ANAKU BERKUMPULAH SEPERTI DULU
Kali ini saya posting cerpen bertemakan keluarga semoga kalian bisa terhibur dengan kisah berikut ini
Anaku Berkumpulah
Seperti Dulu
![]() |
| Editing by IrwanNuurl90 |
Di kisah kan sebuah keluarga bahagia pasangan Pak Rahman dan Bu Hamidah yang memiliki tiga orang anak yang sangat lucu-lucu di masa kecilnya dan sangat nurut pada orang tua nya. Mereka adalah Andi, Mita dan Indra, mereka tinggal di sebuah rumah yang cukup layak saat itu sampai akhirnya anak-anak mereka sudah beranjak dewasa dan memiliki kehidupan masing-masing Andi dan Mita sudah menikah dan menetap di rumah nya masing-masing namun sejak saat itu mereka berdua tak lagi memberi kabar pada orang tua nya dan memaksa Indra yang baru lulus SMA untuk menemui mereka meski sudah di larang oleh orang tua nya.
"Sudah lah nak, kamu ga usah menyusul mereka, untuk apa kamu memperdulikan orang yang sudah tidak peduli lagi dengan kita ?" tahan Pak Rahman saat Indra akan menginjakan kaki untuk keluar dari rumah.
"Apa kamu juga akan meninggal kan kami di sini ?" tambah nya lagi berkaca-kaca.
"Pak, aku cuma ga tahan dengan perlakuan mereka pada kita yang sudah mentelantarkan keluarganya sendiri setelah mereka menikah" geram Indra yang tertahan.
"Mungkin mereka sibuk hingga ga ada waktu untuk kita" Bu Hamidah ikut bicara.
"Bu ini udah tiga tahun mereka ga ada kabar. Aku harus cari mereka sampai ketemu, terlebih ibu sekarang sakit-sakitan. Aku ingin mengumpulkan kembali keluarga ini bu" ucap indra berlutut di hadapan ibunya yang menggunakan kursi roda.
"Hhh, ya sudah jika itu keputusan mu ayah sama ibu hanya bisa mendoakan semoga kamu segera cepat menemukan mereka dan berkumpul kembali bersama kita" sahut ayah nya yang tak bisa lagi menahan anak nya itu.
"Terimakasih pak, bu aku janji akan membawa mereka kembali lagi. Aku pamit ya bu, pak Asalamualaikum" pamit indra melangkah kan kaki nya pergi mencari kedua saudaranya yaitu Andi dan Mita.
Pak Rahman dan Bu Hamidah hanya bisa berharap Indra anak bungsunya itu bisa menemukan kakak-kakak nya sampai ketemu, Bu Hamidah yang lumpuh karena kecelakaan motor setahun lalu terpaksa menggunakan kursi roda dan belum bisa di obati karena mahal nya biaya, Bu Salma yang merupakan pembantu setia sejak anak-anak nya masih kecil senan tiasa merawat keluarga ini tanpa mengharapkan yang lebih karena baginya mereka sudah menjadi seperti keluarganya sendiri.
"Salma, kamu begitu tekun mengejakan segala pekerjaan rumah ini. Maaf jika akhir-akhir ini ibu tidak bisa membayar kamu tepat pada waktunya seperti dulu" ucap Bu Hamidah pada Bu Salma yang sedang membuat nasi untuk makan malam.
"Sudah lah bu, jangan pikirkan itu yang penting ibu sama bapak sehat" jawab nya sambil terus bekerja.
Kita beralih ke kisah dua anak nya yaitu Andi dan Mita. Mereka hidup dalam satu komplek perumahan dan rumah mereka saling berhadapan, setiap hari mereka sibuk ngurusin ini dan itu seolah ga ingat dengan orang tuanya di kampung.
"Aduh mas, kita udah lama deh ninggalin ibu sama bapak. Kita juga ga tau keadaan Indra sekarang" ucap Mita tiba-tiba teringat orang tuanya.
"Iya, semenjak kita nikah dan sama-sama tinggal di sini kita jadi lupa sama mereka" Andi pun teringat.
"Kapan-kapan kita kesana yuk mas, aku pengen ketemu sama ibu" mohon nya pada Andi sang kakak.
"Yah kita tau lah pasangan kita sekarang sibuk banget sama kerjaan nya masing-masing. Rita istri kk juga akhir-akhir ini selalu nolak kalo di ajak ketemu ibu di kampung" keluh Andi, mereka mengobrol di depan rumah setelah pasangan mereka pergi untuk kerja. Andi juga bekerja di perusahaan nya namun karena ini hari minggu jadi dia libur.
"Ya mas Ilham juga sama, sukanya marah tanpa sebab sekarang" ucap Mita menghela nafas.
"Ya sudah mas ke dalam dulu, nanti kita obrolin lagi sama pasangan kita apa mereka bisa apa enggak. Sebenarnya mas juga bisa datang ke sana kapan aja tapi Rita suka ngelarang" sahutnya pamit.
"Owh ya sudah, sampai nanti mas" Mita pun pergi menuju rumahnya yang bersebrangan dengan rumah Andi.
Sementara itu di jalan Indra sudah sampai di kota dengan ransel besar di punggungnya, dia sibuk berkeliling mencari alamat yang sempat Andi dan Mita tulis saat akan pergi meninggalkan kampung halaman. Namun hal buruk menimpa Indra, saat sedang berjalan dan menyebrang tiba-tiba saja Indra terbarak sebuah mobil berwarna merah. Untung saja pengemudi mobil itu yang seorang wanita berhijab dan cantik mau menolong dan membawanya ke rumah sakit, luka Indra cukup parah di bagian kepala namun masih bisa di selamatkan tapi dia mengalami hilang ingatan.
"Emmh maaf soal kemarin, aku menabrak mu" mohon si perempuan itu.
"Hmm, kamu siapa" ucap nya pelan saat Indra mulai bangun dari kecelakaan itu.
"Aku kemarin menabrakmu, aku hilang konsentrasi karena hp ku jatuh ke bawah" wanita itu mengakui kesalahan nya.
"Oya nama ku Wulan, kamu siapa ?" tambah wanita yang bernama Wulan itu.
"Aku, hmm aku siapa ?" jawab Indra bingung harus jawab apa.
"Ya ampun, apa kamu jadi hilang ingatan karena kecelakaan kemarin ya. Baik lah kalo gitu mulai sekarang aku bertanggung jawab sepenuh nya atas kamu, sekarang aku panggil kamu Diki ya ?" sahut Wulan terkejut dan langsung ingin bertanggung jawab.
"Owh kenapa aku ga ingat siapa aku dan dari mana aku ?" isak Indra yang kini di panggil Diki oleh Wulan. Indra pun di bawa ke rumahnya Wulan dan di kenalkan pada orang tuanya serta di ceritakan kejadian yang menimpa mereka. Alhamdulillah keluarga Wulan sangat baik dan menerimanya sebagai tanda maaf atas keteledoran Wulan.
"Makanya hati-hati kalo bawa mobil, jangan main hp itu berbahaya" tegur ibu nya Wulan.
"Iya umi maaf, aku janji ga ngulangin lagi" kesal Wulan tertunduk.
"Hmm maaf kalau saya di jadi beban ibu sama Wulan, aku janji akan bantu-bantu di sini sebisa saya" Indra merasa malu jika hanya diam saja.
"Ya sudah kalau itu mau kamu, ibu ga maksa ko" jawab ibu nya Wulan tersenyum ramah.
Sehari-hari Indra membantu usaha milik ibunya dengan menjaga toko nya dan Wulan yang saat itu sedang ingin mencuci pakaian menemukan sebuah alamat di dalam saku jaket nya Indra dan mulai berpikir kalau itu adalah alamat rumahnya atau sanak keluarganya. Di saat itu lah muncul ide bagi Wulan untuk membantu Indra menemukan alamat itu. Malam pun tiba, Indra duduk sendiri di kursi teras dan Wulan pun menghampirinya.
"Dik, aku nemu ini di saku jaket mu. Apa itu alamat rumah mu ?" tanya Wulan.
"Hmm entah lah, aku tidak ingat" jawab Indra pelan menghela nafas saat membaca alamat itu.
"Ok kalau gitu aku akan bantu kamu untuk mencari alamat itu, gimana ?" tawar Wulan memohon.
"Iya boleh, makasih ya Lan" jawab nya tersenyum pada Wulan. Seketika itu pun jatung Indra berdebar-debar apa mungkin dia merasakan cinta pada Wulan atau hanya perasaan nya saja. Sejak saat itu selama satu minggu Wulan mengajaknya pepergian sekaligus mencari alamat rumah tersebut, sekalinya ketemu ternyata rumah itu sudah pindah tangan jadi bukan kakak-kakaknya lagi yang menempati rumah itu dan orang yang menempati rumah itu pun tidak kenal dengan Indra begitu pun dengan Indra. Akhirnya pencarian pun berhenti dan Indra memilih untuk membantu ibu nya Wulan lagi menjaga toko.
Di kampung Bu Hamidah dan Pak Rahman mulai gelisah karena hampir satu bulan mereka tidak mendapatkan kabar dari anak-anaknya, sempat muncul kecurigaan pada Pak Rahman kalau Indra juga sudah tak ingin mengurusi orang tuanya.
"Ternyata si Indra juga ga ngasih kabar sama kita bu, apa dia juga sudah melupakan kita ?, di hubungi lewat hp nya pun tidak aktif. Apa kita susul mereka ke kota ?" ucap Pak Rahman.
"Kalau kita kesana mau tidur di mana pak ?" keluh Bu Hamidah.
"Kita bawa uang yang kita punya dan kita ngontak di sana, biar Salma yang menjaga rumah ini" jawab nya.
"Hhh sebenarnya ibu juga ingin ikut tapi dengan keadaan ibu yang seperti ini nanti bapak repot, biar ibu saja di sini sama Salma. Bapak yang pergi" ucap nya saling menatap.
"Yah baik lah bu kalau itu keputusan nya besok bapa akan berangkat mencari mereka ya bu"
"Yah hati-hati di jalan bawa sebagian uang ibu untuk jaga-jaga di sana" itulah percakapan singkat sepasang suami istri di hening nya malam yang sepi. Pagi pun menjelang, Pak Rahman sudah berkemas untuk pergi dengan tubuh rentanya.
"Hati-hati di sana pak, jaga diri baik-baik di sana" pesan sang istri pada suaminya.
"Iya pasti bu, bapak akan bawa anak-anak kita kembali kesini" janji suami pada suaminya. Pak Rahman pun pergi ke kota untuk mencari anak-anaknya yang tidak memberi kabar setelah kepergian nya.
"Sekarang hanya kita berdua saja di sini bu" ucap Bu Salma yang berdiri di belakang memegang pegangan kursi roda Bu Hamidah.
"Tidak apa-apa Salma, kita berdoa saja mudah-mudahan bapak berhasil menyatukan kembali keluarga kita" Bu Hamidah merasa yakin dan terus berdoa agar mereka bisa berkumpul lagi seperti dulu.
Mita dan Andi sudah habis rasa sabar nya untuk bertemu sang ibu dan ayah dan mulai memberontak pada pasangan masing-masing, di rumah Mita Ilham yang merupakan suaminya bersikeras tidak mengizinkan Mita untuk menemui ibunya.
"Sudah aku bilang kan, jangan minta untuk pergi kesana. Aku ga punya uang buat pergi kesana !" sentak Ilham.
"Loh, bukanya kemarin mas menang tender perusahaan masa ga ada uang nya ?" tanya Mita heran menatap matanya.
"Halah uang itu sudah habis buat bayar ini itu di kantor" Ilham memberi alasan.
"Memangnya hasil dari tender itu berapa si mas ko bisa habis, aneh deh" kesal Mita memuncak.
"Kamu ga usah tau lah, ini urusan aku. Sudahlah aku cape bicara sama kamu. Aku mau tidur" Ilham pun pergi meninggalkan Mita sendirian di ruang tamu dan membuat Mita kesal. Sementara itu di rumah Andi.
"Sayang, kita pergi ke kampung yuk nengokin ibu. Apa kamu ga kangen sama ibu mertua ?" tanya Andi di dalam kamar di atas kasur.
"Aduh mas lain kali aja deh, aku masih banyak jadwal akhir-akhir ini kalau mas mau pergi ya pergi aja sendiri nanti aku nyusul mas deh" jawab Rita ketus.
"Ko jawab nya ketus si ?" heran Andi.
"Lagian orang udah capek seharian pengen istirahat di ajak ngobrol gimana si, hmm" cemberutnya Rita.
"Ya ok besok aku berangkat sama Mita, janji ya kamu nyusul nanti"
"Iya maas, udah ah ngantuk gini nih resikonya punya istri model sampul" ucapnya Rita ketus lagi yang langsung tertidur.
"Hh iya juga, kamu paling sibuk selama tiga tahun ini. Laku amat jadi model" gerutu Andi pelan. Ke esokan harinya di rumah Mita di kejutkan dengan kedatangan beberapa polisi yang hendak menangkap Ilham karena kasus penggelapan uang perusahaan, Andi dan Rita pun yang kebetulan job pemotretan untuk Rita hari ini batal karena suatu kendala berusaha menenangkan Mita yang terisak sedih melihat suaminya di gelandang ke mobil tahanan.
"Sudahlah Mit, serahkan semua ini pada yang berwajib. Lebih baik besok kita pergi ke kampung menemui ibu, kebetulan empat hari ini kk libur pemotretan. Bagaimana mas ?" ucap Rita menenangkan Mita dan meminta persetujuan Andi.
"Hmm ya boleh besok kita berangkat ya, kamu kangen kan sama ibu ?, jadi kamu sekarang tenangin dulu hatinya dan besok pagi kita berangkat" akhirnya mereka pun jadi untuk pergi ke kampung halaman untuk berjumpa sang bunda. Sementara Pak Rahman yang luntang lantung di tengah kota mencari kontrakan mulai kelelahan, uang yang ada di sakunya pun tinggal sedikit. Saat sedang menyusuri jalan kota Pak Rahman melihat seorang pemuda sedang membetulkan motornya yang mogok dan hendak meminta sedekah pada pemuda itu namun betapa terkejutnya Pak Rahman saat melihat pemuda itu yang ternyata adalah Indra.
"Masya Allah Indra ?" kaget nya, Indra pun kaget ada seorang lelaki tua memanggil nya Indra.
"Maaf, bapak siapa ya saya Diki bukan Indra" mendengar hal itu Pak Rahman jadi meragukan kalau itu adalah Indra dan hendak lekas pergi namun di tahan oleh Indra.
"Pak sebentar, sepertinya bapak kelelahan. Duduk dulu pak biar saya belikan sesuatu buat bapak" tawar Indra baik, tak lama kemudian Wulan muncul membawa dua kaleng minuman.
"Loh Dik, kamu mau kemana ?" tanya Wulan penasaran.
"Aku mau beli makanan dulu buat bapak ini, tolong jaga ya" Indra pun pergi ke warung nasi untuk membeli sebungkus nasi dan tinggalah Wulan bersana Pak Rahman.
"Nak maafkan bapak, kamu jadi harus menunggu disini bersama bapak. Pemuda tadi mukanya persis sama wajah anak bapak yang sebulan lalu berangkat ke kota untuk mencari kedua kakak nya" ucap Pak Rahman mencurahkan isi hatinya, mendengar hal itu Wulan merenung sejenak dan berpikir apakah Diki itu adalah anak bapa ini dan alamat yang ia temukan di saku jaket milik Indra.
"Hmm sebenarnya dia adalah korban tabrakan pak, saya yang menabraknya dan dia menjadi hilang ingatan. Saya juga menemukan secarik kertas bertuliskan alamat rumah tapi saat kami datangi pemilik rumah tidak merasa punya anak dengan ciri-ciri seperti dia. Oya nama anak bapa siapa dan ini pak alamatnya mungkin saja itu anak bapak yang bapak cari selama ini" Wulan memberikan alamat itu pada Pak Rahman.
"Ya Allah ini benar nak, dia anak saya namanya Indra saat dia berangkat dari kampung, dia tidak membawa identitasnya dan hanya membawa alamat ini" ucap Pak Rahman terisak bahagia karena telah di pertemukan dengan anaknya. Tak lama Indra pun muncul membawa sebungkus nasi untuk Pak Rahman.
"Diki ?" ucap Wulan.
"Sekarang aku tau nama asli kamu siapa. Kamu adalah Indra anak dari bapak ini" jelas Wulan.
"Maksudnya ?" heran Indra.
"Benar nak kamu adalah Indra anak bungsu bapak, nah coba lihat poto ini. Ini adalah poto kamu sebelum kamu berangkat ke kota untuk mencari kakak-kakak kamu" saat Indra melihat poto itu dan mendengar kata kakak kepalanya pun sedikit sakit dan perlahan-lahan ingatan Indra mulai kembali sepenuh nya.
"Subhanalloh pak aku ingat sekarang, aku kesini untuk mencari ka Andi sama ka Mita iya kan pak ?"
"Alhamdulillah ya Alloh terimakasih telah mengembalikan ingatan anak hamba" isak Pak Rahman bercampur bahagia dan Wulan lun ikut menangis saking terharunya.
"Ya sudah bapak ikut saya ke rumah Wulan, Lan kamu ga papa kan pulang naik taxi, kita pergi bersamaan ?" ucap Indra.
"Owh iya ga papa ko, selamat ya Dik eh In hehe" Wulan mengerti.
"Aku ngikutin kamu ko dari belakang" ucap Indra dan menyetop taxi untuk Wulan, mereka pun pergi bersamaan menuju rumah Wulan. Selepas magrib mereka pun sampai, di rumah di sambut baik oleh ibu nya Wulan dan Pak Rahman pun menceritakan apa yang terjadi.
"Subhanalloh Alhamdulillah pak Alloh masih sayang sama keluarga bapak. Yah dengan begini Diki atau Indra bisa mencari kakaknya kan sekarang sudah ingat tentu bagaimana rupa kakak kamu iya kan ?" ucap ibunya Wulan bukan bermaksud mengusir Indra.
"Iya bu tapi sepertinya saya akan pulang saja ke kampung, kasian ibu saya sudah lama nenunggu" Indra memutuskan.
"Terus soal kakak kamu gimana ?" tanya nya lagi di selang dengan Wulan yang membawakan minuman untuk mereka, setelah sampai di dapur raut wajah Wulan pun cemberut seakan tak ingin berpisah dengan Indra.
"Ayo silahkan di minum pak" tawar ibu Wulan.
"Tapi sebelum saya pergi, saya ingin satu permintaan sama ibu mungpung bapak saya ada di sini" sahut Indra dan mengatakan sesuatu pada ibu nya Wulan sehingga Wulan tak bisa mendengarnya.
"Owh itu, hmm ibu setuju saja karena ibu sudah tau sifat kamu yang baik dan bersungguh-sungguh dalam melakukan hal sehingga mendapatkan hasil yang cukup, tapi itu semua biar Wulan yang memutuskan nya sendiri" mendengar itu Wulan penasaran, ibunya pun memanggil Wulan dan mengatakan sesuatu padanya. Rupanya Indra ingin melamar Wulan dan Wulan pun menerimanya tanpa ragu.
Wulan yang sedang senang di ajak Indra untuk menemui ibu nya di kampung dan pagi ini mereka akan berangkat dengan mobil merah yang pernah di pakai Wulan saat menabrak Indra, sesampainya di kampung mereka di sambut oleh Bu Salma dengan gembira walau pun tanpa Andi dan Mita. Namun tak berselang muncul mobil lain yang datang ke rumah itu, mereka adalah Mita, Andi bersama istrinya Rita.
"Kakak ?" kaget Indra saat menoleh kebelakang.
"Oh ya Alloh, anak-anak ku" ucap Pak Rahman terharu akan kedatangan mereka.
"Wah kamu makin macho aja Dra ?" canda Andi pada adik nya. Bu Hamidah yang di dorong Bu Salma menuju halaman depan tampak gembira melihat anak-anak nya berkumpul kembali.
"Wah bu seperti dulu lagi ya bu" senyum Bu Salma.
"Iya" jawab nya singkat, bahagia. Andi dan Mita melihat ibunya duduk di kursi roda langsung menghampirinya dan berlutut menangis meminta maaf pada ibu nya dan juga Rita tersenyum bahagia melihat suaminya bisa bertemu ibunda tercintanya.
"Bu sepertinya kita juga akan mendapatkan keluarga baru, kenalkan ini nak Wulan tunangan nya Indra" sahut Pak Rahman tersenyum.
"Syukur Alhamdulillah, sini nak kamu cantik sekali" puji Bu Hamidah pada Wulan. Wulan pun mencium tangan Bu Hamidah dengan perasaan senang dan bahagia bisa di terima di keluarga Indra. Mita yang bersedih karena tindakan suaminya pun di tenangkan oleh sosok ibu yang mampu merubah rasa sedih Mita perlahan hilang.
Beberapa bulan kemudian resepsi pernikahan Indra dan Wulan pun berjalan lancar dan bahagia, Bu Hamidah yang akhirnya mendapat perawatan terapi kini mulai bisa berjalan kembali dan itu berkat Rita yang uang hasil pemotretan nya ia berikan untuk pengobatan mertuanya itu. Lalu Mita berkunjung ke rumah tahanan suaminya memberi tahu kalau dia sedang hamil empat bulan hasil hubungan mereka selama ini, saat Ilham di tangkap usia kandungan Mita baru berumur dua minggu.
Kini hidup mereka pun seperti dulu lagi, bahagia dan tentram di tambah dengan anggota keluarga baru yaitu anak dari Indra dan juga Mita sementara Rita si model cantik itu baru bisa hamil setelah sekian tahun lamanya.
SELESAI

Comments
Post a Comment