ParaDetect: Kasus Pesawat Komersil dan 704

ParaDetect (Para Detective)

KASUS KE DUA: 
JATUHNYA PESAWAT KOMERSIL BERSAMA NO 704


File D: Akhir, Tidak Ada Gunanya Dendam


"Haduuuh..., aku jadi lapar memikirkan ini, hei Dewi cepat kemari..., aku lapaaar" gumamku sendiri.

"Hh, kau ini, memalukan sekali" ucap Richi sambil kembali membaca buku kecilnya.

"Haa...aah diam kau, kau juga laparkan ?, mengaku saja, nah tuh perutmu berbunyi hahaha"

"Eu, ya paling tidak mengeluh sepertimu, itu sangatlah memalukan" ujar Richi tenang menyindir. Aku cemberut. Tak lama dua gadis itu muncul juga membawa beberapa makanan, pas buat mengganjal perut yang dari tadi terus berbunyi.

Sumber Gambar: Google. Editing by IrwanNuurul
"Ini, aku bawakan untuk kalian" sahut Dewi menyodorkan kantong keresek berisikan makanan, haa waktu yang tepat.

"Ini buatmu, Richi" Sinta pun tak mau ketinggalan dengan Dewi, dia memberikan makanan pada Richi, Richi hanya mengucapkan terimamasih tanpa menoleh pada Sinta karena sedang fokus dengan buku kecilnya itu. (Hh, sikap yang dingin sangat....hee heu heu....).

"Loh mana det Kamaru ?, tadi pergi bareng kalian kan ?" Tanya ku lirik sana lirik sini.

"Owh tadi dia dapat tugas katanya ada penyusup yang masuk ruangan Karina kan ?"

"Owh gitu ya" di saat ngemil aku memperhatikan orang-orang yang berdiri dekat ruang pemeriksaan Bu Anita, det Sakti yang sedang memainkan kaleng kopinya dia tidak ikut pengejaran karena mendapat tugas menjaga ruang pemeriksaan, Lesmana yang terlihat gelisah karena tak tahan harus sampai kapan dia akan ada di sini, Bu Anita yang sedang duduk di kursi mencemaskan keluarganya yang lain, lalu Joy yang tiba-tiba saja masuk dan bersandar di dinding dekat ruangan itu, aku tak tau kapan dia keluar dan seorang kakek yang memakai tongkat duduk termenung di kursi. Setelah aku perhatikan aku menemukan sesuatu akhirnya, jadi benar dugaanku pelakunya adalah orang itu. Tak lama benerapa polisi yang melakukan pengejaran sudah kembali tanpa hasil, begitu pun dengan det Kamaru.

"Hei Richi aku punya firasat aneh, apa kau merasakanya juga ?" Tanyaku serius.

"Ya, sebaiknya kita periksa lagi tempat tadi" ujarnya sependapat dengan ku. Kami pun pergi lagi ketempat tadi halaman belakang dari kamar Karina, ada banyak tong sampah di sana aku pun membuka satu persatu sedangkan Richi mendapati sebuah pintu gudang yang tak terpakai dan mendapati jejak kaki yang sama seperti tadi.

"Hei kalian sedang apa di sini ?" Suara det Kamaru mengagetkan.

"Ya, kita hanya mencari sesuatu saja, tapi belum ketemu juga" jawab ku garuk kepala sendiri.

"Aku menemukan jejak yang sama di gudang itu, apa itu orang yang sama ?" Pikir Richi.

"Akan lebih jelas dengan ini" tiba-tiba det Kamaru menunjukan sebuah pakaian ala ninja, ketika aku bertanya darimana mendapatkan itu det Kamaru hanya menunjuk ke arah tong sampah yang sudah sangat usang dan rusak yang ternyata luput dari perhatianku.

"Ok, dengan begitu sebentar lagi pelaku akan tertangkap, tapi det Kamaru, bisakah kau cari tahu siapa kakek pincang itu yang datang bersama Joy ?" Ucapku semangat sedikit berbisik.

"Hm, kenapa harus dia ?" Det Kamaru heran.

"Aku hanya penasaran saja dengan kasus penembakan oleh almarhum pak Sutrisno saat ada penyandraan oleh seorang teroris asing." Ujarku.

"Owh begitu, aku mengerti sekarang, akan aku usahakan, oya soal pengait itu aku sudah memeriksa sidik jarinya, akan ku berikan padamu nanti" paham det Kamaru.

"Ya terimakasih, dengan begitu kau pasti sudah tahu pelakunya kan ?" Ucap Richi.

"Ya, dialah orangnya" det Kamaru langsung memasang wajah sangat seriusnya.

Malam hari pukul 19:10, aku masih berada di kantor pusat kepolisian, sebenarnya kami sudah tahu siapa pelaku yang membuat pesawat jatuh, pembunuhan di pesawat dan peledakan tokok olahraga bernama 704 sport itu, tapi aku masih belum cukup tahu apa motifnya, balas dendam atau apa ?, apa si pelaku bertindak sendiri atau di bawah komando orang lain. Aku dan Richi masih menunggu laporan dari det Kamaru, sedangkan Dewi dan Sinta aku sarankan untuk pulang menggunakan taksi karena khawatir dengan keselamatan juga kesehatan mereka. Tak lama det Kamaru tiba dan langsung mendiskusikan dengan inspektur Bachtiar. Cukup berani juga si pelaku masih berada di sini dengan melintingkan sedikit celananya, inspektur Bachtiar pun turun bersama para bawahanya det Kamaru, det Sakti dan yang lainya.

"Hei lihat ayahmu Richi, apa mereka akan bertindak sekarang ?" Tanya ku sambil terus memperhatikan mereka.

"Entahlah, kita lihat saja" jawabnya kalem dan kalem.

"Sodara Joy, kau ku tangkap atas semua kejadian ini, jangan mengelak karena kami sudah banyak bukti yang memberatkan anda" tegas inspektur Bachtiar memborgol tanganya, seketika semua orang yang ada di sana menarik perhatianya pada inspektur Bachtiar.

"Hei, apa maksud anda pak ?, aku tidak mengerti" ucap Joy terkejut dan berpura-pura mengelak.

"Sudah aku bilang, jangan pernah mengelak" tegasnya lagi. Aku dan Richi pun menghampiri mereka.

"Jangan sembarangan menangkap orang pak polisi, aku kenal baik dengan ka Joy, dia tidak mungkon berbuat seperti itu !" Teriak Lesmana membela.

"Iya, kenapa cucuku anda jadikan tersangka dalam kasus ini ?" Tambah kakek Sumarno ikut membela.

"Setahu saya dia anak yang penurut dan rajin, kenapa harus dia ?" Bu Anita ikut membela.

"Baiklah, akan aku jelaskan kenapa dia pelakunya" det Kamaru pun mulai melakukan analisis nya di depan semua orang, pertama adalah siapa orang yang akan melepaskan selang oksigen Karina, menurutnya dia adalah Joy buktinya adalah kostum ninja yang di sembunyikan di tempat sampah yang sudah tak terjamah lagi oleh orang-orang di sekitar kepolisian, jejak kaki yang basah.

"Hei jangan bicara sembarangan, bukti seperti itu tidak cukup untuk memberatkan ku kan ?" Kelak Joy.

"Ya, memang itu belum cukup, tapi aku masih banyak yang lain, aku mau tanya padamu kenapa celanamu di lintingkan seperti itu, apa di sini terjadi banjir, tidak kan ?" Tanya nya dengan mata tajam, petugas lain pun menurunkan lintingan celana itu, dan terdapat sedikit bercak lumpur di bagian bawahnya.

"Ch, lalu kenapa harus aku juga yang membunuh almarhum Pak Sutrisno dan juga temanya itu ?" Joy semakin terpojok.

"Itu mudah, aku ingat tulisan di sebuah benda metal ada 3 angka yaitu 704, aku baru sadar kalau itu bukanlah sebuah angka melainkan sebuah huruf, jika di jelaskan akan seperti ini 7=J 0=o dan 4=Y, kau tidak percaya hm ?, awalnya aku juga sempat terkecoh dengan angka itu namun setelah aku selidiki lagi itulah kenyataanya" tambah ku, beranalisis, orang-orang pun jadi menarik perhatianya padaku, terlihat Joy sangat terpojok dengan wajah seperti kalah dalam pertarungan.

"Tidak mungkin, jangan asal bicara kau anak muda" sahutnya menggeretak.

"Oya, aku tahu kenapa kau ingin mencelakai Karina si pramugari itu, itu karena dia pernah melihat wajahmu kan, dan tadi sempat terkejut bukan, saat dia di bawa kemari menggunakan kursi roda, dan kau berusaha membunuhnya namun tidak berhasil" tambah Richi, kini mata semua orang tertuju pada Richi.

"Ch, sejak kapan kau tahu itu ?"

"Karena kau berada di tempat yang salah, seorang kriminal sepertimu berani datang kemari, kau begitu meremehkan para polisi di sini, jadi wajar saja kau tertangkap dengan mudah oleh mereka, kau terlalu bodoh untuk menjadi seorang kriminal kelas kakap" ucap Richi lagi.

"Aku tidak pernah melakukan itu, kenapa kalian memojoki ku seperti itu ?" Joy kembali mengelak.

"Baiklah kalau kau masih mau mengelak, oya aku dengar Karina sudah bangun, bisa bawa kemari sebentar ?" Ujar inspektur Bachtiar pada anak buahnya. Tak lama Karina pun tiba dan di hadapkan pada Joy, wajah Karina langsung ketakutan dan menunjukan tanganya pada Joy dan berkata dengan terbata-bata.

"Di..dia, dia orang yang.., dia orang yang me menjatuhkan pe pesawat itu" ujar Karina.

"Bagaimana ?, masih mau mengelak ?" Tanya inspektur Bachtiar.

"Yang belum aku tahu sekarang adalah, dari mana kau dapatkan bom pelastik itu ?, karena hasil pemeriksaan, terdapat sidik jarimu di serpihan bom yang kau ledakan di tokok itu, dan ada sebuah pengait yang juga terdapat sidik jarimu, pengait itu kau lakukan untuk terjun payung kan ?" sahut det Kamaru menunjukan beberapa serpihan bom dalam kantong pelastik bening.

"Ch, kalian, baik lah aku mengaku sekarang, memang aku lah dalang dari semua kejadian ini, dan akan ku beri tahu siapa yang memberiku alat-alat itu, dia adalah, AHHKK !!!" tiba-tiba Joy ambruk tertembak, Sumarno. Suara pistol itu seketika meletus memecah ketegangan dan menjatuhkan Joy Sihombing yang di jadikan tersangka oleh kepolisian.

"Sudah cukup anak muda usahamu sampai di sini" ucap Sumarno menodongkan pistolnya.

"Hei pak tua jatuhkan senjata itu, kalau tidak..." ucapan inspektur terpotong.

"Hh kalau tidak, ini lah yang akan terjadi" Sumarno menggenggam sebuah remote kecil, hei apa dia sudah gila ?.

"Apa yang mau kau lakukan, cepat serahkan benda itu pada kami !!" Seru det Sakti.

"Jangan-jangan, itu ?" Aku sempat berpikiran kalau remote itu adalah alat untuk meledakan bom tapi di mana dia letakan bom itu. Para polisi yang sudah menodongkan pistolnya masing-masing pada Sumarno tidak bisa berbuat apa-apa selain menahan diri untuk tidak menarik pelatuk.

"Jangan ada yang bergerak, kalau tidak bom akan aku ledakan, jujur saja, sebenarnya aku lah yang menyuruh anak muda untuk melakukan hal ini, tapi rupanya dia sudah tidak berguna lagi untuk ku" jelas kakek tua itu mengejutkan para polisi termasuk aku dan yang lain.

"Lalu apa mau mu sekarang ?, umurmu sudah terlalu tua, apa pantas kau lakukan hal seperti ini, dendam mu itu sudah terbalaskan bukan ?" Ucap det Kamaru, apa dendam ?, aku mengerti sekarang, jadi dia itu adalah lelaki yang kakinya di pukuli oleh besi saat ada penyanderaan oleh teroris itu dan yang memukulnya adalah alm.Sutrisno.

"Hei hidari, tunggu di sini aku akan lumpuhkan dia" bisik Richi.

"Woy tunggu apa yang mau kau lakukan ?" Tanya ku penasaran.

"Sudahlah, lihat saja, jika berhasil segeralah tangkap pria tua itu" jawabnya tenang, dia pun pergi ke suatu tempat, entah tempat itu. Joy ternyata masih hidup, dia hanya pingsan karena peluru bersarang di bahunya.

"Kalian sudah tidaknada waktu lagi untuk melakukan pencarian bom itu karena bom itu terpasang di sini, hahaha !!" Rupanya Sumarno memasang bom di tubuhnya sendiri, mungkin dia hendak melakukan bom bunuh diri. Haah hal bodoh apa lagi ini !!?!?!?.

"Dulu, dia sudah membunuh istriku yang aku cintai dan membuat kaki ku menjadi seperti ini, dan aku tidak bisa menerima ini maka menyuruh anak muda itu untuk membunuh orang itu dengan berpura-pura dulu sebagai karyawan tokok nya. Tapi, ternyata dia sangat bodoh dengan aksinya yang menjatuhkan sebuah pesawat yang di tumpangi orang itu" curhat pak tua itu sambil terus memegang remote bom nya, tiba-tiba saja sebuah letusan pistol yang di pasangi peredam meletus dan pelurunya mengarah pasa pergelangan tangan Sumarno dan membuat remote itu terjatuh.

"SEKARANG SAATNYA, RINGKUS DIA !!" teriak ku, seketika det Sakti langsung meringkusnya yang sedang merintih kesakitan dan aku dapatkan remotenya. Hoo jadi begitu ya, Richi sahabatku itu memang hebat, tapi darimana dia belajar menembak ?. Bu Anita hanya bisa tercengang mendengar pengakuan Sumarno dengan rasa tidak percayanya, Lesmana yang penuh rasa marah mengepalkan tanganya menahan tangis karena Joy yang selama ini dia kenal sebagai kakak yang baik ternyata adalah yang membunuh kakeknya, di balik itu ternyata ada pengakuan lain dari Joy, ternyata selain di perintah oleh Sumarno, Joy memiliki dendam pribadi pada keluarga Bu Anita yaitu karena ayahnya meninggal di sebabkan karena tabrak lari oleh mobil yang di kendarai oleh Lesmana saat sedang mabuk di tengah malam, saat itu ayah Joy baru saja pulang menghadiri sebuah acara reuni namun motor yang ia tumpangi tertabrak oleh mobil ferrari milik lesmana, Joy yang saat itu kebetulan melihat flat no polisinya sempat mencatat namun saat di kejar ia kehilangan jejak. Joy berusaha melaporkan kejadian ini pada polisi namun tak ada hasil, sampai pada suatu hari Joy melihat mobil yang sama dengan flat yang sama bersembunyi di garasi milik Lesmana, dari situlah dendam Joy bergelora kembali dan akan menuntut balas atas kematian ayahnya. Yah rasa dendam adalah sebuah perasaan yang akan menyusahkan banyak orang, jika perasaan itu muncul maka akan timbul rasa negatif lainya dan akan menghalalkan segala cara untuk membalasnya tak peduli itu akan merepotkan banyak orang dan membuat menderita bagi orang yang terkena dampaknya.

Setelah di tahan Sumarno akhirnya di jatuhi hukuman mati sedangkan Joy Sihombing di jerat pasal berlapis dan di hukum penjara seumur hidup, apa itu cukup adil ?, aku rasa belum. Tindakan bodoh seperti Sumarno dan Joy lakukan sudah banyak merugikan dan merepotkan orang termasuk bagi keluarga korban pesawat jatuh yang di tinggal mati sanak saudaranya masing-masing. Masih perlu kah kita dendam dan melakukan hal bodoh untuk membalasnya ?, pikirkanlah lagi matang-matang sebelum dendam itu menguasai diri kita dan membuat kita lupa ingatan akan bahayanya rasa dendam itu.

Para wartawan yang mendengar kalau pelaku sudah tertangkap langsung berkerumun di kantor pusat dan meliputnya termasuk saat adegan dramatis dan penembakan yang di lakukan Sumarno pada Joy, setelah Sumarno di ringkus awak media pun berebut untuk mewancarai beberapa polisi terutama inspektur Bachtiar selaku pimpinan divisi satu kepolisian. Tapi kenapa aku juga ikut di wawancara, apa aksiku ?, apa karena aku juga turut menyumbang analisis yang benar atau apa ?, menurut para wartawan si begitu tapi aku merasa biasa-biasa saja. Richi hanya diam tak keluar sepatah kata pun saat di wawancara dan hanya sedikit tersenyum dan mengatakan.

"Tanyakan saja pada teman ku ini" apa ?, aku lagi ?, hei aku harus bilang apa ?. Dasar kau ini. Aku jawab saja sekenanya kalau aku punya daya analisis seperti detektif swasta Wira Hadi Widjaya secara dia kan ayahku. Sejak saat itu media sibuk dengan pemberitaan kalau kasus kecelakaan pesawat dan ledakan tokok olah raga juga di pecahkan oleh seorang anak muda berusia 19 tahun yang mengaku punya ketajaman analisis seperti Wira Hadi Widjaya. Sudah ku bilangkan dia itu kan ayahku, terpampanglah potoku di berbagai media cetak. Hei hei, apa-apaan ini kenapa poto ku jelek sekali ?.

Esok harinya di rumahku Sinta, Dewi juga Richi berkumpul.

"Jadi pelakunya adalah si Joy itu dan kakek tua itu ?" Sinta membuka pembicaraan tak hentinya mengemil.

"Ya begitulah, ternyata dugaan kita benar kalau merekalah pelakunya. Mereka sangat bodoh, hanya karena dendam mereka tega merenggut banyak nyawa di pesawat" ucapku sambil nonton tv, ch kenapa acaranya sama semua ?.

"Oya katanya ada satu lagi korban selamat, dan dia anak kecil, apa dia baik-baik saja" ingat Dewi.

"Dia baik-baik saja, sekarang dia di asuh sementara oleh pihak berwenang" jawab Richi dengan kalem khasnya.

"Syukurlah kalau begitu, semua baik-baik saja" Dewi merasa lega.

"Karina, apa dia baik-baik saja ?" Gumam Richi menghentikan baca bukunya.

"Tenang saja, dia baik-baik saja jangan khawatir" sahutku melirik Richi.

"Oya, aku mau tanya, sejak kapan kau bisa menembak setepat itu ?" Tanya ku lagi penasaran.

"Sebenarnya yang menembak itu bukanlah aku, tapi orang lain" jawabnya mengagetkan ku.

"Apa ?, lalu siapa ?"

"Awalnya aku juga hendak menembak dia namun tidak yakin seratus persen berhasil tapi, saat aku akan menembak terdengar suara letusan pistol dari arah lain, jadi aku tidak melakukan apa-apa di sana" aku Richi mengejutakan ku plus buatku penasaran.

"Kalau bukan kau lalu siapa ?" Aku semakin bertanya-tanya.

"Sudah-sudah, oya minggu depan ada tugas kuliah melakukan bakti sosial kan ?, apa kalian sudah mempersiapkan sesuatunya ?" Potong Dewi.

"Kenapa harus dari sekarang, kan minggu depan bukan besok" sela ku garuk-garuk kepala.

"Bukanya begitu, tempat kita nanti sangat jauh jadi harus di persiapkan dari sekarang, iya kan Sin ?"

"Tenang saja, aku kan laki-laki barang bawaanku ga akan banyak ko, iya kan Richi ?"

"Ya, terserah kau saja" jawab Richi dingin. Sinta dan Dewi pun terbahak-bahak mentertawakan ku yang di acuhkan oleh Richi sahabatku sendiri, dasar Richi berengseeekk...!!!.

**** **** **** ****

"Hei Nita, tindakan mu tadi malam nekat sekali" ucap det Tama

"Ya apa boleh buat, jika tidak di lakukan mungkin bom di tubuhnya akan meledak, lagi pula aku ingin mencoba hasil latihan menembak ku saat pelatihan, tidak apa-apakan sayang" jawabnya dengan mengedipkan mata pada det Tama, seketika det Tama wajahnya memerah.

"Ya baiklah ka kalau begitu tapi, jangan di ulangi lagi ya tanpa izin komandan" khawatirnya.

"Jangan khawatir, tenang saja, oya aku cukup senang di khawatirkan olehmu" sekali lagi det Nita tersenyum mengedipkan mata pada det Tama dan membenarkan dasinya yang sedikit berantakan, wajah det Tama semakin memerah dan diam seribu kata di koridor kantor polisi pusat. Wooi...apa mereka pacaran ?


Selesai...

Comments

Popular posts from this blog

NAMA HARI DAN BULAN VERSI SUNDA

Mod Ped Kamen Rider+Bonus

MOD PED KAMEN RIDER V2