BERSAMA BINTANG
Ini adalah cerita bagian ke dua nya dan ending dari cerita ini, jika kalian ingin baca silahkan selamat membaca bagian ini. yang ingin melihat bagian pertama silahkan klik disini
BERSAMA BINTANG
BAGIAN KEDUA
AKHIR DAN PENYELESAIAN
Sementara
itu di sebuah rumah kosong yang berantakan, terlihat Sheila sedang di
sekap dengan tangan di ikat kebelakang, tak lama sang preman itu pun
datang ke tempat itu dengan membawakan makanan.
![]() |
| Pic by google editing by irwannuurul |
"Ayo
makan, sebenarnya gue nggak mau nyulik lo kalo bukan karna di bayar"
ucap preman itu dengan menyodor kan makanan ke mulut nya Sheila.
"Kamu di suruh siapa ?" tanya Sheila berkaca-kaca.
"Alah, lo nggak usah banyak tanya makan aja nih." bentak preman itu sementara teman yang lain nya berjaga di depan.
Niko
sama teman-teman nya pun langsung mencari mobil yang membawa Sheila
berkat Rido yang mengetahui nomer polisinya, di perjalanan Niko sempat
memikirkan keadaan Sheila sampai ia hampir saja tertabrak kendaraan di
depan nya namun berkat klakson yang di bunyi kan kendaraan itu dia pun
tersadar dan langsung menghindar dari kendaraan itu.
"Eh lo nggak papa kan Nik ?" ucap Luki saat Niko memberhenti kan motornya karena kaget.
"Udah,
gue nggak papa ko. Kita lanjut lagi nyarinya." jawab Niko dengan memacu
motornya lagi, tak di duga Rido melihat mobil dan nomer polisi yang
sama di sebuah gang sempit yang di ujungnya adalah sebuah rumah yang
cukup kecil namun berantakan.
Rido pun menghentikan motornya di depan gang itu dan Niko bersama Luki pun ikut berenti.
"Ada apa Do berenti di sini ?" tanya Niko heran dengan turun dari motornya di ikuti dengan Luki.
"Gue nemuin mobil yang nyulik si Sheila sob" jawab Rido tegas.
"Mana ?" ucap Luki sambil lurak lirik.
"Tuh
ki, gue yakin se yakin-yakinnya kalo itu mobil yang di pakai nyulik si
Sheila karena gue hapal plot nomer nya dan plot nomer itu mirip yang gue
hapal" jawabnya lagi jelas.
"kalo lo yakin, ok kita kesana sekarang" ucap Niko dengan tidak sabar ia langsung menuju kesana namun di tahan.
"Tunggu sob, kita perlu rencana tuk masuk kesana." tahan Luki dengan memegang tangan nya dan Niko pun menurutinya.
"Terus rencananya apa dong ?" tanya Rido.
"Begini sob" Luki pun memberitaukan rencananya kepada kedua sahabatnya itu.
Sementara
di dalam rumah itu terlihat Sheila sedang di sekap di sebuah ruangan
dengan tubuh terikat di sebuah kursi dengan seorang preman yang
menjaganya.
"Heh, lo tu cantik juga ya kalo di liat-liat" ucap preman itu dengan memegang dagunya,
"Eh,
sebenernya kalian kenapa culik aku, apa aku punya salah sama kalian ?"
tanya Sheila dengan merintih kesakitan karena dagunya masih di pegang
preman itu,
"Alah,
sebenernya gua juga nggak mau nyulik lo kalo nggak di bayar gede paham
lo !" ucap preman itu dengan berbisik ke telinganya, seketika Sheila
kaget,
"Apa ?, kamu di suruh siapa ?" tanya Sheila penasaran,
"Alah
sudah lo nggak perlu tau, gue melakukan ini juga karena terpaksa, gue
butuh uang buat hidup.." jelasnya dengan melepaskan tanganya dari dagu
Sheila dan menuju kursi untuk duduk,
"Aku
mohon tolong bebasin aku, aku yakin kamu orang yang baik dan kamu pasti
punya orang tua, gimana kalo kamu yang di culik dan orang tua mu tau
kamu di culik, gimana perasaan orang tua mu ?, apa kamu nggak
ngebayangin itu ?" mohon Sheila dengan berusaha menyadarkan preman itu,
"Ah
udah deh, jangan bikin gue pusing oke...!" bentak preman itu dengan
memegang kepalanya,Sheila pun kaget dengan bentakannya itu, sementara di
luar Niko dan sahabat-sahabatnya sudah mulai menjalan kan aksinya,
pertama mereka membocorkan ke empat ban mobil itu dan Niko pun masuk
kedalam karena pintu rumah itu tidak di jaga dan tidak di kunci, kedua
sahabatnya pun mengikutinya dari belakang dengan mengendap-ngendap namun
saat mereka hendak masuk kesebuah ruangan mereka mendengar suara
langkah kaki dan mereka pun berusaha tuk sembunyi.
Di
sela-sela persembunyian mereka terlihat seorang wanita yang memakai
baju hitam dengan kerudung di kepalanya dan berkacamata besar masuk ke
dalam sebuah ruangan,
"Eh sob, tu siapa si ?" tanya Luki heran dan rasa ingin tau,
"Mana gua tau" jawab Rido singkat sambil menggaruk-garuk kepalanya,
"Udah-udah, jangan ribut nanti ketahuan..!" ingat Niko agar mereka diam,
"Gimana nih, kita udah aman apa kita langsung bergerak lagi ?" tanya Rido,
"Jangan dulu, tunggu wanita itu keluar dulu dari ruangan itu." ucap Niko memberitau.
Di sebuah ruangan tempat Sheila di sekap, seorang wanita berbaju hitam itu bicara dengan preman itu,
"Gimana ?, apa dia udah di kasih makan ?" tanya wanita itu dengan berkacak pinggang,
"Udah
bos, tadi udah gua kasih makan" jawab nya sambil bangun dari duduk nya
sedangkan Sheila hanya bisa menyidik-nyidik siapakah wanita itu dengan
muka yang kucel,
"Heh, kenapa lo nyuruh gua buat nyulik anak itu ?" tanya preman itu serius,
"Owh,
jadi lo pengen tau kenapa ?, bukanya lo perlu uang, jadi gue nyuruh lo
ma temen-temen lo yang bego itu buat nyulik anak itu" ucap wanita itu
santai,
"Terus tu anak mau di apain ?" tanya preman heran karena ia di suruh nyulik tapi nggak tau mau di apakan,
"Kalo
lo mau tau lihat ini" wanita itu memperlihat kan sepucuk pistol ke
hadapan preman itu seketika preman itu kaget melihat pistol itu dan
seperti orang ketakutan,
"Sudah
jelas kan ?" ucap wanita itu lagi sambil menyembunyikan lagi pistolnya
dalam bajunya dan wanita itu pun pergi meninggalkan ruangan itu, sang
preman pun langsung teringat kepada keluarganya setelah ia melihat
pistol itu karena pada saat sejak kecil ia sudah kehilangan semua
keluarganya karena di bantai dengan cara di tembak dan hanya ia yang
selamat di saat ia masih kecil, hati preman itu gemetar dan jantungnya
berdetak kencang saat kejadian itu teringat kembali dan Sheila hanya
bisa melihat ke gelisahan preman itu dan bertanya,
"Hey, kamu kenapa, dan wanita itu siapa ?" tanya Sheila lemah.
"hm, di dia..." ucap preman itu gagap.
"Dia siapa ?" tanya Sheila lagi penasaran.
"Dia
adalah orang yang nyuruh gue nyulik lo..." ucap nya dengan nada yang
tidak karuan karena masih teringat kejadian yang menimpa keluarganya.
"Boleh aku tau, siapa nama kamu ?" tanya Sheila bermaksud kenalan.
"Kenapa
tanya begitu, jarang-jarang korban penculikan pengen tau nama
penculiknya ?" tanya preman itu heran dengan mengerlingkan dahinya.
"Karena
ku tau sebenernya kamu orang yang baik dan kamu melakukan ini karna
terpaksa ya kan ?" jelas Sheila. Si preman pun hanya termenung di
hadapan nya dengan wajah yang sedih dan ia pun membelakangi Sheila.
"Kamu
benar, gue ngelakuin ini karena terpaksa, gue sama temen-temen gue
butuh uang untuk hidup dan hidup gue menjadi gini semenjak keluarga gue
di bantai oleh para perampok" ucap preman itu dengan wajah yang sayu.
Sementara di luar ruangan.
"Eh Nik, tu cewek udah keluar tuh kita gerak sekarang ?" tanya Luki dengan balok kayu di tangan nya.
"Oke
kita gerak sekarang" ucap Niko, dengan mengendap ngendap mereka bertiga
menuju pintu tempat ruangan itu namun dengan tidak sengaja Rido
menyenggol sebuah tong dan terjatuh sehingga membuat gaduh tempat itu,
preman-preman yang bertugas menjaga di luar ruangan pun memergoki mereka
dan menangkapnya.
"Hey....!, mau apa kalian ?" bentak salah seorang preman dan teman preman yang satu nya lagi datang.
"Ada apa ini ribut ?" ucap preman yang baru datang itu, para preman itu pun membawa mereka ke ruangan tempat Sheila di sekap.
"Hayoh
masuk...!" bentak salah seorang preman sambil mendorong mereka bertiga,
ternyata benda yang di pegang mereka bertiga sebagai senjata tak mampu
melawan para preman karena kalah dengan rasa takut.
"Ada apa ribut ribut ?, dan siapa mereka ?" ucap preman yang menjaga Sheila.
"Niko ?" sahut Sheila kaget.
"Hay Shel ?" sapa Luki cengengesan dengan rasa takut.
"Jadi kamu kenal mereka ?" tanya preman itu membalikan badan nya menatap Sheila,
"Mereka teman-teman ku" jawab Sheila.
"Kalian
boleh keluar sekarang..!" suruh preman itu ke anak buahnya, dan ke dua
preman itu pun keluar dan tinggal lah mereka bertiga bersama Sheila dan
preman yang satunya lagi.
"Oya, pertanyaan ku belum di jawab, tolong jawab siapa nama mu ?" tanya Sheila kembali ke masalah nya.
"Hhh oke, nama gue Anton" jawab preman itu dengan menghela napas.
"Heh Sheil, ngapain nanya nama dia segala, bukan nya dia udah nyulik elo ?" tanya Niko heran dengan mata di kerlingkan.
"Karena sebenernya dia orang yang baik dan dia nyulik karena terpaksa Nik, Luk, Do" jawab Sheila membela.
"Terpaksa karena uang kan ?" tebak Rido benar.
"Iyah,
lo benar, gue ngelakuin ini terpaksa hanya demi rupiah, gua jadi gini
karena terdesak kebutuhan sehari hari karena semua keluarga gua sudah
tiada" Anton kembali menceritakan kisah hidup nya yang pahit.
"Trus kenapa lo nggak nyari kerja yang halal aja ?" sahut Luki.
"Karena
gue nggak punya keahlian selain ini.." ucap Anton duduk dan menudukan
kepalanya. Anton duduk termenung lagi saat ia harus mengingat keluarga
nya lagi dan di ruangan itu menjadi hening sesaat karena mendengar apa
yang di alami anton.
"Udah,
kalo gitu lo bisa kerja di kantor nya bokap gua karena badan lo yang
kekar dan atletis mungkin lo bisa jadi security di kantor itu" tawar
Niko pada Anton memecah keheningan,
"Apa dengan kerja seperti itu gua bisa hidup layak ?" ucap Anton masih belum yakin dengan tawaran Niko.
"Pasti, lo pasti bisa hidup lebih baik dari ini ton" jawab Niko meyakinkan,
"Udah ah basa basi nya, mening kita lepasin si Sheila dulu deh." potong Rido dengan menuju Sheila dan melepas kan ikatan nya.
"Makasih Do" ucap Sheila yang telah lepas dari ikatan nya.
"Yah, sama sama Shel" balas nya.
"Oke kalo gitu kita keluar sekarang sebelum wanita itu datang lagi" ucap Anton.
"Ya
udah ayo Sheil" ajak Luki, namun saat mau keluar tiba tiba wanita itu
muncul bersama ke dua preman itu dengan bertepuk tangan namun ternyata
ada satu perempuan lagi yang ikut dengan wanita berbaju hitam
berkerudung dan berkacamata hitam itu, ia memakai kerudung pink dan
kacamata juga dengan memakai baju seragam SMA.
"Owh
bagus kamu Ton udah mulai berhianat." ucap wanita berkaca mata itu
dengan menodongkan pistol ke arah nya, dan membuat kaget ke dua preman
itu yang merupakan teman dari Anton.
"Tunggu, kalo lo mu nembak dia hadapi kami dulu" tantang preman yang bernama Budi.
"Yah
benar hadapi kita dulu karena Anton adalah sahabat kami" ucap preman
yang satunya lagi bernama Arman, mereka berdua memperlihat kan
solidaritas nya sebagai teman terhadap Anton.
"kalian...?"
ucap Anton kaget tak ketinggalan seorang wanita yang ikut dengan wanita
penodong itu dan juga Sheila,Niko,Luki, dan Rido pun ikut kaget. Saat
wanita berbaju hitam itu berbicara, Niko seperti mengenal suara itu.
"Sudah cukup permainan ini Sinta !" teriak Niko.
"Apa ?, jadi wanita itu Sinta ?" ucap Luki dan Rido.
"Owh jadi lhu udah tau siapa gue Niko sayang" ucap Sinta dengan tertawa jahat.
"Sudah
hentikan Sin, jangan di teruskan lagi ini sudah melebihi akal sehat lo
Sin" ucap wanita berkerudung pink itu yang ternyata adalah Vera. "ah,
diam lo semua, gua hanya ingin Sheila ini mampus karena dia udah
ngerebut Niko dari gue" bentak Sinta.
"Dia
tidak merebut gue dari lo, tapi gue yang udah bosen ma lo, selama lo
pacaran ma gue lo nggak pernah ngeluangin waktu ku untuk yang lain, gue
jenuh Sin" ucap Niko menjelaskan,
"Apa lo bilang ?, jenuh kata lhu ?" ucap Sinta menghampiri Niko dan menempel kan pistol nya ke Niko.
"Yah
karena lo selalu nyita waktu buat temen-temen gue dan juga keluarga gue
Sin, dan plis hentikan permainan ini" jawab Niko berusaha menyadarkan.
"Iya Sin plis hentikan, kalo pun gue salah gue minta maaf" mohon Sheila memelas.
"Apa ?, maaf ? , hm gampang banget minta maaf lo" ucap Sinta dengan menodong nodong kan pistol nya ke wajah Sheila.
"Heh
anak muda cukup sudah permainan ini...!" teriak seorang preman yang
bernama budi itu dan mencoba menghentikan nya namun pistol pun berbicara
Budi sang preman itu terkapar dan meninggal di tembak oleh Sinta.
"BUDIII.......!!, kurang ajar kau.
"Teriak
salah seorang temanya lagi dan berusaha untuk menyerang Sinta namun
sekali lagi pistol itu yang berbicara, preman yang bernama Arman pun
tewas seketika itu juga.
"Sinta !, apa yang kau lakukan sama kedua sahabat gue heuh !" teriak Anton marah.
"Owh,
apa lo mau juga seperti mereka ?" tanya Sinta dengan mengarahkan pistol
nya ke Anton dan pistol itu meletus ke arah nya namun Anton berhasil
menghindar dan Anton tersungkur karena timah panas Sinta mengenai lengan
nya saat Anton menghindar, melihat kejadian itu semua orang yang ada di
sana terkejut dengan apa yang di lakukan oleh Sinta, kelakuan Sinta
saat itu sudah kelewat batas. Sementara di rumah Sheila ibu nya Sheila
masih menunggu dengan cemas apa yang terjadi dengan anak tercinta nya.
"Ya Allah selamat kan lah anak hamba bersama yang lain" itu lah doa seorang ibu pada anak nya yang sangat di sayangi nya.
Kembali ke Niko.
"Eh luk, saat nya tunjukin ke ahlian lhu cepat" ucap Rido berbisik pada luki.
"Ke ahlian apa ?" ucap Luki bingung.
"Cara
sms lo dengan tanpa liat hp itu, tapi gue minta lhu lakuin sms nya di
dalam saku lhu aja biar nggak ketauan" jelas Rido memberi tahu.
"Terus gue harus sms siapa ?" ucap Luki masih bingung.
"Lo sms ke polisi kalo di sini ada penyandraan oke, lo tau kan alamat ini sama no call senter polisi..?" jelas Rido lagi,
"Oke gue inget, gue sms sekarang ya" ucap Luki berbisik.
"Sin kalo lo begini terus persahabatan kita putus" ancam Vera.
"Owh
jadi lo sekarang udah mulai berhianat, rasain ni.." Sinta mengarah kan
pistol nya ke arah Vera dan pistol itu meletus namun Rido langsung
melindungi Vera dan peluru bersarang di bahu nya Rido.
"Rido apa yang lo lakuin ?" ucap Vera terkejut.
"Karena
gue, gue sayang lo Ver" ucap Rido pelan dan langsung ambruk, saat itu
Vera kaget mendengar apa yang di katakan Rido tadi.
"Do, Rido, bangun...!" tangis Vera mengguyah guyah kan Rido yang tak berdaya.
"Sin, kamu tega ya berbuat seperti ini, gue nyangka lo lebih jahat dari pada setan" tangis Vera lagi.
"Owh, apa lhu bilang, jahat ?, yah gue memang jahat, puas lo..." ucap Sinta dengan mengarah kan pistol nya lagi.
"Vera,
AWAS....!" teriak Luki melemparkan tabung besi untuk menghalangi peluru
yang di tembakan oleh Sinta dan itu berhasil, saat Sinta menembakan
pistolnya peluru itu langsung mengenai tabung itu.
"Haaah
sial, heh elu, apa lo mau gue bunuh juga" teriak Sinta pada Luki kesal,
Sinta pun mengarah kan pistol nya ke arah Luki dan mencoba menembak nya
namun ternyata peluru nya habis, Luki yang sudah ketakutan pun kini
memberanikan diri untuk melumpuh kan Sinta,
"Aah
rasain ni orang jahat.." Luki mendekati Sinta dan menamparnya kuat
hingga terjatuh, masih belum puas Luki mencoba menendang nya namun
berhasil di hentikan oleh Sheila,
"Cukup, sudah Luki jangan di terusin lagi" ucap Sheila mendekati Sinta.
"Tapi dia udah ngebunuh sahabat gue shel." sahut Luki kesal.
"Udah
Luk, sepertinya Rido masih hidup" ucap Niko saat menghampiri Vera dan
memeriksa Rido, Luki pun menarik Sinta dan di ikat sama seperti saat
Sheila di ikat.
"Sekarang lo nggak bisa apa apa lagi dan tunggu saja polisi akan segera datang" ucap Luki,
"Dari mana lo tau kalo polisi akan datang ?" sahut Niko heran.
"Tadi
Rido nyuruh gue dengan cara itu nge sms nya, dan gue nge sms polisi
dengan cara sembunyi sembunyi, ya mudah-mudahan saja sms gue ga nyasar
karena gue ketakutan tadi" jawab Luki jelas, benar saja tak lama suara
mobil pun terdengar dan beberapa polisi masuk keruangan itu dan
mendapati mereka sedang berdiri dan terdapat juga yang bersimbah darah,
"Siapa tadi yang sms pada kami ?" ucap polisi itu.
"Saya
pak" jawab Luki, polisi itu pun memangìl ambulance untuk mengangkut
orang orang yang terluka dan juga yang telah meninggal.
"Oya, siapa yang sudah membuat ini terjadi ?" tanya polisi lagi.
"Dia
pak, dia yang udah membuat seperti ini, dan dia juga yang telah
membunuh ke dua orang itu dan melukai ke dua teman kita" ucap Niko
menjelas kan dengan menunjuk Sinta,
"Oke mbak, mbak kami tangkap" kata polisi itu dengan melepaskan ikatan dan memborgol nya.
"Pak, tolong jangan penjara saya pak" tangis Sinta merengek, polisi itu tak mempedulikan nya.
"Tunggu pak ?" tahan Niko dengan menyerah kan pistol yang di bungkus kain.
"Oh
terimakasih" ucap polisi berterimakasih, Sinta pun di giring ke mobil
tahanan sementara ke dua mayat preman di masukan ke dalam mobil zenajah
sedang kan Rido dan Anton di bawa dengan menggunakan mobil ambulance
karena mereka masih bernafas dan di berikan pertolongan pertama, Niko
menghubungi ibu nya Sheila dan ibu nya pun datang ketempat kejadia.
"Ya Allah, kamu nggak kenapa napa kan nak ?" ucap ibu nya Sheila panik dengan memeriksa ke adaan anak nya.
"Alhamdulilah bu aku nggak papa ini berkat Allah dan doa ibu juga mereka bu" jawab Sheila dengan menatap Niko.
"Hh, sukur lah kalo begitu" sukur ibu nya Sheila menghela nafas.
"Oya kita mau ke rumah sakit dulu bu karena temen kita ada yang terluka" ucap Niko,
"Oh, ya udah ibu ikut ya" tawar ibu Sheila.
"Ya
udah ayo" kata Sheila singkat, mereka pun pergi ke rumah sakit bersama
dengan mobil milik polisi dan motor mereka di bawa oleh polisi yang
lain, sesampai nya di rumah sakit mereka cermas dengan keselamatan Rido
dan Anton.
"Ya
Allah berikan lah keselamatan pada sahabat ku" doa Luki yang bersandar
di tembok, sedangkan Sheila, Niko, Vera dan ibu Sheila duduk di kursi
dengan harap-harap cemas.
"Shel, gue minta maaf ya atas perlakuan gue selama ini" pinta Vera dengan terisak.
"Ya udah nggak papa ko, aku maafin" jawab Sheila tersenyum.
Hp Niko tiba tiba berbunyi.
"Halo pah ?" ucap Niko yang ternyata ayah nya yang nelepon.
"Halo, kamu di mana kok cuma ada bibi doang di sini ?" tanya ayah nya heran.
"Oh
iya, aku lagi di rumah sakit ni pah temen aku masuk rumah sakit, oya
papah bisa ke sini nggak ada urusan dikit ni pah ma papah" suruh Niko.
"Ya papah kesana sekarang" jawab ayah nya mengiyakan.
"Dia di mana pah ?" tanya ibu Niko ingin tau.
"Dia
sekarang ada di rumah sakit karena teman nya masuk rumah sakit dan
papah di suruh ke sana sekarang katanya ada urusan" jawab nya dengan
menyiap kan mobil.
"Ya
udah, hati hati ya pah" pesan istrinya itu, sementara di rumah sakit
mereka masih menunggu cemas, tak lama dokter keluar dari ruangan nya.
"Dok dok gimana keadaan teman saya dok ?" Luki langsung bertanya saat dokter itu baru keluar dari ruangan itu.
"Kalian siapanya pasien ?" tanya dokter itu.
"Kami semua temen nya dok" jawab Niko.
"Keluarga nya ?" tanya dokter itu.
"Keluarganya lagi di luar negri dok dia tinggal sendiri di sini" jelas Luki.
"Oh,
keadaan pasien sekarang baik baik aja dan sekarang kondisinya udah
mulai membaik" ucap dokter itu jelas, mendengar itu pun mereka langsung
lega.
"Tapi dok orang yang satu nya gimana ?" tanya Sheila menanyakan Anton.
"Dia baik baik saja karena hanya terkena di lengan nya saja dan kelihatan nya dia sedikit mengalami shok" dokter menjelas kan.
"Oh, dia memang trauma dengan pistol dok" tambah Niko.
"Kalo gitu saya tinggal dulu, mari" ucap dokter meninggal kan mereka.
"Oh silah kan" jawab Niko.
Ayah Niko pun datang ke rumah sakit dan menghampiri anak nya.
"Niko, kamu nyuruh papah kesini ada apa ?" sahut ayah nya.
"Oh pah mening di dalam aja cerita nya" ajak Niko, dan mereka pun masuk keruangan di mana Rido dan Anton di rawat.
"Rido kenapa nik ?" tanya ayah nya.
"Cerita nya panjang, jadi ceritanya...." Niko pun menceritakan apa yang terjadi sesungguh nya dan membuat kaget ayah nya.
"Oya
ini Anton yah, orang yang nyulik Sheila juga namun dia menyesali
perbuatan nya setelah di sadar kan oleh Sheila" ucap Niko memperkenal
kan Anton.
"Oh jadi dia yang nyulik ?" sahut ayah nya melotot.
"Iya om tapi dia ngelakuin ini karena terpaksa kok, dia tidak punya kerjaan om" bela Luki,
"Makanya
pah, dari pada dia ngangur lebih baik angkat dia sebagai security di
kantor papah" usul Niko pada ayah nya, dan ayah nya pun menyetujui nya.
"Baik lah kalo gitu" tak lama Anton dan Rido pun siuman dalam waktu yang bersamaan,
"Wah Do, lo masih hidup, makasih ya Allah" girang Luki saat Rido membuka matanya,
"Aduh sakit jangan peluk dong" rintih Rido tersenyum.
"Makasi ya Do udah nyelametin hidup gue, mungkin kalo nggak ada elo pasti gue udah...." ucap Vera berkaca kaca.
"Sstt...udah,
yang penting kita udah selamat ya kan" potong Rido menatap Vera.
"Alhamdulilah, semua selamat ya nak" ucap ibu nya Sheila.
"Iya bu" jawab Sheila tersenyum.
"Udah sadar lo ?" tanya Niko pada Anton.
"Yah, gini lah yang lhu liat" jawab Anton menghela nafas.
"Oya kenalin ini bokap gue" Niko memperkenal kan ayah nya.
"Oh saya Anton pak" kenal Anton.
"Niko
bilang kamu butuh kerjaan yang layak, baik saya akan angkat jadi
security di kantor saya dan masalah gaji jangan khawatir pasti cukup
untuk kamu" kata ayah Niko memberi pekerjaan.
"Oh terimakasih pak, saya akan bekerja sebaik mungkin" ucap Anton semangat seperti menemukan harapan baru.
Sementara
di penjara Sinta hanya terdiam tersudut di balik jeruji besi dan harus
menebus kesalahan nya waktu itu. Niko dan Sheila pun melepas
kepengatanya di suatu tempat, Mereka melepaskan itu di tempat yang
pernah mereka sebelum nya, dengan cahaya kota malam yang indah dan
cahaya bintang di langit mereka duduk di atas karpet bumi yang hijau.
"Shel, malam ini indah yah ?" tanya Niko menatap langit.
"Indah Nik, indah banget" jawab Sheila tersenyum.
"Tempat ini akan menjadi menjadi kenangan kita kan ?" tanya Niko lagi dengan menatap nya.
"Iya, ini tempat akan menjadi tempat kenangan dan selalu ada di hati" jawab Sheila membalas tatapan nya.
"Shel, mau kan jadi pacar aku ?" tembak Niko langsung.
"Mmm, gimana ya..." jawab Sheila pura pura bingung.
"Aku janji, aku akan setia dan nggak akan ngecewain kamu, mau ya ?" ucap Niko dengan mata penuh harap.
"Mmm, banyak laki laki yang ngomong begitu ke aku tapi ahirnya putus juga karena cinta yang lain" ucap Sheila menguji Niko.
"Plis Shel, mau yah" mohon Niko penuh harapan, Sheila terdiam menatap nya dan.
"Oke aku terima cinta kamu..karena dari sorot mata mu kamu emang serius sama aku" jawab Sheila menerima.
"Serius Shel ?, makasih ya udah percaya ma aku" girang Niko dengan memegang tangan Sheila dan mencium nya.
"Yah sama sama" jawab nya tersenyum.
"Oya
sebagai pengikat cinta kita punya sesuatu buat kamu" Niko mengeluarkan
sebuah gelang yang terbuat dari benang dan di sana tegantung sebuah
bintang yang indah lalu Niko pun memasangkan nya di lengan Sheila.
"Makasih Nik bagus banget" puji Sheila tersenyum.
"Yah sama sama, bersama bintang cinta kita tak akan hilang" ucap Niko lagi.
"Dan
bersama bintang, cinta kita tak akan terpisahkan" balas Sheila
tersenyum, mereka berdua pun kembali menikmati keindahan malam yang ada.
"Mereka mesra banget ya ?" tanya Rido pada Vera yang memperhatikan mereka dari sudut lain
"Yah, semesra kita berdua kan ?" jawab Vera yang telah jadian dengan Rido.
"Pasti..." jawab Rido singkat.
"Haah, kalian enak ya pacaran sementara gue gini gini aja" ketus Luki iri.
"Hahaha, makanya cari cewek sana gih..." ucap Rido tertawa.
Di
penjara Sinta duduk di sudut tembok dan menjadi terganggu jiwa nya
karena perbuatan nya sendiri dan mengalami stres berat, sementara Anton
kini telah bekerja di kantor ayah nya Niko sebagai security, sesekali ia
suka berziarah ke makam ke dua sahabat nya yang telah meninggal karena
di tembak dan ketakutan terhadap pistol kini telah hilang berkat terapi
yang di jalani nya selama ini...
"SELESAI"...

Comments
Post a Comment