ParaDetect: Kasus Pesawat Komersil dan 704

ParaDetect (Para Detective)

KASUS KE DUA: 
JATUHNYA PESAWAT KOMERSIL BERSAMA NO 704


 File C: Kantor Pusat, Kasus Masa Lalu


Pukul 12:00 siang aku dan teman-teman lainya keluar dari rumah sakit karena Dewi sudah pulih kembali, kami berencana untuk makan siang di sebuah restouran sederhana, setelah sampai kami pun memesan makanan dan berbincang sedikit.

Sumber gambar: Google, Editing by IrwanNuurul
"Aku dengar dari det Kamaru, katanya pramugari yang selamat itu sudah mulai sadar ya, tapi masih belum sepenuhnya dan sekarang dalam penjagaan ketat kepolisian" ucapku memulai perbincangan.

"Oowh, apa dia benar-benar akan jadi saksi hidup kejadian ini ?, dia kan di temukan berada dalam toilet" heran Dewi menumpangkan dagunya di tangan yang mengepal.

"Det Sakti bilang kan, kalau pramugari itu sempat mengigau menyebutkan jangan jatuhkan pesawatnya, itu berarti dia melihat langsung si pelaku, mungkin" sahut Sinta.

"Hoo, gitu ya, lalu apa yang kalian lakukan setelah ini ?" Tanya Dewi pada ku juga Richi.

"Hmm, yang aku inginkan si pergi ke tokok 704 itu untuk menyelidiki sesuatu" pikirku, tapi mungkin kepolisian sudah lebih dulu menyelidiki tempat itu.

"Ya, mungkin" sahut Richi singkat, tak lama pesanan pun datang kami pun menunda perbincangan untuk makan siang.


****  ****  ****


2 Desember 2014 pukul 12:11 di sebuah gudang tua di ceritakan dua orang sedang berbincang serius.

"Hh, kerjamu bagus tapi bodoh" ucap seorang pria tua berjanggut dengan tongkat alat bantu jalanya.

"Apa maksudmu, pak tua ?" Sahut seorang pria muda dengan kesal.

"Aku hanya menyuruh mu membunuh dua orang itu tanpa ketahuan, tapi kenapa kau malah membuat pesawat itu jatuh hmm ?" Kesal pak tua itu mencengkram kerah bajunya.

"Aa..., maafkan aku, le lepaskan aku, aku mengaku salah" rintih pria muda yang di cengkram itu seolah tidak bisa bernafas.

"Hh..., aku juga sama bodohnya, kenapa aku memperkerjakanmu dengan pekerjaan ini" ucap pak tua berjalan membelakangi pria muda.

"Sekali lagi maaf, lalu untuk sekarang apa yang harus kita lakukan ?"

"Bersikaplah seperti biasa, bersikap seolah tak ada kejadian apa pun" jawab pria tua itu dengan berjalan pincang di bantu dengan sebuah tongkat meninggalkan pria muda itu sendirian.

"Tidak, aku tidak akan bersikap seperti itu, aku juga akan menuntut balas atas kematian ayahku oleh orang itu. Meski orang itu sudah mati tapi aku masih belum puas, aku akan membuat keluarganya menderita" pikir pria muda itu penuh dengan rencana jahatnya, dia pun pergi meninggalkan gudang itu dengan hati penuh nafsu jahat.


****  ****  ****


Setelah makan siang selesai aku dan yang lainya bergegas pergi untuk menuju tokok 704 A yang tak jauh dari restouran tempat kami makan tadi, jarak yang dekat cukup dengan berjalan kaki untuk sampai di sana, namun hanya tinggal beberapa meter lagi kami akan sampai sebuah ledakan mendentum sangat keras, sebuah tokok telah hancur berantakan dan penjaganya terluka parah.

"Apa maksudnya ini, tokok 704 A hancur dalam ledakan tadi" sahutku saat melihat langsung tokok itu dari dekat.

"Kalau begini ada kemungkinan tokok yang lain pun akan bernasib sama" pikir Richi ada benarnya.

"Det Sakti, sebaiknya lakukan pemeriksaan di tokok lainya, aku khawatir si pelaku akan melakukan hal sama di tokok lainya" Saran Richi padanya.

"Haahh baiklah kalau begitu" paham det Sakti yang saat itu langsung datang setelah menerima laporan adanya ledakan dan tak sengaja bertemu kami.

"Hei, apa tokok lainya akan seperti juga ?" Tanya Sinta penasaran.

"Hmm, entahlah Sin, sepertinya itu tak akan terjadi jika mereka berhasil menemukan peledaknya sebelum meledak" jawab Dewi. Kami pun mengikuti det Sakti karena penasaran apa yang akan terjadi, cabang tokok 704 jaraknya sangat berjauhan dan membutuhkan waktu lama untuk menuju tempat selanjutnya, pukul 12:50 sebuah tokok lainya pun ikut meledak yaitu tokok 704 C dan menewaskan penjaganya yang sedang membersihkan kaca depan, sepertinya para polisi terlambat untuk melakukan pengamanan.

"Cih, kita terlambat, BAIK SEMUANYA KITA BERPENCAR UNTUK MENUJU TEMPAT SELANJUTNYA...!!!, JANGAN SAMPAI TERLAMBAT LAGI, DAN SISANYA TETAP DISINI DAN PERIKSA APA MASIH ADA PELEDAK LAINYA DI SEKITAR SINI !!!" Teriak det Sakti menyerukan anak buahnya dengan tegas bercampur rasa kesal karena terlambat datang.


"Apa ?, lagi-lagi meledak, apa maksud semua ini ?" Heran ku garuk-garuk dagu.

"Ada satu kemungkinan yang di lakukan si pelaku melakukan ini, dendam" ujar Richi.

"Apa pelaku yang menjatuhkan pesawat dengan pelaku peledakan tokok ini orang yang sama ?" Tanya Sinta.

"Kalau di teliti berdasarkan angka itu mungkin saja pelakunya orang yang sama, benarkan Tora ?" Tanggap Dewi menoleh padaku.

"Hmm, bisa jadi begitu, dan aku pikir si pelaku adalah orang bodoh, untuk apa menjatuhkan pesawat jika dia sudah membunuh kedua orang itu dengan mencampur makananya dengan racun arsen, cukup dengan sembunyi-sembunyi saja kan supaya tidak ketahuan, lagi pula kenapa harus meledakan tokok segala, dia benar-benar orang yang sangat ceroboh juga bodoh" perkiraanku seperti itu, karena di lihat dari aksinya yang sangat-sangat bodoh.

Seorang petugas yang ada di sana menemukan sebuah benda yang di duga kepingan dari bom, setelah di selidiki dan di cocokan dengan penemuan yang berada di tokok 704 A ternyata hasilnya sama, bom yang di gunakan adalah bom pelastik yang menggunakan timer.

"SEGERA EVAKUASI PENGUNJUNG DAN PENJAGA TOKOK 704 B DAN D SEBELUM TERLAMBAT !!!" Teriak det Sakti lagi menyeru pada anak buahnya menggunakan alat komunikasi radio.

"Det Sakti, apa kau sudah menemukan keluarga korban yang memiliki tokok ini ?" Tanya ku menghampirinya yang sedang kesal menahan amarah.

"Ya, sekarang sudah berada di kantor pusat untuk alasan keamananya" jawabnya terengah-engah karena habis berteriak-teriak.

"Oya apa kau tahu siapa saja nama penjaga tokok itu det Sakti ?" Tanya ku lagi penasaran.

"Haaahh, kau ini banyak sekali bertanya" kesalnya.

"Sudahlah, jawab saja pertanyaanya, aku juga ingin tahu" sahut Richi menghampiri kami berdua.

"Ya baiklah jika itu keinginan nak Herdy, saat ini keluarga korban pembunuhan sedang di periksa di kantor pusat, jadi aku belum tahu siapa saja nama-nama penjaga tokok itu, bagaimana kalau kalian pergi saja ke kantor pusat mungkin di sana kalian akan menemukan apa yang kalian cari" jelas det Sakti menyarankan.

"Ya kurasa itu ide bagus, ayo Richi kita berangkat" pikirku, aku pun pamit pada det Sakti untuk pergi ke kantor pusat.

"Hei Tora, apa kata orang itu ?" Tanya Dewi ingin tahu yang dari tadi menunggu di mobil bersama Sinta.

"Haahh kita hanya di suruh pergi ke kantor pusat untuk mengetahui segalanya" jawabku sambil membenahkan diri duduk di jok dengan nyaman.

"Kalau begitu ayo berangkat !" Seru Sinta tidak sabar.

"Iya iya, ayo" Richi pun tancap gas memacu mobilnya menuju kantor pusat kepolisian, butuh waktu satu jam tiga puluh menit untuk tiba, waktu menunjukan pukul 14:10 saat tiba di sana. Aku melihat det Kamaru di sana dan sedang memeriksa beberapa dokumen, entah dokumen apa itu.

"Selamat sore det Kamaru, eu apa yang sedang kau lakukan ?" Sapa ku bercanda saat bertemu denganya di lantai dasar kantor pusat kepolisian.

"Kalian lagi, ada apa kalian kesini ?" Jawabnya ketus seperti tak mengharapkan kami datang.

"Owh hahaha, aku hanya ingin tahu sesuatu saja, karena sepertinya menjadi seorang detektif itu menyenangkan walaupun nantinya akan banyak musuh, bukankah begitu Richi ?" Jawabku sambil garuk-garuk kepala dan cengar-cengir.

"Terserah kau saja" jawab Richi mebuat aku kesal.

"Oya det Kamaru, aku ingin tanya apa keluarga pemilik tokok itu sudah di periksa ?" Tanya ku mulai serius da  duduk di sofa yang ada di sana.

"Ya, beberapa menit yang lalu" jawabnya singkat dan fokus pada file dokumen itu.
"Lalu apa katanya ?"

"Heuuuhh, rasa ingin tahu mu besar juga rupanya, baiklah akan ku ceritakan. Kau pasti ingin tahu kan ?, seorang detektif haruslah banyak keinginan tahunya" jelas det Kamaru akhirnya buka mulut. Berdasarkan ceritanya kalau beberapa minggu lalu Pak Sutrisno kedatangan seseorang yang ingin melamar kerja di tokoknya namun dia menolak orang itu mentah-mentah, Bu Anita sempat mendengar percakapan antara ayahnya dengan sipelamar itu, namun karena Bu Anita merasa kasihan jadi secara diam-diam Bu Anita memperkerjakanya di tokok 704 C. Dari data yang di dapat korban luka tokok 704 A hanyalah satu orang yaitu penjaganya yang bernama Norman berusia 29 tahun sedangkan yang meninggal di tokok 704 D adalah Kardi berusia 34 tahun dan dua orang lagi adalah anak Bu Anita sendiri yaitu Lesmana dia berjaga di tokok 704 B dan tokok 704 C adalah Joy Sihombing asal medan yang ditolak oleh korban pembunuhan Sutrisno. Di saat sedang pemeriksaan berlangsung tiba-tiba Lesmana berontak ingin keluar dan hendak menuju ketokoknya namun aksi itu di cegah oleh beberapa polisi di sana untuk alasan keamanan mereka.

"Sudah cukup !" Tegas inspektur Bachtiar yang turun dari tangga menghentikan aksi Lesmana yang sedang di pegang oleh beberapa polisi karena berontak.

"Jika kau keluar maka akan terjadi yang tak di harapkan padamu, jadi tolong tenanglah dan tetap di sini sampai kasus selesai" tegasnya lagi menatap mata Lesmana yang langsung tak berkutik dan melirik ibunya.

"Sebaiknya ikuti saja saran pak polisi itu Lesmana, jangan membuat mereka kerpotan lagi karena ulahmu itu" sahut Bu Anita yang saat itu sedang duduk di ruangan pemeriksaan. Ya kalau begitu tinggal satu orang lagi yang sedang di cari yaitu Joy Sihombing karena menurut laporan tokok 704 C tutup sejak kemarin pagi sedangkan tokok 704 B tutup sejak kemarin siang. Hmm, kenapa hanya tokok 704 C yang tutup sejak kemarin pagi ?,

"Hei det Kamaru kenapa cuma tokok 704 C saja yang tidak buka sejak kemarin ?" Tanyaku heran ada perasaan yang aneh padaku.

"Owh itu, katanya si penjaganya sedang sakit dan tidak yang menggantikanya, jadi tokok itu tutup sejak kemarin" jawabnya sambil seperti memikirkan sesuatu. Tak lama det Sakti datang bersama seseorang yang Lesmana kenal, Joy Sihombing. Dia juga datang dengan seorang kakek berusia enam puluhan dengan berjalan sedikit pincang. Di pihak lain beberapa polisi yang menjaga Karina di rumah sakit datang bersama Karina yang di dorong menggunakan kursi roda dengan perban masih membelit sebagian tubuh dan kepalanya juga pipi, selang infus pun masih terpasang di tubuhnya, hei hei apa maksudnya ini, bukanya dia masih harus di rawat di rumah sakit tapi kenapa malah di bawa kemari, apa dia sudah baikan ?, haaahh tambah pusing saja kasus ini.

"Ka Joy ?, apa sakitmu sudah sembuh ?" Lesmana bertanya-tanya heran.

"Ya, makanya aku kesini bersama para polisi ini dan juga kakek ku" ujar pemuda berusia 30 tahun itu.

"Ya, kami khawatir dengan keadaanmu lalu di depan rumah kami ada polisi ini memberi tahu kejadianya, aku turut berduka atas meninggalnya kakek mu Lesmana" tambah kakek itu yang di ketahui namanya adalah Sumarno Eka Purnama, dia adalah teman seperjuangan almarhum Sutrisno saat masih menjadi TNI, ada yang aneh di sini, tampak raut wajah seseorang tiba-tiba seperti orang kaget saat Karina yang di dorong dengan kursi roda melewatinya. Richi yang merasakan hal yang sama berjalan menuju Lesmana. Saat itu Lesmana sedang lengah dalam pengawasan polisi jadi Richi leluasa untuk mengajaknya bicara.

"Apa kau yang namanya Lesmana ?" Tanya Richi saat menghampirinya.

"Hm, iya itu aku, siapa kau ?" Jawabnya berbalik bertanya.

"Aku juga sedang menyelidiki kasus ini, apa boleh aku berbicara denganmu sebentar di luar" ucap Richi dan Lesmana pun mengiyakan lalu mereka berdua berjalan keluar, karena penasaran aku pun mengikutinya.

"Hei Tora, mau kemana ?" Sahut Dewi menahanku.

"A iya aku cuma penasaran apa yang akan di tanyakan Richi pada anak muda itu" jawabku.

"Owh begitu ya, ya sudah sana" ucap Dewi melepaskan tanganya dari tanganku, aku pun segera menuju mereka.

"Hei Wi, kita beli cemilan yuk ?" Ajak Sinta meraba-raba perutnya.

"Aduuuhh Sinta, bukanya tadi baru saja makan siang ?" Heran Dewi.

"Kalau kalian ingin memebeli makanan sebaiknya ikut aku, aku juga ingin memebeli sedikit makananan, bagaimana ?" Tawar det Kamaru menoleh ke mereka berdua.

"A apa tidak merepotkan ?" Dewi merasa tidak enak dengan tawaranya.

"Sudahlah jangan pikirkan itu, ayo berangkat" ajak det Kamaru menuju mobil sportnya itu. Dewi pun tak lupa berpamitan padaku sedangkan Sinta sangat sumringah sekali karena akan naik mobil sebagus yang dimiliki det Kamaru.

"Hei, kau belum jawab pertanyaanku, kau ini siapa ?" Tanya Lesmana sekali lagi.

"Itu tidak penting aku ini siapa, aku hanya ingin tahu, apa hubunganmu dengan pemuda yang kau sebut Ka Joy itu ?" Tanya Richi sedikit dingin.

"Ya baiklah kalau begitu, bagiku dia adalah seperti kakak ku sendiri, dia sangat baik padaku, yang aku suka darinya adalah jika hari libur dia sering mengajaku bermain paralayang atau terjun payung di suatu tempat, aku sangat suka olah raga itu" jawab Lesmana memalingkan wajahnya dari Richi.

"Owh begitu ya, kalau begitu termakasih informasinya" ujar Richi menemukan sesuatu.

"Hm informasi, hei apa maksudmu ?" Tanya Lesmana heran.

"Nanti juga kau akan tahu" jawabnya seperti biasa. Sangat dingin. Richi pun kembali kedalam dan nerjumpa denganku yang dari tafi mengupingnya.

"Eu, apa kau menguping pembicaraanku, Hidari ?" Ucapnya sedikit terkejut saat berjumpa denganku.

"Ya, dengan begitu, aku jadi tahu apa yang kau pikirkan sekarang" jawabku.

"Baiklah...., kita temui dulu pramugari itu, aku harap tidak sulit menemuinya" sahutnya melangkahkan kaki ketempat Kirana di bawa, aku mengikutinya dari belakang. Saat akan menuju kesana di koridor Ruchi berpapasan dengan inspektur Bachtiar yang tak lain adalah ayahnya sendiri.

"Hmm...., ayah ?" Ucap Richi pelan.

"Herdy, kau juga menyelidiki kasus ini ?" Tanya ayahnya itu.

"Ya, karena kejadian ini hampir mencelakakan temanku, jadi aku ingin tahu siapa pelakunya" jawab Richi menoleh padaku, aku tahu, yang di maksud dia adalah Dewi.

"Ya baiklah kalau begitu ayah izinkan, temukanlah kebenaran itu, karena kebenaran hanyalah ada satu" ujar inspektur, (hei hei, kata-kata itu kan ada di anime itu, apa jangan-jangan dia penggemarnya juga....heu heu heu tidak mungkin).

"Oya, kau siapa anak muda ?" Tanya inspektur itu padaku tiba-tiba.

"Aku temanya, aku juga tertarik dengan kasus ini dan ingin tahu siapa pelakunya" jawabku.

"Owh begitu, lakukan yang terbaik, wajahmu seperti mirip seseorang yang aku kenal anak muda, siapa namamu ?"

"O iya kenalkan aku adalah Tora Hadi Widjaya, senang bertemu dengan anda pak inspektur" saat aku menyebutkan nama lengkapku wajah inspektur itu seperti terkejut penuh tanya.

"Apa, kalau begitu semoga berhasil penyelidikan kalian, aku juga mengandalkan kalian" ujarnya lagi menepuk bahuku, kenapa orang itu seperti melihat yang aneh saja padaku.

"Apa mungkin dia adalah anak orang itu ?" Ujar inspektur berbicar sendiri saat Tora dan Richi menuju ruangan Kirana.

"Hei Richi, ada apa dengan ekspresi wajah ayahmu itu ?, sangat aneh" bisiku padanya.

"Karena wajahmu sangat mirip dengan temanya yang sekarang ada di luar negeri" jawabnya.

"Owh begitu ya, siapa dia ?"

"Nanti kau akan tahu sendiri" jawabnya dingin. Haahh kau ini selalu saja membuat orang penasaran. Setelah bertanya pada salah satu petugas di sana aku dan Richi pun bergegas menuju ruangan yang di maksud petugas itu namun, saat akan membuka pintu seseorang bertopeng hendak melepaskan selang oksigen di hidungnya kami pun memergokinya dan dia langsung berlari menuju jendela yang terbuka untuk kabur.

"WOY, SIAPA KAU ?, TUNGGU !!!" Teriaku, sedangkan Richi memeriksa keadaan Karina yang ternyata masih dalam keadaan tidur dan tak menyadari adanya bahaya barusan. Richi pun memberi tahu para petugas untuk melakukan pengejaran dengan ciri yang sudah di sebutkan, aku yang berusaha mengejarnya kehilangan jejak dan memutuskan untuk kembali. Di ruangan Karina sudah berkumpul para polisi yang menjaganya.

"Segera cari orang yang memiliki ciri tersebut segera, apapun caranya harus segera di temukan" tegas inspektur Bachtiar pada anak buahnya, aku masih penasaran apa pelakunya dia atau orang lain, karena dengan begitu bisa saja akan menemukan fakta baru, yaitu bahwa Karina memang tahu akan wajah si pelaku. Beberapa polisipun bergegas mencari orang dengan ciri tersebut, kamar Karina yang merupakan saksi utama kejadian itu di jaga sangat ketat luar dan dalam, aku dan Richi pun memeriksa tempat kaburnya si pelaku yakni di halaman belakang kamar tersebut.

"Hmm..., apa ini, jejak kaki ?" Aku heran ada beberapa jejak kaki mengarah pada celah dua gedung kepolisian dan terlihat basah, aku memperhatikan kesekitarku dan dekat jendela kamar terdapat pipa air kecil yang bocor.

"Owh jadi begitu ya, aku mengerti sekarang" sahut Richi kalem.

"Hei..., apa kita punya bukti jika memang dia pelakunya ?" Tanyaku sedikit khawatir.

"Tenang saja, kita punya saksi hidup yang bisa memberatkanya.

"Lalu apa sebenarnya motif dia untuk membunuh Pak Sutrisno dan temanya itu ?"

"Kita cari tahu setelah ini, aku yakin dia masih ada di sini" ujar Richi menyudahi pemeriksaan tempat itu dan kembali ke kantor. Aku yang sedang berpikir di lobi kantor polisi tiba-tiba mendengar percakapan beberapa polisi, mereka bilang kalau almarhum Pak Sutrisno adalah seorang penembak ulung di jajaran TNI namun suatu ketika dia di hadapkan pada situasi yang sulit, yaitu saat pada kasus penyandraan seorang teroris pada istri rekanya di sebuah apartemen, waktu itu tim densus sedang melakukan pengepungan kamar apartemen yang di huni oleh seorang teroris bernama Michael asal Amerika namun saat akan di bekuk dia melihat seorang wanita dan menyandranya, di tempat itu pun Pak Sutrisno yang sedang cuti melihat kejadian itu berinisiatif meminjam pistol pada tim densus.

"Hei..., lepaskan dia" ucap Pak Sutrisno dengan berjalan perlahan sambil menodongkan pistolnya ke arah pelaku.

"Hoo..., kau mau jadi pahlawan ya ?" Ucap teroris itu yang ternyata fasih berbahasa indonesia dengan mencengkram sandra dan menodongkan senjatanya ke kepala sandra.

"Kau sudah di kepung, sebaiknya kau menyerah saja !" Sahut salah satu tim densus.

"Hh..., aku tak sebodoh yang kalian pikir, rasakan ini !!" Michael pun melemparkan benda bulat ke arah tim densus lalu benda itu mengeluarkan asap tebal, Pak Sutrisno yang tidak memakai masker atau topeng seperti tim densus mengalami batuk-batuk, dengan keadaan seperti itu tim densus pun berlarian kesana kemari mencari Michael yang sedang menyandra seorang wanita, tak sengaja seorang tim densus menyenggol Pak Sutrisno yang menyebabkan pelatuk pistol itu tertekan dan meletuskan tembakan dan terdengar suara rintihan kesakitan seorang wanita dan suara orang jatuh. Saat asap mulai menipis, Pak Sutrisno kaget tidak menyangka ternyata tembakan itu mengenai wanita itu.

"Ti..tidak mungkin, apa yang aku perbuat ?" sahutnya dengan suasana hati yang merasa bersalah.

"Sudahlah pak, itu bukan kesalahan anda, tenang saja kami akan membawa dia segera ke rumah sakit" ujar salah satu tim densus menenangkanya.

"Ta..tapi aku..." ucapan Pak Sutrisno tiba-tiba terhenti dan terkejut saat melihat seorang lelaki menangis di hadapan wanita itu, ternyata itu adalah teman Pak Sutrisno sendiri dan yang terkena tembakan adalah istrinya. Saat lelaki itu melihat Pak Sutrisno memegang pistol lelaki itu langsung naik darah.

"Hei kau, apa yang kau lakukan, kau yang menebaknya kan hh..., jawab aku Sutrisno, kenapa kau diam saja !!??" Teriak lelaki itu mencekram kerah bajunya. Pak Sutrisno hanya bisa diam seribu kata hatinya terlingkupi sudah dengan rasa bersalah yang amat sangat. "BUUUKK!!!" lelaki itu langsung memukul Pak Sutrisno hingga tersungkur ke lantai, Pak Sutrisno yang sudah gelap mata tiba-tiba mengambil sebuah pipa besi yang menyandar di dinding dan memukulkanya ke kaki temanya itu berkali-kali hingga tulangnya mengalami retak dan patah. Di saat itu kemampuan menembak Pak Sutrisno di perhitungkan lagi dan sempat di nonaktifkan sebagai TNI karena penyeranganya terhadap temanya itu yang mengalami kelumpuhan permanen hingga harus di bantu oleh alat bantu jalan, sedangkan Michael berhasil meloloskan diri sampai sekarang. Atas kesalahanya itu dia memutuskan untuk pensiun cepat di usianya yang masih terbilang belum waktunya untuk pensiun, otomatis status sebagai TNI nonaktif nya pun berubah menjadi Pensiunan TNI. Yah dengan begitu aku bisa saja mencari tahu dari kasus tersebut yang sudah bertahun-tahun terkubur, apa ada kaitanyga dengan kejadian ini atau tidak ?.


Bersambung..

Comments

Popular posts from this blog

NAMA HARI DAN BULAN VERSI SUNDA

Mod Ped Kamen Rider+Bonus

MOD PED KAMEN RIDER V2