aku jadi merepotkan kalian semua" ucap Noni merasa tidak enak
"Tidak apa-apa, mereka berdua ini, sangat pandai dalam mengurusi orang sakit hihihi...." kecuali padaku
"Terimakasih
banyak kalian semua udah banyak membantu, untuk sementara ku serahkan
Noni pada kalian" Indra sangat berterimakasih pada kami.
"Hidari, kemari sebentar !" panggil Richi
"Hm, baiklah ada apa ?" aku menghampiri nya
"Kita periksa tempat itu, minta bantuanlah pada pemuda itu" bisik Richi, dia selalu memanggilku dengan nama samaranku. Hidari.
"Owh, baiklah aku mengerti" pahamku
"Baiklah
kami permisi dulu, tolong jaga Noni baik-baik. Noni, kami pulang dulu,
jangan terlalu merepotkan mereka ya"senyum Indra pada Noni berpamitan
"Indra, tunggu sebentar ?" Panggilku saat dia beranjak keluar, sementara Pak kades dan Bu Hayati sudah pergi duluan.
"Ya. ada apa ?"
"Bisakah kau antar kami ke danau yang di maksud warga itu ?" pintaku.
"Euu, baiklah tapi jangan sampai mereka tahu." sanggupnya
"Mereka, maksudmu siapa mereka ?" Tanya Richi penasaran
"Dua orang yang tadi." jawab Indra
"Maksudmu Pak kades dan Bu Hayati ?" tanyaku heran dan merasa aneh
"Yah
benar, karena kalau sampai mereka tahu kita akan di usir dari desa ini,
aku juga belum tau kenapa mereka bersikap seperti itu."
"Apa pernah kejadian sebelumnya ?" tanya Richi lagi.
"Yah,
setahun yang lalu ada dua orang pendatang dan mereka menuju kesana, tak
lama Pak kades mengetahuinya, dua orang itu langsung di usir begitu
saja."
"Begitu
rupanya, Hidari, kita lakukan nanti malam saja. Kau datang lah kemari
jam tujuh malam kita berangkat setelah semuanya terlelap tidur" saran
Richi
"Ya,
aku mengerti" aku dan Indra paham maksud Richi. Sejujurnya aku juga
merasakan hal yang aneh, kenapa Pak kades dan Bu Hayati tidak berpamitan
dan malah menampakan mimik wajah yang seperti khawatir, ada apa dan
kenapa ?, itulah yang menjadi pikiran ku saat ini.
Pukul
08:00 pagi Indra datang lagi ke tempat kami, dia sudah janji untuk
membawakan sarapan untuk Noni. Dia membawa makanan berupa bubur yang
kelihatan pas untuk sarapan di pagi hari...heu..heu..heu...aku jadi lapar.....dia juga ternyata...aku dengar perut Richi keroncongan.
"Euu Dewi, apa kau masih menyimpan persediaan makanan kecil ?" Tanyaku menahan lapar
"Apa yang kau katakan Tora, bukankah kau juga bawa cemilan dari rumah ?" Ucap Dewi melotot dan berkaca pinggang.
"Hei Richi, katakan sesuatu ada apa dengan teman mu itu ?" Sinta ikut mengintrogasi...ya ampuun....apa mereka tega membiarkan temanya ini kelaparan heuuhhh...
"Ya, cemilan kami memang habis tapi bukan aku yang menghabiskanya, benarkan Tora ?" Ucap Richi meliriku
"Hah, iya hehehehe" cemilan itu habis olehku semuanya dalam satu malam, haaahh bodohnya aku..hiks...hiks..
"Kenapa
kalian tidak membeli makanan di sana saja, di ujung jalan ini ada
sebuah mini market tinggal belok kiri..di sana tempatnya, tidak jauh ko"
saran Indra.
"Iya, coba saja di sana makananya enak-enak ko" tambah Noni yang sudah merasa baikan.
"Mini market ???, apa di perkampungan seperti ini ada mini marketnya ?" Tanyaku heran
"Ya
memang ada, jalan di sana adalah jalan menuju tempat wisata sebuah situ
jadi mungkin seorang pengusaha mendirikan mini market itu di
sana...banyak mobil yang singgah disana hanya sekedar membeli
oleh-oleh." jelas Indra sambil menyuapi Noni sarapan...sudahlah kalian
pacaran saja kalau begitu...heu...heu...
"Baiklah kalau begitu, hei kalian berdua mau nitip apa ?, biar sekalian kami belikan" Tawarku pada Sinta dan Dewi.
"Tidak terimakasih, aku masih banyak ko keperluanku...jadi aku tak menitip apapun" ucap Dewi sambil memeriksa bawaanya di tas.
"Hei tunggu, aku mau menitip sesuatu" Sahut Sinta mengeluarkan uang dari tas kecilnya..
"Hmm, mau nitip apa ?" Tanyaku, Sinta menghampiriku dan berbisik
"Tolong belikan aku pembalut satu lusin, ini uangnya" uang itu di selipkan di saku baju ku
"APA....!!!??...yang benar saja, jangan bercanda., dasar Sinta bodooohhh...." gerutuku dalam hati, apa kata pelayanya nanti.
"Kenapa,
apa ada masalah hmm, hehehe ?" Tanya Sinta berbisik lagi dengan nada
seperti sedang mengancam..dan mencubit pinggangku keras
"Heuuh
aduh, ti tidak baiklah kalau begitu." sejujurnya aku bisa saja menolak
keras permintaanya tapi jika sudah menggunakan nada bicara seperti itu
aku tak bisa berkata apa-apa lagi...maklum belajar dari pengalaman dari
kejadian saat aku menolak permintaanya untuk membelikan yang serupa, dia
membantingku bagaikan bantal guling..secara dia keras kepala, jika
sudah menginginkan sesuatu dia akan mendapatkan nya dengan segala cara
dan di samping itu dia adalah juara satu teikondo nasional, wajar kalau
aku sangat ketakutan, trauma masa lalu heu..heu..heu....mengerikan sangat..jika di ingat lagi
"Hei, cepatlah hidari !!!, ada apa ?" Tegur Richi
"Hmm,
ti tidak, hehehe ayo kita berangkat" jawabku gemetaran. Aku dan Richi
menelusuri jalan yang di ucapkan oleh Indra, benar saja setelah sampai
di ujung jalan ini yang ternyata sebuah gang kecil dan di sebelah kiri
terdapat sebuah mini market, aku rasa ini milik pribadi di sana di
jajarkan beberapa makanan khas daerah sini dan beberapa mainan juga yang
lainya...tampak ramai memang ada dua mobil yang parkir mungkin
pemiliknya sesang mencari oleh-oleh pulang atau juga sebagai bekal
menuju tempat wisata. Aku membeli beberapa mie instan dan snack kecil
dan ya karena sifatku yang menyukai beberapa mainan dan aku tertarik
dengan sebuah kacamata yang bentuknya aneh, lebih mirip teropong namun
cara pakainya seperti kacamata.mungkin itu mainan night vision
"Mas,
itu keluaran terbaru, kacamata itu memiliki sensor agar bisa melihat
dalam gelap seperti night vision, tinggal pencet tombol samping nah
lihat, lensanya menyala, itu artinya mas sudah bisa melihat dalam gelap"
itulah penjelasan dari karyawan mini market, aku tertarik dengan benda
itu dan membelinya satu. Hei,,,,,hei,,,,,kenapa pelayan ini menjelaskan itu padaku,,,,,,aku kan buan anak kecil,,,,,heu,,,,heu,,,,aneh,,,
"Hei, kau beli apa itu ?"tanya Richi
"Aa,
tidak, hanya mainan kecil hehehe" jawab ku ada rasa malu membeli barang
seperti di depan Richi, aku menjelaskan kegunaan benda itu pada Richi.
Di jalan menuju pulang aku seperti teringat sesuatu dengan mata yang
menyala tapi apa, aku lihat Richi tidak biasanya berjalan tidak sambil
membaca buku kecilnya itu namun terlihat seperti sedang memikirkan
sesuatu.
"Hei Richi, apa yang kau pikirkan ?" Tanyaku sambil terus berjalan..
"Entah
lah, sepertinya ada yang mengganjal pikiranku. Hei coba ku lihat
kacamata itu, aku rasa ini tentang benda ini" ucap Richi tanganya
mengodok kantong keresek yang aku bawa dan mengambil kaca mata itu. Kami
berpikir bersama sepanjang jalan dengan menatap benda itu, dan akhirnya
kami tersadar dan mendapatkan jawaban dari apa yang kami pikirkan itu,
hooo begitu rupanya, aku dan Richi tersenyum karena menyadari sesuatu
yang penting. Sesampainya di rumah aku langsung membereskan barang
belanjaan dan tampaknya di kamar sebelah sedang sepi, mungkin sedang
tidur atau melakukan kegiatan lain, tiba-tiba hp ku berbunyi tanda sms
masuk dan aku baca yang isinya dari Dewi
"Tora, cepat ke rumah Pak kades sekarang juga, ada masalah besar..."
aku tak mengerti ada apa aku tunjukan sms itu pada Richi tanpa pikir
panjang aku dan Richi segera kesana sekitar pukul 09:15 sesampainya di
sana Sinta menyambut kami dengan terburu-buru dia menarik tangan kami.
"Cepatlah, ada pembunuhan di rumah itu !!!" ucap Sinta terengah engah menarik kami
"APA
!??, si siapa yang di bunuh ?" Ucap ku mempercepat langkahku.
Sesampainya di sana aku langsung di bawa oleh Dewi menuju sebuah kamar
yang ternyata di sana ada mayat terduduk dan tersandar di sebuah lemari
dengan perut tertusuk sebuah pisau.
"Bu,
bu Hayati, kenapa ?" Yang terbunuh adalah Bu Hayati tapi aku belum bisa
menjelaskan ini apakah memang benar pembunuhan atau bunuh diri.
"Apa
kalian sudah melapor polisi dan ambulance ?" Tanyaku pada Sinta dan
Dewi sambil memeriksa di sekitar mayat ku harap menemukan sebuah
petunjuk.
"Sudah, dan mereka akan datang beberapa menit lagi" ucap Dewi
"Sebaiknya
jangan ada yang mendekati mayat dan kalian tetaplah disini, jangan ada
yang keluar satu orang pun" perintah Richi, aku memotret bagian-bagian
mayat dan di sekitarnya yang di anggap mencurigakan. Bagaimana sepelaku
melakukanya, di perkirakan dia sudah mati sekitar satu jam lalu tepatnya
jam 08:00 apa motif nya dan siapa pelakunya.
Tak lama berselang polisi pun datang dan langsung melakukan olah TKP.
"Baiklah,
perkenalkan aku detektif Tama lengkapnya Tama Hermawan dan dia adalah
detektif Nita Natalia kami dari kepolisian divisi satu, bisa kalian
ceritakan sesuatu pada kami ?" Dua orang polisi menghampiri kami
sepertinya akan mulai interogasi.
Sebelumnya
aku dan Richi sempat memeriksa TKP sebelum polisi itu datang, aku
menemukan berupa bercak darah yang menyerupai huruf "n" itu terletak di
lantai dekat tangan nya yang terjulur di lantai dengan telapak tangan
kanan yang terlentang dan yang kiri telungkup serta jari telunjuknya
tangan kanan nya seperti sedang menunjuk dan terdapat bekas cat di jari
telunjuknya itu, kondisi kamar yang berantakan di duga korban sempat
melawan, itu terbukti dengan adanya beberapa vas bunga kecil yang pecah
berserakan, di samping itu aku menemukan sebuah kuas ukuranya kecil, aku
juga menemukan lantai yang seperti sudah di sapu namun masih kasar saat
di raba di dinding dekat mayat pun ada sebuah tulisan "CAT" apa
maksudnya ?, apa ini merupakan pesan kematianya, tapi apa ?.
Bersambung....

Comments
Post a Comment