ParaDetect: Kasus Pesawat Komersil dan 704
ParaDetect (Para Detective)
KASUS KE DUA:
KASUS KE DUA:
JATUHNYA PESAWAT KOMERSIL BERSAMA NO 704
File C: Kantor Pusat, Kasus Masa Lalu
Pukul
12:00 siang aku dan teman-teman lainya keluar dari rumah sakit karena
Dewi sudah pulih kembali, kami berencana untuk makan siang di sebuah
restouran sederhana, setelah sampai kami pun memesan makanan dan
berbincang sedikit.
![]() |
| Sumber gambar: Google, Editing by IrwanNuurul |
"Oowh,
apa dia benar-benar akan jadi saksi hidup kejadian ini ?, dia kan di
temukan berada dalam toilet" heran Dewi menumpangkan dagunya di tangan
yang mengepal.
"Det
Sakti bilang kan, kalau pramugari itu sempat mengigau menyebutkan
jangan jatuhkan pesawatnya, itu berarti dia melihat langsung si pelaku,
mungkin" sahut Sinta.
"Hoo, gitu ya, lalu apa yang kalian lakukan setelah ini ?" Tanya Dewi pada ku juga Richi.
"Hmm,
yang aku inginkan si pergi ke tokok 704 itu untuk menyelidiki sesuatu"
pikirku, tapi mungkin kepolisian sudah lebih dulu menyelidiki tempat
itu.
"Ya, mungkin" sahut Richi singkat, tak lama pesanan pun datang kami pun menunda perbincangan untuk makan siang.
**** **** ****
2 Desember 2014 pukul 12:11 di sebuah gudang tua di ceritakan dua orang sedang berbincang serius.
"Hh, kerjamu bagus tapi bodoh" ucap seorang pria tua berjanggut dengan tongkat alat bantu jalanya.
"Apa maksudmu, pak tua ?" Sahut seorang pria muda dengan kesal.
"Aku
hanya menyuruh mu membunuh dua orang itu tanpa ketahuan, tapi kenapa
kau malah membuat pesawat itu jatuh hmm ?" Kesal pak tua itu mencengkram
kerah bajunya.
"Aa..., maafkan aku, le lepaskan aku, aku mengaku salah" rintih pria muda yang di cengkram itu seolah tidak bisa bernafas.
"Hh..., aku juga sama bodohnya, kenapa aku memperkerjakanmu dengan pekerjaan ini" ucap pak tua berjalan membelakangi pria muda.
"Sekali lagi maaf, lalu untuk sekarang apa yang harus kita lakukan ?"
"Bersikaplah
seperti biasa, bersikap seolah tak ada kejadian apa pun" jawab pria tua
itu dengan berjalan pincang di bantu dengan sebuah tongkat meninggalkan
pria muda itu sendirian.
"Tidak,
aku tidak akan bersikap seperti itu, aku juga akan menuntut balas atas
kematian ayahku oleh orang itu. Meski orang itu sudah mati tapi aku
masih belum puas, aku akan membuat keluarganya menderita" pikir pria muda itu penuh dengan rencana jahatnya, dia pun pergi meninggalkan gudang itu dengan hati penuh nafsu jahat.
**** **** ****
Setelah
makan siang selesai aku dan yang lainya bergegas pergi untuk menuju
tokok 704 A yang tak jauh dari restouran tempat kami makan tadi, jarak
yang dekat cukup dengan berjalan kaki untuk sampai di sana, namun hanya
tinggal beberapa meter lagi kami akan sampai sebuah ledakan mendentum
sangat keras, sebuah tokok telah hancur berantakan dan penjaganya
terluka parah.
"Apa maksudnya ini, tokok 704 A hancur dalam ledakan tadi" sahutku saat melihat langsung tokok itu dari dekat.
"Kalau begini ada kemungkinan tokok yang lain pun akan bernasib sama" pikir Richi ada benarnya.
"Det
Sakti, sebaiknya lakukan pemeriksaan di tokok lainya, aku khawatir si
pelaku akan melakukan hal sama di tokok lainya" Saran Richi padanya.
"Haahh
baiklah kalau begitu" paham det Sakti yang saat itu langsung datang
setelah menerima laporan adanya ledakan dan tak sengaja bertemu kami.
"Hei, apa tokok lainya akan seperti juga ?" Tanya Sinta penasaran.
"Hmm,
entahlah Sin, sepertinya itu tak akan terjadi jika mereka berhasil
menemukan peledaknya sebelum meledak" jawab Dewi. Kami pun mengikuti det
Sakti karena penasaran apa yang akan terjadi, cabang tokok 704 jaraknya
sangat berjauhan dan membutuhkan waktu lama untuk menuju tempat
selanjutnya, pukul 12:50 sebuah tokok lainya pun ikut meledak yaitu
tokok 704 C dan menewaskan penjaganya yang sedang membersihkan kaca
depan, sepertinya para polisi terlambat untuk melakukan pengamanan.
"Cih,
kita terlambat, BAIK SEMUANYA KITA BERPENCAR UNTUK MENUJU TEMPAT
SELANJUTNYA...!!!, JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI, DAN SISANYA TETAP
DISINI DAN PERIKSA APA MASIH ADA PELEDAK LAINYA DI SEKITAR SINI !!!"
Teriak det Sakti menyerukan anak buahnya dengan tegas bercampur rasa
kesal karena terlambat datang.
"Apa ?, lagi-lagi meledak, apa maksud semua ini ?" Heran ku garuk-garuk dagu.
"Ada satu kemungkinan yang di lakukan si pelaku melakukan ini, dendam" ujar Richi.
"Apa pelaku yang menjatuhkan pesawat dengan pelaku peledakan tokok ini orang yang sama ?" Tanya Sinta.
"Kalau di teliti berdasarkan angka itu mungkin saja pelakunya orang yang sama, benarkan Tora ?" Tanggap Dewi menoleh padaku.
"Hmm,
bisa jadi begitu, dan aku pikir si pelaku adalah orang bodoh, untuk apa
menjatuhkan pesawat jika dia sudah membunuh kedua orang itu dengan
mencampur makananya dengan racun arsen, cukup dengan sembunyi-sembunyi
saja kan supaya tidak ketahuan, lagi pula kenapa harus meledakan tokok
segala, dia benar-benar orang yang sangat ceroboh juga bodoh"
perkiraanku seperti itu, karena di lihat dari aksinya yang sangat-sangat
bodoh.
Seorang
petugas yang ada di sana menemukan sebuah benda yang di duga kepingan
dari bom, setelah di selidiki dan di cocokan dengan penemuan yang berada
di tokok 704 A ternyata hasilnya sama, bom yang di gunakan adalah bom
pelastik yang menggunakan timer.
"SEGERA
EVAKUASI PENGUNJUNG DAN PENJAGA TOKOK 704 B DAN D SEBELUM TERLAMBAT
!!!" Teriak det Sakti lagi menyeru pada anak buahnya menggunakan alat
komunikasi radio.
"Det
Sakti, apa kau sudah menemukan keluarga korban yang memiliki tokok ini
?" Tanya ku menghampirinya yang sedang kesal menahan amarah.
"Ya, sekarang sudah berada di kantor pusat untuk alasan keamananya" jawabnya terengah-engah karena habis berteriak-teriak.
"Oya apa kau tahu siapa saja nama penjaga tokok itu det Sakti ?" Tanya ku lagi penasaran.
"Haaahh, kau ini banyak sekali bertanya" kesalnya.
"Sudahlah, jawab saja pertanyaanya, aku juga ingin tahu" sahut Richi menghampiri kami berdua.
"Ya
baiklah jika itu keinginan nak Herdy, saat ini keluarga korban
pembunuhan sedang di periksa di kantor pusat, jadi aku belum tahu siapa
saja nama-nama penjaga tokok itu, bagaimana kalau kalian pergi saja ke
kantor pusat mungkin di sana kalian akan menemukan apa yang kalian cari"
jelas det Sakti menyarankan.
"Ya kurasa itu ide bagus, ayo Richi kita berangkat" pikirku, aku pun pamit pada det Sakti untuk pergi ke kantor pusat.
"Hei Tora, apa kata orang itu ?" Tanya Dewi ingin tahu yang dari tadi menunggu di mobil bersama Sinta.
"Haahh
kita hanya di suruh pergi ke kantor pusat untuk mengetahui segalanya"
jawabku sambil membenahkan diri duduk di jok dengan nyaman.
"Kalau begitu ayo berangkat !" Seru Sinta tidak sabar.
"Iya
iya, ayo" Richi pun tancap gas memacu mobilnya menuju kantor pusat
kepolisian, butuh waktu satu jam tiga puluh menit untuk tiba, waktu
menunjukan pukul 14:10 saat tiba di sana. Aku melihat det Kamaru di sana
dan sedang memeriksa beberapa dokumen, entah dokumen apa itu.
"Selamat
sore det Kamaru, eu apa yang sedang kau lakukan ?" Sapa ku bercanda
saat bertemu denganya di lantai dasar kantor pusat kepolisian.
"Kalian lagi, ada apa kalian kesini ?" Jawabnya ketus seperti tak mengharapkan kami datang.
"Owh
hahaha, aku hanya ingin tahu sesuatu saja, karena sepertinya menjadi
seorang detektif itu menyenangkan walaupun nantinya akan banyak musuh,
bukankah begitu Richi ?" Jawabku sambil garuk-garuk kepala dan
cengar-cengir.
"Terserah kau saja" jawab Richi mebuat aku kesal.
"Oya
det Kamaru, aku ingin tanya apa keluarga pemilik tokok itu sudah di
periksa ?" Tanya ku mulai serius da duduk di sofa yang ada di sana.
"Ya, beberapa menit yang lalu" jawabnya singkat dan fokus pada file dokumen itu.
"Lalu apa katanya ?"
"Heuuuhh,
rasa ingin tahu mu besar juga rupanya, baiklah akan ku ceritakan. Kau
pasti ingin tahu kan ?, seorang detektif haruslah banyak keinginan
tahunya" jelas det Kamaru akhirnya buka mulut. Berdasarkan ceritanya
kalau beberapa minggu lalu Pak Sutrisno kedatangan seseorang yang ingin
melamar kerja di tokoknya namun dia menolak orang itu mentah-mentah, Bu
Anita sempat mendengar percakapan antara ayahnya dengan sipelamar itu,
namun karena Bu Anita merasa kasihan jadi secara diam-diam Bu Anita
memperkerjakanya di tokok 704 C. Dari data yang di dapat korban luka
tokok 704 A hanyalah satu orang yaitu penjaganya yang bernama Norman
berusia 29 tahun sedangkan yang meninggal di tokok 704 D adalah Kardi
berusia 34 tahun dan dua orang lagi adalah anak Bu Anita sendiri yaitu
Lesmana dia berjaga di tokok 704 B dan tokok 704 C adalah Joy Sihombing
asal medan yang ditolak oleh korban pembunuhan Sutrisno. Di saat sedang
pemeriksaan berlangsung tiba-tiba Lesmana berontak ingin keluar dan
hendak menuju ketokoknya namun aksi itu di cegah oleh beberapa polisi di
sana untuk alasan keamanan mereka.
"Sudah
cukup !" Tegas inspektur Bachtiar yang turun dari tangga menghentikan
aksi Lesmana yang sedang di pegang oleh beberapa polisi karena berontak.
"Jika
kau keluar maka akan terjadi yang tak di harapkan padamu, jadi tolong
tenanglah dan tetap di sini sampai kasus selesai" tegasnya lagi menatap
mata Lesmana yang langsung tak berkutik dan melirik ibunya.
"Sebaiknya
ikuti saja saran pak polisi itu Lesmana, jangan membuat mereka kerpotan
lagi karena ulahmu itu" sahut Bu Anita yang saat itu sedang duduk di
ruangan pemeriksaan. Ya kalau begitu tinggal satu orang lagi yang sedang
di cari yaitu Joy Sihombing karena menurut laporan tokok 704 C tutup
sejak kemarin pagi sedangkan tokok 704 B tutup sejak kemarin siang. Hmm,
kenapa hanya tokok 704 C yang tutup sejak kemarin pagi ?,
"Hei det Kamaru kenapa cuma tokok 704 C saja yang tidak buka sejak kemarin ?" Tanyaku heran ada perasaan yang aneh padaku.
"Owh
itu, katanya si penjaganya sedang sakit dan tidak yang menggantikanya,
jadi tokok itu tutup sejak kemarin" jawabnya sambil seperti memikirkan
sesuatu. Tak lama det Sakti datang bersama seseorang yang Lesmana kenal,
Joy Sihombing. Dia juga datang dengan seorang kakek berusia enam
puluhan dengan berjalan sedikit pincang. Di pihak lain beberapa polisi
yang menjaga Karina di rumah sakit datang bersama Karina yang di dorong
menggunakan kursi roda dengan perban masih membelit sebagian tubuh dan
kepalanya juga pipi, selang infus pun masih terpasang di tubuhnya, hei
hei apa maksudnya ini, bukanya dia masih harus di rawat di rumah sakit
tapi kenapa malah di bawa kemari, apa dia sudah baikan ?, haaahh tambah
pusing saja kasus ini.
"Ka Joy ?, apa sakitmu sudah sembuh ?" Lesmana bertanya-tanya heran.
"Ya, makanya aku kesini bersama para polisi ini dan juga kakek ku" ujar pemuda berusia 30 tahun itu.
"Ya,
kami khawatir dengan keadaanmu lalu di depan rumah kami ada polisi ini
memberi tahu kejadianya, aku turut berduka atas meninggalnya kakek mu
Lesmana" tambah kakek itu yang di ketahui namanya adalah Sumarno Eka
Purnama, dia adalah teman seperjuangan almarhum Sutrisno saat masih
menjadi TNI, ada yang aneh di sini, tampak raut wajah seseorang
tiba-tiba seperti orang kaget saat Karina yang di dorong dengan kursi
roda melewatinya. Richi yang merasakan hal yang sama berjalan menuju
Lesmana. Saat itu Lesmana sedang lengah dalam pengawasan polisi jadi
Richi leluasa untuk mengajaknya bicara.
"Apa kau yang namanya Lesmana ?" Tanya Richi saat menghampirinya.
"Hm, iya itu aku, siapa kau ?" Jawabnya berbalik bertanya.
"Aku
juga sedang menyelidiki kasus ini, apa boleh aku berbicara denganmu
sebentar di luar" ucap Richi dan Lesmana pun mengiyakan lalu mereka
berdua berjalan keluar, karena penasaran aku pun mengikutinya.
"Hei Tora, mau kemana ?" Sahut Dewi menahanku.
"A iya aku cuma penasaran apa yang akan di tanyakan Richi pada anak muda itu" jawabku.
"Owh begitu ya, ya sudah sana" ucap Dewi melepaskan tanganya dari tanganku, aku pun segera menuju mereka.
"Hei Wi, kita beli cemilan yuk ?" Ajak Sinta meraba-raba perutnya.
"Aduuuhh Sinta, bukanya tadi baru saja makan siang ?" Heran Dewi.
"Kalau
kalian ingin memebeli makanan sebaiknya ikut aku, aku juga ingin
memebeli sedikit makananan, bagaimana ?" Tawar det Kamaru menoleh ke
mereka berdua.
"A apa tidak merepotkan ?" Dewi merasa tidak enak dengan tawaranya.
"Sudahlah
jangan pikirkan itu, ayo berangkat" ajak det Kamaru menuju mobil
sportnya itu. Dewi pun tak lupa berpamitan padaku sedangkan Sinta sangat
sumringah sekali karena akan naik mobil sebagus yang dimiliki det
Kamaru.
"Hei, kau belum jawab pertanyaanku, kau ini siapa ?" Tanya Lesmana sekali lagi.
"Itu
tidak penting aku ini siapa, aku hanya ingin tahu, apa hubunganmu
dengan pemuda yang kau sebut Ka Joy itu ?" Tanya Richi sedikit dingin.
"Ya
baiklah kalau begitu, bagiku dia adalah seperti kakak ku sendiri, dia
sangat baik padaku, yang aku suka darinya adalah jika hari libur dia
sering mengajaku bermain paralayang atau terjun payung di suatu tempat,
aku sangat suka olah raga itu" jawab Lesmana memalingkan wajahnya dari
Richi.
"Owh begitu ya, kalau begitu termakasih informasinya" ujar Richi menemukan sesuatu.
"Hm informasi, hei apa maksudmu ?" Tanya Lesmana heran.
"Nanti
juga kau akan tahu" jawabnya seperti biasa. Sangat dingin. Richi pun
kembali kedalam dan nerjumpa denganku yang dari tafi mengupingnya.
"Eu, apa kau menguping pembicaraanku, Hidari ?" Ucapnya sedikit terkejut saat berjumpa denganku.
"Ya, dengan begitu, aku jadi tahu apa yang kau pikirkan sekarang" jawabku.
"Baiklah....,
kita temui dulu pramugari itu, aku harap tidak sulit menemuinya"
sahutnya melangkahkan kaki ketempat Kirana di bawa, aku mengikutinya
dari belakang. Saat akan menuju kesana di koridor Ruchi berpapasan
dengan inspektur Bachtiar yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
"Hmm...., ayah ?" Ucap Richi pelan.
"Herdy, kau juga menyelidiki kasus ini ?" Tanya ayahnya itu.
"Ya,
karena kejadian ini hampir mencelakakan temanku, jadi aku ingin tahu
siapa pelakunya" jawab Richi menoleh padaku, aku tahu, yang di maksud
dia adalah Dewi.
"Ya baiklah kalau begitu ayah izinkan, temukanlah kebenaran itu, karena kebenaran hanyalah ada satu" ujar inspektur, (hei hei, kata-kata itu kan ada di anime itu, apa jangan-jangan dia penggemarnya juga....heu heu heu tidak mungkin).
"Oya, kau siapa anak muda ?" Tanya inspektur itu padaku tiba-tiba.
"Aku temanya, aku juga tertarik dengan kasus ini dan ingin tahu siapa pelakunya" jawabku.
"Owh begitu, lakukan yang terbaik, wajahmu seperti mirip seseorang yang aku kenal anak muda, siapa namamu ?"
"O
iya kenalkan aku adalah Tora Hadi Widjaya, senang bertemu dengan anda
pak inspektur" saat aku menyebutkan nama lengkapku wajah inspektur itu
seperti terkejut penuh tanya.
"Apa,
kalau begitu semoga berhasil penyelidikan kalian, aku juga mengandalkan
kalian" ujarnya lagi menepuk bahuku, kenapa orang itu seperti melihat
yang aneh saja padaku.
"Apa mungkin dia adalah anak orang itu ?" Ujar inspektur berbicar sendiri saat Tora dan Richi menuju ruangan Kirana.
"Hei Richi, ada apa dengan ekspresi wajah ayahmu itu ?, sangat aneh" bisiku padanya.
"Karena wajahmu sangat mirip dengan temanya yang sekarang ada di luar negeri" jawabnya.
"Owh begitu ya, siapa dia ?"
"Nanti
kau akan tahu sendiri" jawabnya dingin. Haahh kau ini selalu saja
membuat orang penasaran. Setelah bertanya pada salah satu petugas di
sana aku dan Richi pun bergegas menuju ruangan yang di maksud petugas
itu namun, saat akan membuka pintu seseorang bertopeng hendak melepaskan
selang oksigen di hidungnya kami pun memergokinya dan dia langsung
berlari menuju jendela yang terbuka untuk kabur.
"WOY,
SIAPA KAU ?, TUNGGU !!!" Teriaku, sedangkan Richi memeriksa keadaan
Karina yang ternyata masih dalam keadaan tidur dan tak menyadari adanya
bahaya barusan. Richi pun memberi tahu para petugas untuk melakukan
pengejaran dengan ciri yang sudah di sebutkan, aku yang berusaha
mengejarnya kehilangan jejak dan memutuskan untuk kembali. Di ruangan
Karina sudah berkumpul para polisi yang menjaganya.
"Segera
cari orang yang memiliki ciri tersebut segera, apapun caranya harus
segera di temukan" tegas inspektur Bachtiar pada anak buahnya, aku masih
penasaran apa pelakunya dia atau orang lain, karena dengan begitu bisa
saja akan menemukan fakta baru, yaitu bahwa Karina memang tahu akan
wajah si pelaku. Beberapa polisipun bergegas mencari orang dengan ciri
tersebut, kamar Karina yang merupakan saksi utama kejadian itu di jaga
sangat ketat luar dan dalam, aku dan Richi pun memeriksa tempat kaburnya
si pelaku yakni di halaman belakang kamar tersebut.
"Hmm...,
apa ini, jejak kaki ?" Aku heran ada beberapa jejak kaki mengarah pada
celah dua gedung kepolisian dan terlihat basah, aku memperhatikan
kesekitarku dan dekat jendela kamar terdapat pipa air kecil yang bocor.
"Owh jadi begitu ya, aku mengerti sekarang" sahut Richi kalem.
"Hei..., apa kita punya bukti jika memang dia pelakunya ?" Tanyaku sedikit khawatir.
"Tenang saja, kita punya saksi hidup yang bisa memberatkanya.
"Lalu apa sebenarnya motif dia untuk membunuh Pak Sutrisno dan temanya itu ?"
"Kita
cari tahu setelah ini, aku yakin dia masih ada di sini" ujar Richi
menyudahi pemeriksaan tempat itu dan kembali ke kantor. Aku yang sedang
berpikir di lobi kantor polisi tiba-tiba mendengar percakapan beberapa
polisi, mereka bilang kalau almarhum Pak Sutrisno adalah seorang
penembak ulung di jajaran TNI namun suatu ketika dia di hadapkan pada
situasi yang sulit, yaitu saat pada kasus penyandraan seorang teroris
pada istri rekanya di sebuah apartemen, waktu itu tim densus sedang
melakukan pengepungan kamar apartemen yang di huni oleh seorang teroris
bernama Michael asal Amerika namun saat akan di bekuk dia melihat
seorang wanita dan menyandranya, di tempat itu pun Pak Sutrisno yang
sedang cuti melihat kejadian itu berinisiatif meminjam pistol pada tim
densus.
"Hei..., lepaskan dia" ucap Pak Sutrisno dengan berjalan perlahan sambil menodongkan pistolnya ke arah pelaku.
"Hoo...,
kau mau jadi pahlawan ya ?" Ucap teroris itu yang ternyata fasih
berbahasa indonesia dengan mencengkram sandra dan menodongkan senjatanya
ke kepala sandra.
"Kau sudah di kepung, sebaiknya kau menyerah saja !" Sahut salah satu tim densus.
"Hh...,
aku tak sebodoh yang kalian pikir, rasakan ini !!" Michael pun
melemparkan benda bulat ke arah tim densus lalu benda itu mengeluarkan
asap tebal, Pak Sutrisno yang tidak memakai masker atau topeng seperti
tim densus mengalami batuk-batuk, dengan keadaan seperti itu tim densus
pun berlarian kesana kemari mencari Michael yang sedang menyandra
seorang wanita, tak sengaja seorang tim densus menyenggol Pak Sutrisno
yang menyebabkan pelatuk pistol itu tertekan dan meletuskan tembakan dan
terdengar suara rintihan kesakitan seorang wanita dan suara orang
jatuh. Saat asap mulai menipis, Pak Sutrisno kaget tidak menyangka
ternyata tembakan itu mengenai wanita itu.
"Ti..tidak mungkin, apa yang aku perbuat ?" sahutnya dengan suasana hati yang merasa bersalah.
"Sudahlah
pak, itu bukan kesalahan anda, tenang saja kami akan membawa dia segera
ke rumah sakit" ujar salah satu tim densus menenangkanya.
"Ta..tapi
aku..." ucapan Pak Sutrisno tiba-tiba terhenti dan terkejut saat
melihat seorang lelaki menangis di hadapan wanita itu, ternyata itu
adalah teman Pak Sutrisno sendiri dan yang terkena tembakan adalah
istrinya. Saat lelaki itu melihat Pak Sutrisno memegang pistol lelaki
itu langsung naik darah.
"Hei
kau, apa yang kau lakukan, kau yang menebaknya kan hh..., jawab aku
Sutrisno, kenapa kau diam saja !!??" Teriak lelaki itu mencekram kerah
bajunya. Pak Sutrisno hanya bisa diam seribu kata hatinya terlingkupi
sudah dengan rasa bersalah yang amat sangat. "BUUUKK!!!" lelaki itu
langsung memukul Pak Sutrisno hingga tersungkur ke lantai, Pak Sutrisno
yang sudah gelap mata tiba-tiba mengambil sebuah pipa besi yang
menyandar di dinding dan memukulkanya ke kaki temanya itu berkali-kali
hingga tulangnya mengalami retak dan patah. Di saat itu kemampuan
menembak Pak Sutrisno di perhitungkan lagi dan sempat di nonaktifkan
sebagai TNI karena penyeranganya terhadap temanya itu yang mengalami
kelumpuhan permanen hingga harus di bantu oleh alat bantu jalan,
sedangkan Michael berhasil meloloskan diri sampai sekarang. Atas
kesalahanya itu dia memutuskan untuk pensiun cepat di usianya yang masih
terbilang belum waktunya untuk pensiun, otomatis status sebagai TNI
nonaktif nya pun berubah menjadi Pensiunan TNI. Yah dengan begitu aku
bisa saja mencari tahu dari kasus tersebut yang sudah bertahun-tahun
terkubur, apa ada kaitanyga dengan kejadian ini atau tidak ?.
Bersambung..

Comments
Post a Comment